26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Luhut Panjaitan: Ada yang Mengatakan Saya pro-China

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi Luhut
Panjaitan
 optimistis Indonesia akan menjadi negara besar. Hal
ini karena Indonesia kaya sumber daya alam.
“Indonesia punya banyak potensi sumber daya alam green energy yang siap
untuk diolah. Ada pula potensi sumber karbon kredit. Hampir 80 persen potensi
perdagangan karbon global ada di Indonesia, yang berasal dari hutan bakau,
lahan gambut, rumput laut, dan terumbu karang dan masih banyak lagi. Melihat
potensi ini kami yakin tidak lama lagi Indonesia bisa menjadi negara
besar,” kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (9/1).

Luhut menegaskan hal tersebut saat
menjadi pembicara dalam acara The Pulse of Asia Conference 2020 yang diadakan
oleh Bank DBS di Singapura, Kamis.

Dikatakan mantan Menko Polhukam itu bahwa
keberlanjutan atau sustainability menjadi salah satu agenda prioritas
pemerintah Indonesia.
Saat menjawab pertanyaan bagaimana Indonesia menyiasati kebutuhan bahan bakar
fosil, Luhut mengatakan sekarang semua bergerak ke arah gaya hidup hijau.

Baca Juga :  Tarif Umrah Naik, Ternyata Ini Penyebabnya

“Memang kami masih tetap membutuhkan
bahan bakar fosil, tetapi kita harus menguranginya. Pulau Sumatera dan
Kalimantan menyimpan menyimpan banyak potensi energi alternatif,”
jawabnya.

Semangat gaya hidup hijau juga didorong
pemerintah melalui investasi yang masuk. Luhut memberi contoh Masdar dari Uni
Emirat Arab yang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung
Cirata, Jawa Barat.

Perusahaan tersebut bakal bekerja sama
dengan PLN yang berinvestasi di Cirata untuk energi sebesar 145 MW.

Luhut juga bercerita mengenai Morowali
yang disebutnya menjadi contoh bagi keberhasilan investasi. Ia menceritakan
bagaimana situasi di sana saat ini dan keuntungan dari program hilirisasi.

“Banyak yang mengecam ketika kami
melarang ekspor nikel, tetapi sekarang kita bisa lihat bahwa keputusan kami
saat itu adalah keputusan yang tepat. Ada yang mengatakan saya pro-China,
tetapi tahukah Anda bahwa lebih dari 90 persen ekspor itu dikirim ke
China?,” jelasnya.

Baca Juga :  Garuda Mulai Terbang Dini Hari Besok, Ini Kriteria Penumpangnya

Pada kesempatan tersebut, Luhut juga
menceritakan pengalamannya terlibat dalam berbagai proyek investasi asing,
seperti sovereign wealth fund (SWF) yang melibatkan UAE dan Softbank. Ada pula
JBIC, Global Infrastructure Partners, yang berminat berinvestasi di berbagai
sektor, dan lainnya.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang
mengerjakan dua Undang-undang Omnibus, yaitu UU Penciptaan Lapangan Kerja dan
Undang-Undang Omnibus tentang Perpajakan. Kedua UU akan diajukan ke DPR pada
awal tahun ini.
“UU tersebut untuk menggantikan undang-undang sebelumnya yang berpotensi
tumpang tindih dan menghambat investasi,” katanya.

Selain langkah Omnibus Law, upaya
meningkatkan investasi di Indonesia juga dilakukan dengan penerapan Online
Single Submission (OSS).

“Dengan adanya OSS membuat kita
mudah untuk menyelesaikan berbagai masalah. Perbaikan sistem dan alur kerja
serta kemudahan perizinan dapat melancarkan laju investasi. Seluruh proses
telah tersinergi lewat OSS,” katanya. (antara/jpnn)

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman
dan Investasi Luhut
Panjaitan
 optimistis Indonesia akan menjadi negara besar. Hal
ini karena Indonesia kaya sumber daya alam.
“Indonesia punya banyak potensi sumber daya alam green energy yang siap
untuk diolah. Ada pula potensi sumber karbon kredit. Hampir 80 persen potensi
perdagangan karbon global ada di Indonesia, yang berasal dari hutan bakau,
lahan gambut, rumput laut, dan terumbu karang dan masih banyak lagi. Melihat
potensi ini kami yakin tidak lama lagi Indonesia bisa menjadi negara
besar,” kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (9/1).

Luhut menegaskan hal tersebut saat
menjadi pembicara dalam acara The Pulse of Asia Conference 2020 yang diadakan
oleh Bank DBS di Singapura, Kamis.

Dikatakan mantan Menko Polhukam itu bahwa
keberlanjutan atau sustainability menjadi salah satu agenda prioritas
pemerintah Indonesia.
Saat menjawab pertanyaan bagaimana Indonesia menyiasati kebutuhan bahan bakar
fosil, Luhut mengatakan sekarang semua bergerak ke arah gaya hidup hijau.

Baca Juga :  Tarif Umrah Naik, Ternyata Ini Penyebabnya

“Memang kami masih tetap membutuhkan
bahan bakar fosil, tetapi kita harus menguranginya. Pulau Sumatera dan
Kalimantan menyimpan menyimpan banyak potensi energi alternatif,”
jawabnya.

Semangat gaya hidup hijau juga didorong
pemerintah melalui investasi yang masuk. Luhut memberi contoh Masdar dari Uni
Emirat Arab yang membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung
Cirata, Jawa Barat.

Perusahaan tersebut bakal bekerja sama
dengan PLN yang berinvestasi di Cirata untuk energi sebesar 145 MW.

Luhut juga bercerita mengenai Morowali
yang disebutnya menjadi contoh bagi keberhasilan investasi. Ia menceritakan
bagaimana situasi di sana saat ini dan keuntungan dari program hilirisasi.

“Banyak yang mengecam ketika kami
melarang ekspor nikel, tetapi sekarang kita bisa lihat bahwa keputusan kami
saat itu adalah keputusan yang tepat. Ada yang mengatakan saya pro-China,
tetapi tahukah Anda bahwa lebih dari 90 persen ekspor itu dikirim ke
China?,” jelasnya.

Baca Juga :  Garuda Mulai Terbang Dini Hari Besok, Ini Kriteria Penumpangnya

Pada kesempatan tersebut, Luhut juga
menceritakan pengalamannya terlibat dalam berbagai proyek investasi asing,
seperti sovereign wealth fund (SWF) yang melibatkan UAE dan Softbank. Ada pula
JBIC, Global Infrastructure Partners, yang berminat berinvestasi di berbagai
sektor, dan lainnya.

Pemerintah Indonesia saat ini sedang
mengerjakan dua Undang-undang Omnibus, yaitu UU Penciptaan Lapangan Kerja dan
Undang-Undang Omnibus tentang Perpajakan. Kedua UU akan diajukan ke DPR pada
awal tahun ini.
“UU tersebut untuk menggantikan undang-undang sebelumnya yang berpotensi
tumpang tindih dan menghambat investasi,” katanya.

Selain langkah Omnibus Law, upaya
meningkatkan investasi di Indonesia juga dilakukan dengan penerapan Online
Single Submission (OSS).

“Dengan adanya OSS membuat kita
mudah untuk menyelesaikan berbagai masalah. Perbaikan sistem dan alur kerja
serta kemudahan perizinan dapat melancarkan laju investasi. Seluruh proses
telah tersinergi lewat OSS,” katanya. (antara/jpnn)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru