32.8 C
Jakarta
Sunday, May 4, 2025

PSBB TTH

Diperpanjang? Atau tidak?

Masyarakat terbelah. Di semua
negara. Ada yang belah bambu. Ada yang belah ketupat.

Yang menginginkan PSBB
diperpanjang umumnya tenaga kesehatan dan ilmuwan.

Orang mampu juga ingin PSBB
diperpanjang. Diperpanjang satu tahun pun mereka tetap TTH โ€“tabungan tidak
habis.

Yang menginginkan tidak
diperpanjang adalah yang ekonominya pas-pasan. Yang tidak punya uang โ€“kalau
hari itu tidak bekerja.

Di negara maju persoalan yang
terakhir itu bisa diatasi dengan mudah: pemerintah memberi mereka uang. Yang di
Amerika Rp 15 juta/bulan.

Para pengusaha juga pro diakhiri.
Dengan PSBB usaha mereka macet.

Alasan tenaga medis jelas: rumah
sakit akan kelelahan. Mereka tidak akan mampu menangani meledaknya penderita
baru Covid-19.

Apakah PSBB selama ini berhasil?

Berhasil. Kalau targetnya hanya
membuat penularan tidak gila-gilaan. Buktinya belum pernah ada penambahan
penderita baru yang sampai ribuan orang/hari.

Tidak sampai seperti di Amerika
โ€“30.000 orang sehari. Selama lebih satu bulan. Sekarang pun โ€“yang sudah
dianggap redaโ€“ masih sekitar 15.000/hari.

PSBB berhasil.

Kalau penambahan itu tetap
sekitar 900 orang/hari. Dengan angka itu tenaga medis pun masih bisa
dimampu-mampukan.

Rupanya pemerintah cukup puas
dengan angka pertambahan seperti itu. Itulah sebabnya pelonggaran-pelonggaran
dilakukan. Mal-mal dibuka.

Tentu tenaga kesehatan yang
waswas. Apalagi tingkat ketaatan masyarakat terhadap PSBB masih seperti itu
โ€“berjubelnya.

Sebenarnya berapa persenkah
tingkat ketaatan masyarakat terhadap PSBB?

Belum ada lembaga riset yang
mengumumkannya.

Saya sendiri memperkirakan 70
persen. Angka itu boleh ditawar. Anda pasti punya angka sendiri.

Sebenarnya ketaatan 70 persen itu
cukup bagus. Tapi sisa 30 persen itu juga masih sangat banyak. Yang membuat
seolah PSBB setengah-setengah.

Saya sendiri juga tidak taat 100
persen. Mungkin 93 persen. Saya masih ke secuil kebun di luar kota. Sesekali.
Juga tidak pakai masker selama dalam perjalanan mobil itu.

Saya juga masih rutin ke pabrik.
Seminggu tiga kali. Dengan selalu mengenakan masker dan jaga jarak.

Pabrik itu โ€“PT Ensterna
Indonesiaโ€“ harus selesai: sebulan lagi. Investasinya hampir Rp 200 miliar.
Yang akan sangat diperlukan oleh negara โ€“untuk mendukung ekspor.

Baca Juga :  Dukung Pemindahan Ibukota RI ke Kalimantan Tengah

Itulah pabrik irradiasi
โ€“fasilitas untuk mematikan virus, bakteri, dan segala macam kuman. Banyak
negara maju mensyaratkan bebas bakteri/virus/kuman untuk barang yang mereka
impor.

Buah tropik yang kita ekspor pun
akan lebih awet bila dilewatkan mesin irradiasi itu โ€“tanpa menggunakan kimia.

Pabrik seperti itu cita-cita lama
saya. Agar ekspor kita lebih bisa digalakkan. Dan agar penggunaan kimia bisa
berkurang โ€“misalnya untuk popok bayi. Selama ini kimia banyak digunakan karena
fasilitas seperti ini tidak ada. Padahal di Tiongkok โ€“yang gila ekspor ituโ€“
setiap kota pasti memilikinya. Di satu kota Shanghai saja ada 50-an fasilitas
irradiasi.

Kembali ke PSBB.

Upsโ€ฆ

Ketaatan saya rasanya hanya 87
persen. Sudah lebih tinggi dari rata-rata 70 persen tadi. Saya total makan di
rumah โ€“kebetulan istri hobi masak. Cukur rambut pun oleh anak wedok โ€“sekalian
agak digundul.

Jadi, diperpanjang atau tidak?

Di Tiongkok memang sudah nyaris
tidak ada lagi penderita baru. Beberapa hari terakhir ini. Tapi panti pijat,
nightclub, dan bioskop masih wajib tutup. Selebihnya sudah bebas.

Di banyak negara juga sudah
dilonggarkan. Meski penderita baru masih cukup banyak. Di Rusia memang masih
tinggi โ€“tapi jumlah yang meninggal tidak banyak.

Tinggal Brazil yang masih
mengkhawatirkan. Seperti di Amerika, sikap presidennyalah yang dianggap sebagai
gara-gara.

Diperpanjang atau tidak?

Untungnya, penularan virus ini
hanya lewat percikan air liur atau ingus. Bukan virus yang beterbangan di
udara.

Kalau pun PSBB tidak diperpanjang
kedisiplinan memang harus naik โ€“disiplin masker, jaga jarak dan cuci tangan
dengan sabun.

Memang akan ada opini negatif,
setengah guyon: kalau PSBB tidak diperpanjang berarti KUKMK โ€“karep-karepmu:
urip karepmu, mati karepmu. Terserah Anda, mau hidup atau mau mati.

Seperti pesawat auto pilot. Lebih
parah dari itu.

Tapi, biarpun canda, KUKMK
mengandung unsur pendidikan: Anda akan tetap selamat kalau hati-hati.

Bagaimana kalau penderita barunya
nanti meledak tak terkendali?

Baca Juga :  Alumni SMA Kolese De Britto Berbagi Kasih

Rumah sakit akan kelelahan.

Sekaligus kita menyadari bahwa
manajemen kita kurang bagus.

Memang sayang sekali: kita tidak
punya pun sekedar grup WA โ€“atau yang sejenisnyaโ€“ yang anggotanya khusus
penderita diabetes.

Mungkin karena jumlahnya terlalu
banyak. Tapi kan bisa dikelompokkan lebih kecil. Berdasar tingkat keseriusannya
maupun berdasar wilayah.

Bisa saja grup WA itu dibagi
tiga: grup WA diabetes yang sudah cuci darah, grup yang sudah tahap suntik insulin,
dan grup yang sudah makan obat.

Mungkin, siapa tahu, ada kepala
daerah yang mau melangkah ke sana.

Kalau per kabupaten terlalu luas,
bisa dibagi per kecamatan.

Di saat tidak ada lagi PSBB grup
WA seperti itu akan efektif.

Demikian juga grup WA penderita
tekanan darah tinggi. Yang kalau jumlahnya terlalu banyak juga bisa dibagi.
Terutama untuk yang punya komplikasi dengan penyakit lain.

Kelompok tersebut bisa ditangani
secara khusus. Justru sebelum mereka tertular Covid-19. Daripada mereka
memenuhi rumah sakit.

Memang diperlukan manajemen yang
sungguh-sungguh serius. Tapi saya yakin banyak kepala daerah kita yang mampu.
Bupati Banyuwangi, Bupati Kulon Progo, Belitung, dan banyak lagi sudah
membuktikan mampu. Tinggal menambah ke bidang ini.

Teknologi sudah ada. Termasuk
untuk mengontrol kedisiplinan mereka.

Kalau perlu adakan apps khusus
untuk mereka. Tiap hari mereka wajib mengisi apa saja yang mereka makan. Juga
yang mereka minum.

Penyakit-penyakit tadi sangat
erat dengan apa yang mereka konsumsi.

Bagi yang bisa disiplin bantuan
akan diteruskan. Bagi yang makan-minumnya sembrono diperingatkan.

Sudah lama saya setuju dengan
fatwa Profesor Kenichi Ohmae: tidak ada negara kaya dan negara miskin; yang ada
adalah negara dengan manajemen baik dan negara dengan manajemen yang kurang
baik.

รขโ‚ฌยNabiรขโ‚ฌย nya ilmu manajemen itu
ingin mengatakan: semiskin apa pun negara itu akan menjadi kaya kalau
manajemennya baik. Contohnya banyak, termasuk Jepang dan Singapura.

Sebaliknya negara kaya pun akan
jadi miskin kalau manajemennya tidak baik.

Saya tidak tahu negara mana
contohnya. (Dahlan Iskan)

 

Diperpanjang? Atau tidak?

Masyarakat terbelah. Di semua
negara. Ada yang belah bambu. Ada yang belah ketupat.

Yang menginginkan PSBB
diperpanjang umumnya tenaga kesehatan dan ilmuwan.

Orang mampu juga ingin PSBB
diperpanjang. Diperpanjang satu tahun pun mereka tetap TTH โ€“tabungan tidak
habis.

Yang menginginkan tidak
diperpanjang adalah yang ekonominya pas-pasan. Yang tidak punya uang โ€“kalau
hari itu tidak bekerja.

Di negara maju persoalan yang
terakhir itu bisa diatasi dengan mudah: pemerintah memberi mereka uang. Yang di
Amerika Rp 15 juta/bulan.

Para pengusaha juga pro diakhiri.
Dengan PSBB usaha mereka macet.

Alasan tenaga medis jelas: rumah
sakit akan kelelahan. Mereka tidak akan mampu menangani meledaknya penderita
baru Covid-19.

Apakah PSBB selama ini berhasil?

Berhasil. Kalau targetnya hanya
membuat penularan tidak gila-gilaan. Buktinya belum pernah ada penambahan
penderita baru yang sampai ribuan orang/hari.

Tidak sampai seperti di Amerika
โ€“30.000 orang sehari. Selama lebih satu bulan. Sekarang pun โ€“yang sudah
dianggap redaโ€“ masih sekitar 15.000/hari.

PSBB berhasil.

Kalau penambahan itu tetap
sekitar 900 orang/hari. Dengan angka itu tenaga medis pun masih bisa
dimampu-mampukan.

Rupanya pemerintah cukup puas
dengan angka pertambahan seperti itu. Itulah sebabnya pelonggaran-pelonggaran
dilakukan. Mal-mal dibuka.

Tentu tenaga kesehatan yang
waswas. Apalagi tingkat ketaatan masyarakat terhadap PSBB masih seperti itu
โ€“berjubelnya.

Sebenarnya berapa persenkah
tingkat ketaatan masyarakat terhadap PSBB?

Belum ada lembaga riset yang
mengumumkannya.

Saya sendiri memperkirakan 70
persen. Angka itu boleh ditawar. Anda pasti punya angka sendiri.

Sebenarnya ketaatan 70 persen itu
cukup bagus. Tapi sisa 30 persen itu juga masih sangat banyak. Yang membuat
seolah PSBB setengah-setengah.

Saya sendiri juga tidak taat 100
persen. Mungkin 93 persen. Saya masih ke secuil kebun di luar kota. Sesekali.
Juga tidak pakai masker selama dalam perjalanan mobil itu.

Saya juga masih rutin ke pabrik.
Seminggu tiga kali. Dengan selalu mengenakan masker dan jaga jarak.

Pabrik itu โ€“PT Ensterna
Indonesiaโ€“ harus selesai: sebulan lagi. Investasinya hampir Rp 200 miliar.
Yang akan sangat diperlukan oleh negara โ€“untuk mendukung ekspor.

Baca Juga :  Dukung Pemindahan Ibukota RI ke Kalimantan Tengah

Itulah pabrik irradiasi
โ€“fasilitas untuk mematikan virus, bakteri, dan segala macam kuman. Banyak
negara maju mensyaratkan bebas bakteri/virus/kuman untuk barang yang mereka
impor.

Buah tropik yang kita ekspor pun
akan lebih awet bila dilewatkan mesin irradiasi itu โ€“tanpa menggunakan kimia.

Pabrik seperti itu cita-cita lama
saya. Agar ekspor kita lebih bisa digalakkan. Dan agar penggunaan kimia bisa
berkurang โ€“misalnya untuk popok bayi. Selama ini kimia banyak digunakan karena
fasilitas seperti ini tidak ada. Padahal di Tiongkok โ€“yang gila ekspor ituโ€“
setiap kota pasti memilikinya. Di satu kota Shanghai saja ada 50-an fasilitas
irradiasi.

Kembali ke PSBB.

Upsโ€ฆ

Ketaatan saya rasanya hanya 87
persen. Sudah lebih tinggi dari rata-rata 70 persen tadi. Saya total makan di
rumah โ€“kebetulan istri hobi masak. Cukur rambut pun oleh anak wedok โ€“sekalian
agak digundul.

Jadi, diperpanjang atau tidak?

Di Tiongkok memang sudah nyaris
tidak ada lagi penderita baru. Beberapa hari terakhir ini. Tapi panti pijat,
nightclub, dan bioskop masih wajib tutup. Selebihnya sudah bebas.

Di banyak negara juga sudah
dilonggarkan. Meski penderita baru masih cukup banyak. Di Rusia memang masih
tinggi โ€“tapi jumlah yang meninggal tidak banyak.

Tinggal Brazil yang masih
mengkhawatirkan. Seperti di Amerika, sikap presidennyalah yang dianggap sebagai
gara-gara.

Diperpanjang atau tidak?

Untungnya, penularan virus ini
hanya lewat percikan air liur atau ingus. Bukan virus yang beterbangan di
udara.

Kalau pun PSBB tidak diperpanjang
kedisiplinan memang harus naik โ€“disiplin masker, jaga jarak dan cuci tangan
dengan sabun.

Memang akan ada opini negatif,
setengah guyon: kalau PSBB tidak diperpanjang berarti KUKMK โ€“karep-karepmu:
urip karepmu, mati karepmu. Terserah Anda, mau hidup atau mau mati.

Seperti pesawat auto pilot. Lebih
parah dari itu.

Tapi, biarpun canda, KUKMK
mengandung unsur pendidikan: Anda akan tetap selamat kalau hati-hati.

Bagaimana kalau penderita barunya
nanti meledak tak terkendali?

Baca Juga :  Alumni SMA Kolese De Britto Berbagi Kasih

Rumah sakit akan kelelahan.

Sekaligus kita menyadari bahwa
manajemen kita kurang bagus.

Memang sayang sekali: kita tidak
punya pun sekedar grup WA โ€“atau yang sejenisnyaโ€“ yang anggotanya khusus
penderita diabetes.

Mungkin karena jumlahnya terlalu
banyak. Tapi kan bisa dikelompokkan lebih kecil. Berdasar tingkat keseriusannya
maupun berdasar wilayah.

Bisa saja grup WA itu dibagi
tiga: grup WA diabetes yang sudah cuci darah, grup yang sudah tahap suntik insulin,
dan grup yang sudah makan obat.

Mungkin, siapa tahu, ada kepala
daerah yang mau melangkah ke sana.

Kalau per kabupaten terlalu luas,
bisa dibagi per kecamatan.

Di saat tidak ada lagi PSBB grup
WA seperti itu akan efektif.

Demikian juga grup WA penderita
tekanan darah tinggi. Yang kalau jumlahnya terlalu banyak juga bisa dibagi.
Terutama untuk yang punya komplikasi dengan penyakit lain.

Kelompok tersebut bisa ditangani
secara khusus. Justru sebelum mereka tertular Covid-19. Daripada mereka
memenuhi rumah sakit.

Memang diperlukan manajemen yang
sungguh-sungguh serius. Tapi saya yakin banyak kepala daerah kita yang mampu.
Bupati Banyuwangi, Bupati Kulon Progo, Belitung, dan banyak lagi sudah
membuktikan mampu. Tinggal menambah ke bidang ini.

Teknologi sudah ada. Termasuk
untuk mengontrol kedisiplinan mereka.

Kalau perlu adakan apps khusus
untuk mereka. Tiap hari mereka wajib mengisi apa saja yang mereka makan. Juga
yang mereka minum.

Penyakit-penyakit tadi sangat
erat dengan apa yang mereka konsumsi.

Bagi yang bisa disiplin bantuan
akan diteruskan. Bagi yang makan-minumnya sembrono diperingatkan.

Sudah lama saya setuju dengan
fatwa Profesor Kenichi Ohmae: tidak ada negara kaya dan negara miskin; yang ada
adalah negara dengan manajemen baik dan negara dengan manajemen yang kurang
baik.

รขโ‚ฌยNabiรขโ‚ฌย nya ilmu manajemen itu
ingin mengatakan: semiskin apa pun negara itu akan menjadi kaya kalau
manajemennya baik. Contohnya banyak, termasuk Jepang dan Singapura.

Sebaliknya negara kaya pun akan
jadi miskin kalau manajemennya tidak baik.

Saya tidak tahu negara mana
contohnya. (Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru