26 C
Jakarta
Wednesday, April 24, 2024

Visa Taiwan

Dalam hal kemudahan mencari
visa 
Taiwan juaranya. Akalnya paling sehat.

Tidak perlu ke kedutaan besar
–yang Taiwan memang tidak punya.

Tidak perlu ke agen perjalanan.

Bahkan tidak perlu meninggalkan
paspor di lokasi pengurusan visa.

Memang tidak perlu ke lokasi
mana pun. Cukup lewat internet.

Apalagi bagi yang sudah punya
visa Amerika Serikat.
Atau visa Eropa (Sengen). Atau visa Jepang. Mudahnya luar biasa.

Kita tinggal mengisi beberapa
pertanyaan di internet itu. Semua pertanyaan ada di lembaran itu. Tidak perlu
klik untuk masuk ke menu lain.

Lalu ada pertanyaan: apakah
sudah punya visa salah satu dari tiga negara tadi.

Saya punya tiga-tiganya. Saya
pilih saja yang Amerika. Klik.

Lalu saya diminta memasukkan
nomor visa Amerika itu.

Klik.

Selesai.

Suruh tunggu sebentar.

Dalam waktu sekejap muncul
tanda di layar internet: visa Anda disetujui.

Yang paling saya puji adalah
penggunaan akal sehatnya. Bahwa orang yang sudah punya visa Amerika pastilah
sudah lolos screening.

Demikian juga yang sudah punya
visa Jepang, Eropa, dan Inggris Raya. Pasti sudah melewati berbagai penelitian
dan menyelidikan.

Untuk apa lagi masih ditanya
banyak hal. Dan dimintai banyak persyaratan.

Mengurus visa masuk ke empat
negara tadi luar biasa sulitnya. Maka kalau sudah punya visa negara tersebut
untuk apa lagi harus lewat proses njelimet.

Visa India kini juga sudah bisa diurus lewat
internet. Disebut e-Visa. Yang penting bayar. Kian cepat kian mahal. Yang
tercepat 2×24 jam.

Baca Juga :  Kearifan Lokal Vs Hoaks

Biayanya: Rp 1,2 juta.

Turki juga memberikan pelayanan visa di
internet. Demikian juga beberapa negara lainnya.

Kini kian banyak negara yang
menyerahkan urusan visa ke ‘kontraktor’ terpercaya. Agar tidak lagi membuat dan
menambah kesibukan kedutaan masing-masing.

Yang saya puji dari Indonesia adalah proses masuk ke
Indonesia-nya. Yang tidak perlu lagi harus mengisi formulir imigrasi.

Begitu mendarat cukup
menyerahkan paspor di loket imigrasi. Lalu diperiksa –untuk diizinkan masuk
atau tidak.

Dalam hal kesederhanaan proses
itu kita sudah mengalahkan Singapura. Sampai sekarang kita masih harus mengisi
formulir imigrasi itu sebelum masuk ke Singapura. Kuno sekali.

Suatu saat saya bangga luar
biasa –menjadi bangsa Indonesia.

Hari itu ada penumpang bule di
sebelah saya. Begitu akan mendarat di Jakarta ia panggil pramugari. Untuk minta
formulir imigrasi.

Sebelum pramugari menjawab saya
sudah menjelaskan padanya: tidak perlu lagi isi formulir. Dada saya rasa ingin
meledak –saking bangganya.

Saya juga bangga pada Taiwan.
Yang memilih menggunakan akal sehat itu. Itu yang saya senang. Akal sehat
selalu dipakai.

Meksiko lebih pinter lagi. Bagi
yang sudah punya visa Amerika tidak perlu lagi mengurus visa Meksiko.

Ke internet pun tidak perlu.
Langsung saja datang ke Meksiko.

Karena itu saya bisa
keluar-masuk Meksiko. Setiap kali berada di Texas selatan saya masuk ke negara
yang kini lagi sulit itu –khususnya sulit menjual pesawat kepresidenannya.

ALMO, Presiden Meksiko sekarang,
sangat marah sejak masih kampanye dua tahun lalu. Marah kepada presiden saat
itu: kok membeli pesawat kepresidenan yang begitu besar. Yakni Boeing 787. Yang
harganya USD 300 juta lebih.

Baca Juga :  Sistem Zonasi Korbankan Semangat Perkembangan

“Itu tidak cocok untuk
Meksiko. Semua kota di Meksiko bisa dijangkau dalam 2 jam penerbangan,”
ujar ALMO —singkatan dari Andres Manuel Lopez
Obrador
.

Begitu terpilih sebagai
presiden ia pun langsung jual itu pesawat.

Tidak laku-laku.

Padahal sudah ditawarkan jual
rugi: hanya USD 179 juta.

Pernah ALMO menawarkannya
langsung ke Presiden Donald Trump –yang
ia idolakan dan ia ikuti jejaknya.

Pun Trump tidak perlu bayar
pakai uang. Cukup dibayar dengan barang apa pun yang diperlukan rakyat miskin
Meksiko.

Sayangnya Trump pun tidak mau
membelinya. Bahkan merespon penawaran itu pun tidak.

Pesawat itu pun terus memakan
biaya –pemeliharaan dan sewa hanggar. Mubadzir. AMLO sendiri selalu naik pesawat
komersial.

Saya juga pernah ke Mexico City
dan Guadalajara tanpa visa –karena sudah punya visa Amerika itu.

Dulu untuk ke Taiwan tetap
harus mengurus visa. Yang menerbitkan visa adalah kantor perwakilan dagang
Taiwan di Jakarta –fungsinya mirip kedutaan.

Taiwan tidak punya kedutaan di
Indonesia karena kita menganut prinsip One China Policy –seperti
umumnya negara lain di dunia.

Kini visa itu sudah bisa diurus
di internet. Relevansi kedutaan memang sudah sangat menurun.

Bahkan Presiden Donald Trump bisa
mengerjakan sendiri sebagian pekerjaan duta besarnya –dengan hanya menggunakan
Twitternya.(Dahlan Iskan)

 

Dalam hal kemudahan mencari
visa 
Taiwan juaranya. Akalnya paling sehat.

Tidak perlu ke kedutaan besar
–yang Taiwan memang tidak punya.

Tidak perlu ke agen perjalanan.

Bahkan tidak perlu meninggalkan
paspor di lokasi pengurusan visa.

Memang tidak perlu ke lokasi
mana pun. Cukup lewat internet.

Apalagi bagi yang sudah punya
visa Amerika Serikat.
Atau visa Eropa (Sengen). Atau visa Jepang. Mudahnya luar biasa.

Kita tinggal mengisi beberapa
pertanyaan di internet itu. Semua pertanyaan ada di lembaran itu. Tidak perlu
klik untuk masuk ke menu lain.

Lalu ada pertanyaan: apakah
sudah punya visa salah satu dari tiga negara tadi.

Saya punya tiga-tiganya. Saya
pilih saja yang Amerika. Klik.

Lalu saya diminta memasukkan
nomor visa Amerika itu.

Klik.

Selesai.

Suruh tunggu sebentar.

Dalam waktu sekejap muncul
tanda di layar internet: visa Anda disetujui.

Yang paling saya puji adalah
penggunaan akal sehatnya. Bahwa orang yang sudah punya visa Amerika pastilah
sudah lolos screening.

Demikian juga yang sudah punya
visa Jepang, Eropa, dan Inggris Raya. Pasti sudah melewati berbagai penelitian
dan menyelidikan.

Untuk apa lagi masih ditanya
banyak hal. Dan dimintai banyak persyaratan.

Mengurus visa masuk ke empat
negara tadi luar biasa sulitnya. Maka kalau sudah punya visa negara tersebut
untuk apa lagi harus lewat proses njelimet.

Visa India kini juga sudah bisa diurus lewat
internet. Disebut e-Visa. Yang penting bayar. Kian cepat kian mahal. Yang
tercepat 2×24 jam.

Baca Juga :  Kearifan Lokal Vs Hoaks

Biayanya: Rp 1,2 juta.

Turki juga memberikan pelayanan visa di
internet. Demikian juga beberapa negara lainnya.

Kini kian banyak negara yang
menyerahkan urusan visa ke ‘kontraktor’ terpercaya. Agar tidak lagi membuat dan
menambah kesibukan kedutaan masing-masing.

Yang saya puji dari Indonesia adalah proses masuk ke
Indonesia-nya. Yang tidak perlu lagi harus mengisi formulir imigrasi.

Begitu mendarat cukup
menyerahkan paspor di loket imigrasi. Lalu diperiksa –untuk diizinkan masuk
atau tidak.

Dalam hal kesederhanaan proses
itu kita sudah mengalahkan Singapura. Sampai sekarang kita masih harus mengisi
formulir imigrasi itu sebelum masuk ke Singapura. Kuno sekali.

Suatu saat saya bangga luar
biasa –menjadi bangsa Indonesia.

Hari itu ada penumpang bule di
sebelah saya. Begitu akan mendarat di Jakarta ia panggil pramugari. Untuk minta
formulir imigrasi.

Sebelum pramugari menjawab saya
sudah menjelaskan padanya: tidak perlu lagi isi formulir. Dada saya rasa ingin
meledak –saking bangganya.

Saya juga bangga pada Taiwan.
Yang memilih menggunakan akal sehat itu. Itu yang saya senang. Akal sehat
selalu dipakai.

Meksiko lebih pinter lagi. Bagi
yang sudah punya visa Amerika tidak perlu lagi mengurus visa Meksiko.

Ke internet pun tidak perlu.
Langsung saja datang ke Meksiko.

Karena itu saya bisa
keluar-masuk Meksiko. Setiap kali berada di Texas selatan saya masuk ke negara
yang kini lagi sulit itu –khususnya sulit menjual pesawat kepresidenannya.

ALMO, Presiden Meksiko sekarang,
sangat marah sejak masih kampanye dua tahun lalu. Marah kepada presiden saat
itu: kok membeli pesawat kepresidenan yang begitu besar. Yakni Boeing 787. Yang
harganya USD 300 juta lebih.

Baca Juga :  Sistem Zonasi Korbankan Semangat Perkembangan

“Itu tidak cocok untuk
Meksiko. Semua kota di Meksiko bisa dijangkau dalam 2 jam penerbangan,”
ujar ALMO —singkatan dari Andres Manuel Lopez
Obrador
.

Begitu terpilih sebagai
presiden ia pun langsung jual itu pesawat.

Tidak laku-laku.

Padahal sudah ditawarkan jual
rugi: hanya USD 179 juta.

Pernah ALMO menawarkannya
langsung ke Presiden Donald Trump –yang
ia idolakan dan ia ikuti jejaknya.

Pun Trump tidak perlu bayar
pakai uang. Cukup dibayar dengan barang apa pun yang diperlukan rakyat miskin
Meksiko.

Sayangnya Trump pun tidak mau
membelinya. Bahkan merespon penawaran itu pun tidak.

Pesawat itu pun terus memakan
biaya –pemeliharaan dan sewa hanggar. Mubadzir. AMLO sendiri selalu naik pesawat
komersial.

Saya juga pernah ke Mexico City
dan Guadalajara tanpa visa –karena sudah punya visa Amerika itu.

Dulu untuk ke Taiwan tetap
harus mengurus visa. Yang menerbitkan visa adalah kantor perwakilan dagang
Taiwan di Jakarta –fungsinya mirip kedutaan.

Taiwan tidak punya kedutaan di
Indonesia karena kita menganut prinsip One China Policy –seperti
umumnya negara lain di dunia.

Kini visa itu sudah bisa diurus
di internet. Relevansi kedutaan memang sudah sangat menurun.

Bahkan Presiden Donald Trump bisa
mengerjakan sendiri sebagian pekerjaan duta besarnya –dengan hanya menggunakan
Twitternya.(Dahlan Iskan)

 

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru