28.4 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

Unggah Video Joget TikTok, Miss Papua Nugini 2019 Dipecat

PROKALTENG.CO – Fenomena joget TikTok sudah tak asing. Semua
kalangan berlomba-lomba membuat video joget dengan iringan musik dari remix
hingga dangdut. Namun sial, Lucy Maino harus kehilangan gelar Miss Papua Nugini
(PNG), setelah dia mengunggah video joget twerking dengan celana pendek
sehingga mengekspos bagian bokongnya di aplikasi buatan Tiongkok yang
diluncurkan pada bulan September 2016 ini.

Lucy Maino yang menjadi wakil
kapten tim football perempuan di negara itu dikritik tajam oleh publik akibat
goyangan tersebut. Menurut netizen, video tersebut tidak mencerminkan Lucy
Maino sebagai panutan. Video itu sudah dihapus oleh Miss Papua Nugini 2019
tersebut, tetapi komite Miss Pasific Island Pageant PNG yang menaunginya tetap
membebastugaskan dirinya.

“Tujuan utama kami adalah
memberdayakan perempuan. Kami adalah platform ajang kecantikan yang unik yang
mempromosikan warisan budaya, nilai-nilai tradisi, dan berbagi tentang negeri
dan masyarakat kami melalui pariwisata,” demikian pernyataan komite
tersebut.

Baca Juga :  Banjir di Tiongkok, 33 Orang Meninggal, 200 Ribu Warga Mengungsi

“MPIP PNG mempromosikan
pentingnya kepercayaan diri, harga diri, integritas, dan layanan masyarakat
dengan fokus paralel pada pendidikan,” demikian sambung pernyataan
tersebut.

Lucy Maino pun menanggapi
keputusan itu dengan mengumumkan kalimat perpisahan setelah menjabat gelar
tersebut sejak Agustus 2019. Ia menyampaikannya lewat akun Instagram
@lucymaino_misspng19, pada 9 April 2021. Meski berterima kasih atas pengalaman
yang diterimanya, ia mengaku sedih dengan perundungan yang dialaminya.

“Sayangnya, nasib yang saya
alami baru-baru ini menjadi pengingat sedih seberapa jauh kita melangkah
sebagai sebuah negara. Sementara saya mengalami pelecehan publik secara online,
ribuan wanita di seluruh negeri dan dunia menjadi sasaran pelecehan fisik dan
psikologis setiap hari,” tulisnya.

Lucy Maino menambahkan, banyak
korban memilih diam karena khawatir akan pelecehan dan serangan balik yang
lebih tajam. Para perempuan itu, dan juga beberapa lelaki, kata dia, sayangnya
tidak memiliki kesempatan istimewa seperti dia.

“Saya memutuskan menggunakan
platform ini untuk menyuarakan suara para perempuan dan lelaki yang membutuhkan
dukungan kita,” imbuh dia seraya berjanji akan terus mengadvokasi isu
tersebut selepas tak lagi menjadi Miss PNG.

Baca Juga :  Jaga Jarak Tak Mencegah Covid-19, jika Ruangan Penuh Sesak

Tak semua orang mendukung
pencopotan gelar Maino sebagai Miss Papua Nugini. Salah satunya datang dari
Allan Bird, Gubernur East Sepik dan wakil ketua Koalisi Parlemen Melawan
Kekerasan Berbasis Gender.

Ia menuliskan di media sosial,
“Masyarakat macam apa yang mengutuk penyiksaan dan pembunuhan wanita namun
marah saat seorang wanita muda membuat video dansa?.”

Perwakilan PBB di Papua Nugini
juga mengungkapkan kekecewaan mereka lewat pernyataan di akun Facebook.
“Kami melihat kehancuran akibat kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak
di negeri yang indah ini. Beberapa korban perundungan kehilangan nyawanya.. Ini
dimulai dengan memberitahu para perempuan untuk diam. Dimulai dengan
memberitahu para perempuan bahwa mereka tidak boleh berjoget seperti itu,”
demikian protesnya.

PROKALTENG.CO – Fenomena joget TikTok sudah tak asing. Semua
kalangan berlomba-lomba membuat video joget dengan iringan musik dari remix
hingga dangdut. Namun sial, Lucy Maino harus kehilangan gelar Miss Papua Nugini
(PNG), setelah dia mengunggah video joget twerking dengan celana pendek
sehingga mengekspos bagian bokongnya di aplikasi buatan Tiongkok yang
diluncurkan pada bulan September 2016 ini.

Lucy Maino yang menjadi wakil
kapten tim football perempuan di negara itu dikritik tajam oleh publik akibat
goyangan tersebut. Menurut netizen, video tersebut tidak mencerminkan Lucy
Maino sebagai panutan. Video itu sudah dihapus oleh Miss Papua Nugini 2019
tersebut, tetapi komite Miss Pasific Island Pageant PNG yang menaunginya tetap
membebastugaskan dirinya.

“Tujuan utama kami adalah
memberdayakan perempuan. Kami adalah platform ajang kecantikan yang unik yang
mempromosikan warisan budaya, nilai-nilai tradisi, dan berbagi tentang negeri
dan masyarakat kami melalui pariwisata,” demikian pernyataan komite
tersebut.

Baca Juga :  Banjir di Tiongkok, 33 Orang Meninggal, 200 Ribu Warga Mengungsi

“MPIP PNG mempromosikan
pentingnya kepercayaan diri, harga diri, integritas, dan layanan masyarakat
dengan fokus paralel pada pendidikan,” demikian sambung pernyataan
tersebut.

Lucy Maino pun menanggapi
keputusan itu dengan mengumumkan kalimat perpisahan setelah menjabat gelar
tersebut sejak Agustus 2019. Ia menyampaikannya lewat akun Instagram
@lucymaino_misspng19, pada 9 April 2021. Meski berterima kasih atas pengalaman
yang diterimanya, ia mengaku sedih dengan perundungan yang dialaminya.

“Sayangnya, nasib yang saya
alami baru-baru ini menjadi pengingat sedih seberapa jauh kita melangkah
sebagai sebuah negara. Sementara saya mengalami pelecehan publik secara online,
ribuan wanita di seluruh negeri dan dunia menjadi sasaran pelecehan fisik dan
psikologis setiap hari,” tulisnya.

Lucy Maino menambahkan, banyak
korban memilih diam karena khawatir akan pelecehan dan serangan balik yang
lebih tajam. Para perempuan itu, dan juga beberapa lelaki, kata dia, sayangnya
tidak memiliki kesempatan istimewa seperti dia.

“Saya memutuskan menggunakan
platform ini untuk menyuarakan suara para perempuan dan lelaki yang membutuhkan
dukungan kita,” imbuh dia seraya berjanji akan terus mengadvokasi isu
tersebut selepas tak lagi menjadi Miss PNG.

Baca Juga :  Jaga Jarak Tak Mencegah Covid-19, jika Ruangan Penuh Sesak

Tak semua orang mendukung
pencopotan gelar Maino sebagai Miss Papua Nugini. Salah satunya datang dari
Allan Bird, Gubernur East Sepik dan wakil ketua Koalisi Parlemen Melawan
Kekerasan Berbasis Gender.

Ia menuliskan di media sosial,
“Masyarakat macam apa yang mengutuk penyiksaan dan pembunuhan wanita namun
marah saat seorang wanita muda membuat video dansa?.”

Perwakilan PBB di Papua Nugini
juga mengungkapkan kekecewaan mereka lewat pernyataan di akun Facebook.
“Kami melihat kehancuran akibat kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak
di negeri yang indah ini. Beberapa korban perundungan kehilangan nyawanya.. Ini
dimulai dengan memberitahu para perempuan untuk diam. Dimulai dengan
memberitahu para perempuan bahwa mereka tidak boleh berjoget seperti itu,”
demikian protesnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru