26.9 C
Jakarta
Sunday, September 22, 2024

Ijtima Ulama Dunia Zona Asia Batal

Bersama
rekan-rekan serombongan dari Sulawesi Tengah (Sulteng), sudah dua hari Supriadi
berada di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dengan niat mengikuti Ijtima Ulama
Dunia Zona Asia.

Tapi, begitu tahu acara tersebut batal terselenggara kemarin
(19/3), dia dan rombongan langsung bersiap balik. ”Kami ke sini pakai kendaraan
pribadi. Jadi, langsung pulang saja,” kata Supriadi kepada Fajar.

Tak sedikit jumlah rombongan dari Sulteng itu. Kebanyakan datang
dengan mobil bak terbuka atau pikap. Ada pula yang menggunakan sepeda motor.

Dan, semua langsung pulang begitu acara yang sedianya dihelat di Desa
Nirannuang, Kecamatan Bontomarannu, dan dijadwalkan diikuti lebih dari 8 ribu
peserta itu tak jadi digelar. Tanpa menjalani pemeriksaan kesehatan, apalagi
karantina di Asrama Haji Makassar.

Padahal, saat mengumumkan penundaan penyelenggaraan ijtimak,
otoritas setempat menegaskan akan melakukan langkah-langkah seperti mengisolasi
peserta WNA (warga negara asing) di Hotel Grand Sayang. Sedangkan peserta dalam
negeri dari luar Sulsel akan dikarantina di Asrama Haji Makassar.

Namun, dari pantauan Fajar di lolasi pelaksanaan ijtimak, ribuan
peserta pulang tanpa pengawasan. Juga tanpa menjalani tes kesehatan terlebih
dahulu.

Hadir di lokasi acara kemarin Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah,
Kapolda Sulsel Irjen Mas Guntur Laupe, Pangdam VIX/Hasanuddin Mayjen TNI Andi
Sumangerukka, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, serta sejumlah pejabat lain.

”Dengan ini menyatakan menunda Ijtima Ulama Zona Asia.
Membatalkan kedatangan ulama dari Bangladesh dan Pakistan,” kata Ali Yubra,
juru bicara Dewan Syura Ijtima Ulama Zona Asia.

Kegiatan tersebut mendapat sorotan luas karena mengumpulkan
orang dalam jumlah besar saat pemerintah menggalakkan social distancing atau
pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus korona. Semua orang diimbau
tetap di rumah dan menjauhi kerumunan.

Baca Juga :  Kembali Kampanyekan Masker, Belanda Juga Pertimbangkan Lockdown

Apalagi, acara serupa di Malaysia pada akhir Februari sampai
awal Maret lalu turut memicu lonjakan kasus positif Covid-19. Hingga akhirnya
negeri jiran itu memutuskan untuk lockdown atau mengunci diri.

Imam Muhamad, peserta dari Sumatera Utara, juga langsung ke
bandara setelah tahu acara tersebut batal. ”Belum semua (dalam satu rombongan,
Red) dapat tiket. Yang punya tiket sementara cari kendaraan ke bandara,” kata
Imam.

Saat dimintai konfirmasi, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan
bersikukuh bahwa pemerintah sudah melakukan klasifikasi peserta ijtimak.
Sementara itu, peserta WNA yang berjumlah 411 orang akan diisolasi di Hotel
Grand Sayang dan akan dipantau tim kesehatan.

”Untuk peserta dari luar Sulawesi Selatan, kami tampung dulu di
Asrama Haji Makassar. Kalau peserta dari dalam Sulsel langsung pulang ke daerah
masing-masing,” katanya.

Sedangkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyampaikan bahwa
pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh kepala daerah agar setiap warga
yang mengikuti ijtimak diisolasi selama 14 hari. ”Kalau di asrama haji, kami
pasang tenda besar. Kami siapkan dapur umum, toilet umum, untuk menampung semua
warga kami dari luar Sulsel,” jelas Nurdin.

Cuci Tangan sebelum dan
setelah Misa

Di Ruteng,
Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, penahbisan Uskup Ruteng Mgr Sipri
Hormat tetap diselenggarakan kemarin. Dilaporkan Timor Express, acara tersebut
dihadiri sekitar 1.500 orang.

Uskup Mgr Sipri Hormat ditahbiskan oleh Kardinal Mgr Ignatius
Suharyo. Sebagai upaya antisipasi persebaran virus korona, di pintu gerbang
Gereja Katedral Ruteng, panitia membersihkan tangan seluruh undangan, tamu, dan
umat yang hadir dengan hand sanitizer. Juga dilakukan pengukuran suhu.

Baca Juga :  Wabah Virus Korona Membuat Jepang Terpaksa Menutup Wisata Disneyland

Hal yang sama dilakukan saat pulang misa. Ketua Panitia
Pelaksana Penahbisan Anglus Angkat menjelaskan, jumlah kursi yang disiapkan
sesuai dengan undangan yang dikeluarkan oleh panitia, yakni 4.000. Namun,
faktanya, banyak kursi yang kosong.

Pihaknya sudah mengetahui surat dari Kepala Gugus Satuan Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo yang meminta acara tersebut
dibatalkan. Dengan alasan mencegah persebaran virus korona yang tengah mewabah.
”Surat itu kan ke Kardinal Mgr Ignatius Suharyo. Tapi, dari kardinal, tetap
jalankan misa penahbisan,” katanya.

Punya Penyakit Bawaan

Penambahan
kasus positif Covid-19 di Indonesia makin signifikan. Dalam sehari kemarin, ada
tambahan 82 kasus baru. Dengan demikian, total pasien yang terinfeksi virus
korona menjadi 308 orang. Yang memprihatinkan, dari jumlah tersebut, 25 pasien
meninggal dunia.

Di Indonesia, kasus positif Covid-19 tersebar di 16 provinsi.
Jakarta menjadi lokasi penularan terbanyak dengan kasus positif mencapai 210
orang. Sementara itu, kasus kematian terkait Covid-19 tersebar di tujuh
provinsi. Yakni, DKI Jakarta (17), Jateng (3), Bali (1), Banten (1), Jabar (1),
Jatim (1), dan Sumut (1).

”Setiap saat jumlah kasus baru bisa meningkat dengan cepat dan
mudah-mudahan tidak ada lagi kasus yang meninggal,” tutur Juru Bicara
Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto.

Mayoritas kasus meninggal didapati pada rentang usia 45–65
tahun. Ada satu kasus meninggal yang berusia 37 tahun. Hampir seluruhnya
memiliki penyakit pendahulu atau komorbid. ”Sebagian besar adalah diabetes,
hipertensi, dan penyakit jantung kronis,” lanjutnya. Sisanya memiliki riwayat
penyakit paru obstruksi menahun.(jpc)

 

Bersama
rekan-rekan serombongan dari Sulawesi Tengah (Sulteng), sudah dua hari Supriadi
berada di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). Dengan niat mengikuti Ijtima Ulama
Dunia Zona Asia.

Tapi, begitu tahu acara tersebut batal terselenggara kemarin
(19/3), dia dan rombongan langsung bersiap balik. ”Kami ke sini pakai kendaraan
pribadi. Jadi, langsung pulang saja,” kata Supriadi kepada Fajar.

Tak sedikit jumlah rombongan dari Sulteng itu. Kebanyakan datang
dengan mobil bak terbuka atau pikap. Ada pula yang menggunakan sepeda motor.

Dan, semua langsung pulang begitu acara yang sedianya dihelat di Desa
Nirannuang, Kecamatan Bontomarannu, dan dijadwalkan diikuti lebih dari 8 ribu
peserta itu tak jadi digelar. Tanpa menjalani pemeriksaan kesehatan, apalagi
karantina di Asrama Haji Makassar.

Padahal, saat mengumumkan penundaan penyelenggaraan ijtimak,
otoritas setempat menegaskan akan melakukan langkah-langkah seperti mengisolasi
peserta WNA (warga negara asing) di Hotel Grand Sayang. Sedangkan peserta dalam
negeri dari luar Sulsel akan dikarantina di Asrama Haji Makassar.

Namun, dari pantauan Fajar di lolasi pelaksanaan ijtimak, ribuan
peserta pulang tanpa pengawasan. Juga tanpa menjalani tes kesehatan terlebih
dahulu.

Hadir di lokasi acara kemarin Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah,
Kapolda Sulsel Irjen Mas Guntur Laupe, Pangdam VIX/Hasanuddin Mayjen TNI Andi
Sumangerukka, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, serta sejumlah pejabat lain.

”Dengan ini menyatakan menunda Ijtima Ulama Zona Asia.
Membatalkan kedatangan ulama dari Bangladesh dan Pakistan,” kata Ali Yubra,
juru bicara Dewan Syura Ijtima Ulama Zona Asia.

Kegiatan tersebut mendapat sorotan luas karena mengumpulkan
orang dalam jumlah besar saat pemerintah menggalakkan social distancing atau
pembatasan sosial untuk mencegah penularan virus korona. Semua orang diimbau
tetap di rumah dan menjauhi kerumunan.

Baca Juga :  Kembali Kampanyekan Masker, Belanda Juga Pertimbangkan Lockdown

Apalagi, acara serupa di Malaysia pada akhir Februari sampai
awal Maret lalu turut memicu lonjakan kasus positif Covid-19. Hingga akhirnya
negeri jiran itu memutuskan untuk lockdown atau mengunci diri.

Imam Muhamad, peserta dari Sumatera Utara, juga langsung ke
bandara setelah tahu acara tersebut batal. ”Belum semua (dalam satu rombongan,
Red) dapat tiket. Yang punya tiket sementara cari kendaraan ke bandara,” kata
Imam.

Saat dimintai konfirmasi, Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan
bersikukuh bahwa pemerintah sudah melakukan klasifikasi peserta ijtimak.
Sementara itu, peserta WNA yang berjumlah 411 orang akan diisolasi di Hotel
Grand Sayang dan akan dipantau tim kesehatan.

”Untuk peserta dari luar Sulawesi Selatan, kami tampung dulu di
Asrama Haji Makassar. Kalau peserta dari dalam Sulsel langsung pulang ke daerah
masing-masing,” katanya.

Sedangkan Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah menyampaikan bahwa
pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh kepala daerah agar setiap warga
yang mengikuti ijtimak diisolasi selama 14 hari. ”Kalau di asrama haji, kami
pasang tenda besar. Kami siapkan dapur umum, toilet umum, untuk menampung semua
warga kami dari luar Sulsel,” jelas Nurdin.

Cuci Tangan sebelum dan
setelah Misa

Di Ruteng,
Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, penahbisan Uskup Ruteng Mgr Sipri
Hormat tetap diselenggarakan kemarin. Dilaporkan Timor Express, acara tersebut
dihadiri sekitar 1.500 orang.

Uskup Mgr Sipri Hormat ditahbiskan oleh Kardinal Mgr Ignatius
Suharyo. Sebagai upaya antisipasi persebaran virus korona, di pintu gerbang
Gereja Katedral Ruteng, panitia membersihkan tangan seluruh undangan, tamu, dan
umat yang hadir dengan hand sanitizer. Juga dilakukan pengukuran suhu.

Baca Juga :  Wabah Virus Korona Membuat Jepang Terpaksa Menutup Wisata Disneyland

Hal yang sama dilakukan saat pulang misa. Ketua Panitia
Pelaksana Penahbisan Anglus Angkat menjelaskan, jumlah kursi yang disiapkan
sesuai dengan undangan yang dikeluarkan oleh panitia, yakni 4.000. Namun,
faktanya, banyak kursi yang kosong.

Pihaknya sudah mengetahui surat dari Kepala Gugus Satuan Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo yang meminta acara tersebut
dibatalkan. Dengan alasan mencegah persebaran virus korona yang tengah mewabah.
”Surat itu kan ke Kardinal Mgr Ignatius Suharyo. Tapi, dari kardinal, tetap
jalankan misa penahbisan,” katanya.

Punya Penyakit Bawaan

Penambahan
kasus positif Covid-19 di Indonesia makin signifikan. Dalam sehari kemarin, ada
tambahan 82 kasus baru. Dengan demikian, total pasien yang terinfeksi virus
korona menjadi 308 orang. Yang memprihatinkan, dari jumlah tersebut, 25 pasien
meninggal dunia.

Di Indonesia, kasus positif Covid-19 tersebar di 16 provinsi.
Jakarta menjadi lokasi penularan terbanyak dengan kasus positif mencapai 210
orang. Sementara itu, kasus kematian terkait Covid-19 tersebar di tujuh
provinsi. Yakni, DKI Jakarta (17), Jateng (3), Bali (1), Banten (1), Jabar (1),
Jatim (1), dan Sumut (1).

”Setiap saat jumlah kasus baru bisa meningkat dengan cepat dan
mudah-mudahan tidak ada lagi kasus yang meninggal,” tutur Juru Bicara
Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto.

Mayoritas kasus meninggal didapati pada rentang usia 45–65
tahun. Ada satu kasus meninggal yang berusia 37 tahun. Hampir seluruhnya
memiliki penyakit pendahulu atau komorbid. ”Sebagian besar adalah diabetes,
hipertensi, dan penyakit jantung kronis,” lanjutnya. Sisanya memiliki riwayat
penyakit paru obstruksi menahun.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru