26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Menanti Sssstttt…

“Izin sudah keluar?“ tanya saya. Entah
sudah yang ke berapa.

Tidak hanya saya yang berharap nonstop: agar
ventilator yang diciptakan di Masjid Salman di ITB itu bisa segera memperoleh
izin.

“Izin Vent-I sudah keluar?” tanya
saya pada Hari Tjahjono kemarin.

Hari adalah alumnus ITB jurusan mesin
penerbangan. Ia lulus tahun 1990. Lalu dapat beasiswa untuk meraih gelar master
di Twente, Belanda.

Hari masuk ke dalam tim Vent-I bagian
penggalangan modal.

Hari adalah pendiri PT Abyor International.
Yang kini karyawannya sudah 250 orang. Yakni perusahaan konsultan IT. Bersama
Gu Gun Gunawan.

Setelah perusahaannya mapan, kini Hari lebih
banyak aktif di kegiatan sosial.

Dengan adanya tim Hari Tjahjono ini Dr Syarif
Hidayat, pemilik ide Vent-I, bisa lebih fokus ke masalah teknologinya.

Tapi Dr Syarif sendiri tidak ikut ke Jakarta
–ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).

Ia yakin dua orang anggota tim Vent-I bisa
menjawab pertanyaan penguji di BPFK itu.

Jadi kapan izin akan keluar?

Apa jawaban Hari?

Baiknya jawaban Hari itu saya copy apa adanya. Untuk Anda baca sendiri. Seperti
yang di bawah ini. Sekalian agar Anda setuju dengan penilaian saya: bahwa Kang
Hari ini ternyata alumni ITB yang pandai menulis:

Banyak
yang menanyakan ke saya kapan Vent-I lolos uji dari BPFK, Kementrian Kesehatan.

Mereka
tidak saja para donatur yang sudah mentransfer dananya, tapi juga para calon
donatur. Yakni mereka yang baru akan segera mentransfer dananya setelah Vent-I
lolos uji.

Semuanya
ingin Vent-I segera lolos uji. Dan segera diproduksi massal. Korban meninggal
akibat Covid-19 terus bertambah.

Siapa
tahu kalau Vent-I segera lolos uji dan dan diproduksi bisa membantu mengurangi
angka kematian itu…

Tim
Vent-I pun punya keinginan yang sama. Dokter yang terlibat dalam pengembangan
Vent-I pun ingin segera memakai alat ini. Kebutuhan di lapangan sudah sangat
mendesak. Tetapi karena alat ini menyangkut nyawa manusia, keadaan sedarurat
apapun tidak dapat dijadikan alasan untuk mem-bypass prosedur uji. Proses
uji harus dilakukan dengan tertib, agar tidak menimbulkan masalah yang tidak
perlu.

Menyaksikan
proses uji di BPFK (di Jakarta) kemarin membuat tim Vent-I deg-degan. Karena
status PSBB, hanya 2 orang anggota tim yang ikut proses uji. Anggota yang lain
hanya bisa mengikuti proses itu dari Bandung. Secara remote. Lewat aplikasi
virtual meeting. Tidak semua dialog di proses uji itu dapat diikuti dengan
jelas. Itu semakin membuat anggota tim deg-degan. Akankah Vent-I lolos uji?

Syukur
alhamdulillah hasil uji kemarin berhasil dengan cukup baik. Terima kasih.
Terutama kepada tim BPFK yang telah melakukan proses uji dengan baik itu.

Di
bidang fungsi ventilator CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) berjalan
dengan baik. Semua parameter menghasilkan angka yang konsisten. Sesuai dengan
spesifikasi desain.

Demikian
juga laju aliran udara, laju aliran oksigen, laju aliran campuran, tekanan
campuran dan kadar oksigen. Semuanya terukur secara konsisten sesuai dengan
desain. Syukur alhamdulillah. Kerja keras tim siang dan malam selama beberapa
minggu terakhir berbuah manis. Harapan agar Vent-I segera lolos uji semakin
membuncah…

Apakah
dengan demikian Vent-I otomatis lolos uji?

Tunggu
dulu.

Vent-I
adalah alat bantu nafas. Alat yang butuh jaminan keselamatan bagi pasien 100
persen. Alat yang butuh ambang batas ketahanan yang sudah ditentukan. Alat ini
masih harus lolos uji ketahanan. Harus pula diadakan beberapa perbaikan minor.
Alhasil, demi kebaikan semua, kita mesti sabar menunggu. Sampai alat ini
benar-benar lolos uji secara resmi.

Mohon
dukungan semua sahabat agar proses yang kritikal ini dapat segera dilewati, dan
alat yang kita tunggu-tunggu ini benar-benar lolos uji BPFK. Mohon doanya.

Salam,
Hari Tjahjono

Begitulah. Semoga tidak ada lagi uji yang
ketiga.

Baca Juga :  Bupati Kunjungi SM Lamandau

Dr Syarif Hidayat sendiri yang tidak ikut ke
Jakarta memonitor proses uji itu dari sebuah ruang di Masjid Salman ITB.

Berarti tes kemarin itu adalah tes yang
kedua. Tes pertama sudah dilakukan Selasa minggu lalu.

Kini giliran saya yang deg-degan.

Indonesia belum pernah memproduksi
ventilator. Ventilator yang ada di rumah sakit kita semuanya impor. Bahkan
semuanya adalah ventilator yang jenisnya invasive.

Berarti kita belum punya standar industri di
bidang ini. Apalagi untuk ventilator jenis non-invasive yang ingin diproduksi
ITB ini.

Saya pun lantas bertanya-tanya. Ke diri saya
sendiri.

Ingin tahukah Anda apakah pertanyaan saya
untuk diri saya sendiri itu?

Baca Juga :  Perlu Pengawasan Intens

Inilah pertanyaan itu (Sssstttt…. , karena
ini pertanyaan untuk diri saya sendiri, tolong membacanya lirih saja):
Jangan-jangan standar uji yang dipakai menguji Vent-I adalah yang dari luar negeri.
Yakni standar ventilator yang sudah ada di rumah-rumah sakit itu. Yang,
sssstttt, invasive itu.(dahlan iskan)

“Izin sudah keluar?“ tanya saya. Entah
sudah yang ke berapa.

Tidak hanya saya yang berharap nonstop: agar
ventilator yang diciptakan di Masjid Salman di ITB itu bisa segera memperoleh
izin.

“Izin Vent-I sudah keluar?” tanya
saya pada Hari Tjahjono kemarin.

Hari adalah alumnus ITB jurusan mesin
penerbangan. Ia lulus tahun 1990. Lalu dapat beasiswa untuk meraih gelar master
di Twente, Belanda.

Hari masuk ke dalam tim Vent-I bagian
penggalangan modal.

Hari adalah pendiri PT Abyor International.
Yang kini karyawannya sudah 250 orang. Yakni perusahaan konsultan IT. Bersama
Gu Gun Gunawan.

Setelah perusahaannya mapan, kini Hari lebih
banyak aktif di kegiatan sosial.

Dengan adanya tim Hari Tjahjono ini Dr Syarif
Hidayat, pemilik ide Vent-I, bisa lebih fokus ke masalah teknologinya.

Tapi Dr Syarif sendiri tidak ikut ke Jakarta
–ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).

Ia yakin dua orang anggota tim Vent-I bisa
menjawab pertanyaan penguji di BPFK itu.

Jadi kapan izin akan keluar?

Apa jawaban Hari?

Baiknya jawaban Hari itu saya copy apa adanya. Untuk Anda baca sendiri. Seperti
yang di bawah ini. Sekalian agar Anda setuju dengan penilaian saya: bahwa Kang
Hari ini ternyata alumni ITB yang pandai menulis:

Banyak
yang menanyakan ke saya kapan Vent-I lolos uji dari BPFK, Kementrian Kesehatan.

Mereka
tidak saja para donatur yang sudah mentransfer dananya, tapi juga para calon
donatur. Yakni mereka yang baru akan segera mentransfer dananya setelah Vent-I
lolos uji.

Semuanya
ingin Vent-I segera lolos uji. Dan segera diproduksi massal. Korban meninggal
akibat Covid-19 terus bertambah.

Siapa
tahu kalau Vent-I segera lolos uji dan dan diproduksi bisa membantu mengurangi
angka kematian itu…

Tim
Vent-I pun punya keinginan yang sama. Dokter yang terlibat dalam pengembangan
Vent-I pun ingin segera memakai alat ini. Kebutuhan di lapangan sudah sangat
mendesak. Tetapi karena alat ini menyangkut nyawa manusia, keadaan sedarurat
apapun tidak dapat dijadikan alasan untuk mem-bypass prosedur uji. Proses
uji harus dilakukan dengan tertib, agar tidak menimbulkan masalah yang tidak
perlu.

Menyaksikan
proses uji di BPFK (di Jakarta) kemarin membuat tim Vent-I deg-degan. Karena
status PSBB, hanya 2 orang anggota tim yang ikut proses uji. Anggota yang lain
hanya bisa mengikuti proses itu dari Bandung. Secara remote. Lewat aplikasi
virtual meeting. Tidak semua dialog di proses uji itu dapat diikuti dengan
jelas. Itu semakin membuat anggota tim deg-degan. Akankah Vent-I lolos uji?

Syukur
alhamdulillah hasil uji kemarin berhasil dengan cukup baik. Terima kasih.
Terutama kepada tim BPFK yang telah melakukan proses uji dengan baik itu.

Di
bidang fungsi ventilator CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) berjalan
dengan baik. Semua parameter menghasilkan angka yang konsisten. Sesuai dengan
spesifikasi desain.

Demikian
juga laju aliran udara, laju aliran oksigen, laju aliran campuran, tekanan
campuran dan kadar oksigen. Semuanya terukur secara konsisten sesuai dengan
desain. Syukur alhamdulillah. Kerja keras tim siang dan malam selama beberapa
minggu terakhir berbuah manis. Harapan agar Vent-I segera lolos uji semakin
membuncah…

Apakah
dengan demikian Vent-I otomatis lolos uji?

Tunggu
dulu.

Vent-I
adalah alat bantu nafas. Alat yang butuh jaminan keselamatan bagi pasien 100
persen. Alat yang butuh ambang batas ketahanan yang sudah ditentukan. Alat ini
masih harus lolos uji ketahanan. Harus pula diadakan beberapa perbaikan minor.
Alhasil, demi kebaikan semua, kita mesti sabar menunggu. Sampai alat ini
benar-benar lolos uji secara resmi.

Mohon
dukungan semua sahabat agar proses yang kritikal ini dapat segera dilewati, dan
alat yang kita tunggu-tunggu ini benar-benar lolos uji BPFK. Mohon doanya.

Salam,
Hari Tjahjono

Begitulah. Semoga tidak ada lagi uji yang
ketiga.

Baca Juga :  Bupati Kunjungi SM Lamandau

Dr Syarif Hidayat sendiri yang tidak ikut ke
Jakarta memonitor proses uji itu dari sebuah ruang di Masjid Salman ITB.

Berarti tes kemarin itu adalah tes yang
kedua. Tes pertama sudah dilakukan Selasa minggu lalu.

Kini giliran saya yang deg-degan.

Indonesia belum pernah memproduksi
ventilator. Ventilator yang ada di rumah sakit kita semuanya impor. Bahkan
semuanya adalah ventilator yang jenisnya invasive.

Berarti kita belum punya standar industri di
bidang ini. Apalagi untuk ventilator jenis non-invasive yang ingin diproduksi
ITB ini.

Saya pun lantas bertanya-tanya. Ke diri saya
sendiri.

Ingin tahukah Anda apakah pertanyaan saya
untuk diri saya sendiri itu?

Baca Juga :  Perlu Pengawasan Intens

Inilah pertanyaan itu (Sssstttt…. , karena
ini pertanyaan untuk diri saya sendiri, tolong membacanya lirih saja):
Jangan-jangan standar uji yang dipakai menguji Vent-I adalah yang dari luar negeri.
Yakni standar ventilator yang sudah ada di rumah-rumah sakit itu. Yang,
sssstttt, invasive itu.(dahlan iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru