27.8 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Jenis Permainan yang Cocok dan Aman untuk Anak

Parents, gemas tidak ketika anak lebih asyik nge-game di gadget daripada berinteraksi dengan mama-papa atau bahkan saudaranya? Sepulang sekolah, yang dicari bukan orang tua, melainkan di mana gadgetnya. Game dan game. Pusing banget!

ADIK, Kak, Adik, Kak! Dipanggil berkali-kali nggak nyahut. Eh ternyata, si adik atau kakak lagi asyik bermain game. Sabar, parents. Super menggemaskan! Menurut praktisi bidang psikologis Diah Ayu Anggraeni, tampilan hingga resolusi gambar yang menarik selalu berhasil memancing anak buat bermain game. Cara mainnya juga berbeda dengan permainan jadul (jaman dulu). ’’Permainan jadul lebih mengandalkan tenaga. Sementara itu, game gadget menggunakan otak untuk berpikir dan kelincahan jari-jari,’’ ujarnya.

Ada beberapa sisi positif ketika anak bermain game di gadget. Diah mengungkapkan, pertama, anak bisa berpikir secara cepat dan efektif. Dalam game, anak akan berusaha melewati level yang ada. Lewat game, anak pun didorong untuk berpikir secara cepat serta efektif dalam menyelesaikan masalah.

Sisi positif kedua, lanjut Diah, kreativitas anak akan bertumbuh. Pada game yang rumit, anak didorong untuk berpikir kreatif. Terakhir, sisi positif ketiga adalah jiwa pantang menyerah anak juga tumbuh.

Lalu, bagaimana dengan sisi negatifnya? Duh, bikin geleng-geleng kepala kalau lihat sisi negatifnya. Diah menuturkan, ada beberapa dampak negatif anak bermain game di gadget.

Terpisah, konselor anak dan remaja Mariah Afrina menuturkan, bermain game di gadget perlu diberi waktu atau durasi. Hal itu bertujuan supaya anak tidak kecanduan. Untuk waktunya, bisa 2–3 jam per hari. ’’Kalau lebih, takutnya ketergantungan. Semisal anak tantrum karena tidak dikasih game di gadget, biarin dulu saja,’’ terangnya.

Setelah anak tenang, lanjut perempuan 33 tahun itu, orang tua baru memberikan penjelasan mengapa tidak boleh main game di gadget. Parents bisa menjelaskan dengan bahasa yang sesuai usia anak.

Baca Juga :  Gerakan Nikah

 

BIKIN KOMITMEN DENGAN BUAH HATI

ERMITA Hartini pernah merasakan pusing tujuh keliling karena anaknya kecanduan game di gadget. Ibu satu anak itu tak jarang dibuat emosi dengan sikap Endru, 7. Setiap pulang sekolah, seragam belum lepas dari badan, Endru sudah bermain game di gadget. Endru membeli gadget dari uang tabungan yang dikumpulkannya.

Ermita menuturkan, dirinya tak ingin hal itu berlarut-larut. Akhirnya, Ermita dan Endru membuat kesepakatan bahwa gawai anaknya dijual. ”Saya bilang, ’Gawai adik tadi rusak ketumpahan air. Jadi, dibetulkan dulu di tukang servis’,” kenangnya, lalu tertawa.

 

Ternyata masalah tak berakhir begitu saja. Endru sempat protes dan marah. Endru meminta gawai Ermita diisi game kesukaannya. ”Saya bilang boleh main game, tapi cuma sejam. Saya kasih alarm itu. Setelah sejam, ya sudah saya cabut,” ujarnya.

Endru mau tak mau merelakan gawai diserahkan kepada Ermita karena bukan gawai miliknya. Gawai Endru sedang rusak. Endru beradaptasi dengan sistem sejam bermain game sekitar tiga minggu. Di awal minggu sangat berat. Endru selalu protes.

Ermita menyatakan, komitmen penting dan harus dibuat orang tua dengan anak. Jika sudah berkomitmen, lanjutnya, orang tua tak boleh kendur.

 

ALIHKAN ANAK KE HAL INI, YUK!

– HOLLA! Parents pasti sulit mengalihkan anak dari game di gadget. Di mata anak-anak, gadget itu bak superman yang menyelamatkan mereka dari kebosanan. Nah, coba alihkan perhatian anak dari gadget dengan cara ini deh.

– Berbicara tentang hobi anak. Cari hobi anak yang sudah lama tidak dilakukan. Misalnya, sebelumnya anak suka bermain bus tayo. Bunda-ayah boleh tanya, tayo adik di mana? Mama atau papa kok tidak pernah lihat?

Baca Juga :  Relawan Pemenangan Sugianto-Edy Harus Bisa Menjaga Sikap, Fokus Ajak M

– Cari hal menarik di sekitar anak. Berpikir kreatif itu sejatinya lebih asyik daripada emosi, lho, mom-dad. Lebih capek kalau emosi bukan? Misalnya, ada kucing lewat. Cari apa yang unik dari kucing itu. Entah itu warna bulu atau perutnya yang supergendut.

– Ajak main tebak-tebakan. Cara ini bisa diberikan untuk anak di atas usia 5 tahun. Yang ringan saja, Bun. Seperti bebek itu kakinya dua atau empat? Bagaimana sih bunyi tokek?

– Curhat. Raih jari-jari anak, kemudian tatap matanya, lalu peluk. Coba cerita yang menarik dari kisah bunda atau ayah. Misalnya, dulu mom pernah jatuh dari sepeda. Kemudian, mom tidak nangis, tapi teman mommy menangis.

Di antaranya, muncul perilaku negatif, terutama pada game yang menampilkan unsur kekerasan hingga membunuh, anak berpotensi menjadi antisosial (ansos) karena waktunya terkuras oleh game di gadget, berbicara kasar bisa saja dari lawan main game di gadget, hingga kurang gerak disebabkan duduk berjam-jam main game.

Ngeri nggak parents setelah tahu dampak negatif dari bermain game? Karena itu, ayah-bunda perlu memilih game untuk anak agar tidak berdampak buruk. Dia menjelaskan, pilih game sesuai usia karena setiap usia pasti punya tugas perkembangan yang berbeda-beda, game yang menstimulasi kreativitas anak, game yang melatih kemampuan berpikir serta kepemimpinan anak, dan media game.

Diah menyarankan apabila game dimainkan di alat dengan ukuran monitor yang lebar. Misalnya, di personal computer (PC) atau TV. ’’Orang tua bisa sambil mengawasi jenis permainan yang dimainkan,’’ imbuhnya.

Parents, gemas tidak ketika anak lebih asyik nge-game di gadget daripada berinteraksi dengan mama-papa atau bahkan saudaranya? Sepulang sekolah, yang dicari bukan orang tua, melainkan di mana gadgetnya. Game dan game. Pusing banget!

ADIK, Kak, Adik, Kak! Dipanggil berkali-kali nggak nyahut. Eh ternyata, si adik atau kakak lagi asyik bermain game. Sabar, parents. Super menggemaskan! Menurut praktisi bidang psikologis Diah Ayu Anggraeni, tampilan hingga resolusi gambar yang menarik selalu berhasil memancing anak buat bermain game. Cara mainnya juga berbeda dengan permainan jadul (jaman dulu). ’’Permainan jadul lebih mengandalkan tenaga. Sementara itu, game gadget menggunakan otak untuk berpikir dan kelincahan jari-jari,’’ ujarnya.

Ada beberapa sisi positif ketika anak bermain game di gadget. Diah mengungkapkan, pertama, anak bisa berpikir secara cepat dan efektif. Dalam game, anak akan berusaha melewati level yang ada. Lewat game, anak pun didorong untuk berpikir secara cepat serta efektif dalam menyelesaikan masalah.

Sisi positif kedua, lanjut Diah, kreativitas anak akan bertumbuh. Pada game yang rumit, anak didorong untuk berpikir kreatif. Terakhir, sisi positif ketiga adalah jiwa pantang menyerah anak juga tumbuh.

Lalu, bagaimana dengan sisi negatifnya? Duh, bikin geleng-geleng kepala kalau lihat sisi negatifnya. Diah menuturkan, ada beberapa dampak negatif anak bermain game di gadget.

Terpisah, konselor anak dan remaja Mariah Afrina menuturkan, bermain game di gadget perlu diberi waktu atau durasi. Hal itu bertujuan supaya anak tidak kecanduan. Untuk waktunya, bisa 2–3 jam per hari. ’’Kalau lebih, takutnya ketergantungan. Semisal anak tantrum karena tidak dikasih game di gadget, biarin dulu saja,’’ terangnya.

Setelah anak tenang, lanjut perempuan 33 tahun itu, orang tua baru memberikan penjelasan mengapa tidak boleh main game di gadget. Parents bisa menjelaskan dengan bahasa yang sesuai usia anak.

Baca Juga :  Gerakan Nikah

 

BIKIN KOMITMEN DENGAN BUAH HATI

ERMITA Hartini pernah merasakan pusing tujuh keliling karena anaknya kecanduan game di gadget. Ibu satu anak itu tak jarang dibuat emosi dengan sikap Endru, 7. Setiap pulang sekolah, seragam belum lepas dari badan, Endru sudah bermain game di gadget. Endru membeli gadget dari uang tabungan yang dikumpulkannya.

Ermita menuturkan, dirinya tak ingin hal itu berlarut-larut. Akhirnya, Ermita dan Endru membuat kesepakatan bahwa gawai anaknya dijual. ”Saya bilang, ’Gawai adik tadi rusak ketumpahan air. Jadi, dibetulkan dulu di tukang servis’,” kenangnya, lalu tertawa.

 

Ternyata masalah tak berakhir begitu saja. Endru sempat protes dan marah. Endru meminta gawai Ermita diisi game kesukaannya. ”Saya bilang boleh main game, tapi cuma sejam. Saya kasih alarm itu. Setelah sejam, ya sudah saya cabut,” ujarnya.

Endru mau tak mau merelakan gawai diserahkan kepada Ermita karena bukan gawai miliknya. Gawai Endru sedang rusak. Endru beradaptasi dengan sistem sejam bermain game sekitar tiga minggu. Di awal minggu sangat berat. Endru selalu protes.

Ermita menyatakan, komitmen penting dan harus dibuat orang tua dengan anak. Jika sudah berkomitmen, lanjutnya, orang tua tak boleh kendur.

 

ALIHKAN ANAK KE HAL INI, YUK!

– HOLLA! Parents pasti sulit mengalihkan anak dari game di gadget. Di mata anak-anak, gadget itu bak superman yang menyelamatkan mereka dari kebosanan. Nah, coba alihkan perhatian anak dari gadget dengan cara ini deh.

– Berbicara tentang hobi anak. Cari hobi anak yang sudah lama tidak dilakukan. Misalnya, sebelumnya anak suka bermain bus tayo. Bunda-ayah boleh tanya, tayo adik di mana? Mama atau papa kok tidak pernah lihat?

Baca Juga :  Relawan Pemenangan Sugianto-Edy Harus Bisa Menjaga Sikap, Fokus Ajak M

– Cari hal menarik di sekitar anak. Berpikir kreatif itu sejatinya lebih asyik daripada emosi, lho, mom-dad. Lebih capek kalau emosi bukan? Misalnya, ada kucing lewat. Cari apa yang unik dari kucing itu. Entah itu warna bulu atau perutnya yang supergendut.

– Ajak main tebak-tebakan. Cara ini bisa diberikan untuk anak di atas usia 5 tahun. Yang ringan saja, Bun. Seperti bebek itu kakinya dua atau empat? Bagaimana sih bunyi tokek?

– Curhat. Raih jari-jari anak, kemudian tatap matanya, lalu peluk. Coba cerita yang menarik dari kisah bunda atau ayah. Misalnya, dulu mom pernah jatuh dari sepeda. Kemudian, mom tidak nangis, tapi teman mommy menangis.

Di antaranya, muncul perilaku negatif, terutama pada game yang menampilkan unsur kekerasan hingga membunuh, anak berpotensi menjadi antisosial (ansos) karena waktunya terkuras oleh game di gadget, berbicara kasar bisa saja dari lawan main game di gadget, hingga kurang gerak disebabkan duduk berjam-jam main game.

Ngeri nggak parents setelah tahu dampak negatif dari bermain game? Karena itu, ayah-bunda perlu memilih game untuk anak agar tidak berdampak buruk. Dia menjelaskan, pilih game sesuai usia karena setiap usia pasti punya tugas perkembangan yang berbeda-beda, game yang menstimulasi kreativitas anak, game yang melatih kemampuan berpikir serta kepemimpinan anak, dan media game.

Diah menyarankan apabila game dimainkan di alat dengan ukuran monitor yang lebar. Misalnya, di personal computer (PC) atau TV. ’’Orang tua bisa sambil mengawasi jenis permainan yang dimainkan,’’ imbuhnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru