32.5 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Dua SSW

Kita
terbelalak melihat cepatnya vaksin Covid-19 ditemukan. Oleh jenderal wanita
Chen Wei di Wuhan itu. 

Ternyata
itu kalah cepat. Kemarin TV pemerintah Tiongkok mengumumkan yang baru lagi: ada
satu penemuan vaksin yang sudah dinyatakan lulus uji klinik tahap kedua.
Sedang
vaksin penemuan Chen Wei baru memasuki uji klinik tahap kedua. Dua hari lalu.

Namun
menurut catatan WHO –Organisasi Kesehatan Dunia– vaksin penemuan Chen Wei
adalah satu-satunya yang tercatat di lembaga itu yang sudah melakukan uji
klinik tahap kedua. Berarti penemuan yang lebih cepat itu belum didaftarkan ke
WHO –entah dengan maksud apa.

Pemerintah
Tiongkok sendiri menyebutkan vaksin yang lebih cepat ini dikembangkan oleh
perusahaan di Beijing dan Wuhan. Yakni China Institute Biological Sino
Pharmaceutical Group (Wuhan) dan Kexing Zhongwei Biotechnology Co. Ltd
(Beijing).

Jelas sekali di berita itu, pemerintah mengatakan bahwa
vaksin ini adalah gelombang pertama yang sudah menyelesaikan uji klinik tahap
kedua.

Kalau
begitu masih perlu tahap apa lagi? Sebelum diproduksi massal?

Kalau
zaman normal-normal saja berarti tinggal diperlukan satu tahap uji klinik lagi.

Atau jangan-jangan Tiongkok akan menggunakan klausul
pandemik untuk mempercepat produksi vaksin ini.

Menurut
aturan memang diperlukan tiga tahap uji klinik. Begitulah prosedur penemuan
obat baru.

Uji
klinik tahap pertama untuk melihat bahaya efek samping obat tersebut. Karena
itu jumlah orang yang ikut uji coba tidak perlu banyak.

Dalam
hal ini vaksin yang ditemukan Jenderal Chen Wei sudah lolos. Yakni diputuskan
dalam sidang jarak jauh tanggal 16 Maret lalu. Yang sidangnya hanya berlangsung
dua jam.

Baca Juga :  Pasar Besar Ditutup

Lalu
dikeluarkan izin untuk melakukan uji klinik tahap kedua.

Chen
Wei pun mencari relawan sebanyak 500 orang. Penyuntikan pertama uji klinik
tahap kedua itu sudah dilakukan: tanggal 13 April kemarin. Termasuk kepada
kakek berumur 84 tahun.

Mengapa
diujicobakan kepada orang yang begitu tua? ”Karena banyak juga orang setua itu
terserang Covid-19. Padahal dosis vaksin untuk orang umur 80 harus berbeda
dengan yang umur 60,” tulis berita itu.

Uji coba tahap kedua diperlukan untuk melihat kemanjuran
vaksin. Karena itu jumlah orang yang ikut uji coba lebih banyak lagi.

Di
tahap ini vaksin penemuan Chen Wei kalah cepat dengan yang cepat tadi. Sedang
vaksin yang ditemukan ahli Amerika Serikat kini masih menunggu hasil uji klinik
tahap pertama.

Berarti
Amerika kalah dua langkah –dari segi kecepatan. Entahlah dari segi kualitas.

Sebenarnya
saya masih menunggu perkembangan terbaru dari Tiongkok. Tadi malam. Saya
berharap ada berita susulan:

tidak
diperlukan lagi uji klinik tahap ketiga. Dengan alasan ini kan zaman pandemik.

Namun
yang saya nantikan tidak datang. Padahal saya menunggunya sampai pukul 22.00.
Sampai saya terkantuk-kantuk.

Ya
sudahlah. Mata sudah tidak kuat lagi. Sudah tidak seperti dulu –yang kuat
menunggu hasil pertandingan sepak bola Eropa sampai pukul 1 malam.

Uji
klinik tahap ketiga itu sebenarnya ”hanya” untuk ekstra hati-hati. Tujuannya:
apakah vaksin itu secara keseluruhan bisa menghasilkan seperti yang
direncanakan.

Baca Juga :  Tokoh Flamboyan: Ben Bahat Sosok Peduli yang Layak Pimpin Kalteng

Karena itu di uji coba tahap ketiga ini orang yang divaksin
lebih banyak lagi. Seolah seperti sudah dipergunakan untuk masyarakat luas.

Tujuan
lainnya: untuk dibandingkan dengan obat sejenis di penyakit yang sama.

Lho.
Dalam hal vaksin Covid-19 ini mau dibandingkan dengan vaksin yang mana?
Bukankah belum ada vaksin serupa dengan itu?

Itulah.
Sampai saya menunggu jangan-jangan tahap ketiga itu tidak diperlukan.

”Sebenarnya
ada klausul untuk mempercepat penemuan obat baru. Yakni klausul pandemik,” ujar
satu dari tiga profesor yang saya ajak bicara soal ini tadi malam. Tiga
profesor itu semua aktif di bidang penelitian obat dan virus.

Saya
sendiri menduga kali ini vaksin baru itu dicukupkan uji kliniknya sampai tahap
kedua saja. Berarti proses produksinya akan segera dilakukan. Di Beijing untuk
wilayah utara dan di Wuhan untuk wilayah tengah sampai selatan.

Sedang
uji klinik tahap ketiganya bisa dilakukan sambil jalan. Ini kan zaman pandemik.

Dengan
dua penemuan vaksin Covid-19 di Tiongkok ini, maka lengkaplah: untuk yang
telanjur terkena virus sudah ditemukan Carrimycin (Baca juga: Pusing Ka-Li-Mi-Cin).
Sedang untuk yang belum terkena Covid-19 bisa divaksinasi.

Namun kita tetap saja harus lebih bersabar: menunggu
keduanya kapan sampai di Indonesia.

Kita
senang ketika Covid tidak kunjung bisa masuk Indonesia. Dulu itu. Sampai-sampai
kita sangka perizinannya sulit.

Kini
kita berharap perizinan masuknya vaksin nanti bisa SSW –set-set-wet, meminjam
istilah kecepatan gerakan copet yang kini mulai banyak beraksi.(***)

 

Kita
terbelalak melihat cepatnya vaksin Covid-19 ditemukan. Oleh jenderal wanita
Chen Wei di Wuhan itu. 

Ternyata
itu kalah cepat. Kemarin TV pemerintah Tiongkok mengumumkan yang baru lagi: ada
satu penemuan vaksin yang sudah dinyatakan lulus uji klinik tahap kedua.
Sedang
vaksin penemuan Chen Wei baru memasuki uji klinik tahap kedua. Dua hari lalu.

Namun
menurut catatan WHO –Organisasi Kesehatan Dunia– vaksin penemuan Chen Wei
adalah satu-satunya yang tercatat di lembaga itu yang sudah melakukan uji
klinik tahap kedua. Berarti penemuan yang lebih cepat itu belum didaftarkan ke
WHO –entah dengan maksud apa.

Pemerintah
Tiongkok sendiri menyebutkan vaksin yang lebih cepat ini dikembangkan oleh
perusahaan di Beijing dan Wuhan. Yakni China Institute Biological Sino
Pharmaceutical Group (Wuhan) dan Kexing Zhongwei Biotechnology Co. Ltd
(Beijing).

Jelas sekali di berita itu, pemerintah mengatakan bahwa
vaksin ini adalah gelombang pertama yang sudah menyelesaikan uji klinik tahap
kedua.

Kalau
begitu masih perlu tahap apa lagi? Sebelum diproduksi massal?

Kalau
zaman normal-normal saja berarti tinggal diperlukan satu tahap uji klinik lagi.

Atau jangan-jangan Tiongkok akan menggunakan klausul
pandemik untuk mempercepat produksi vaksin ini.

Menurut
aturan memang diperlukan tiga tahap uji klinik. Begitulah prosedur penemuan
obat baru.

Uji
klinik tahap pertama untuk melihat bahaya efek samping obat tersebut. Karena
itu jumlah orang yang ikut uji coba tidak perlu banyak.

Dalam
hal ini vaksin yang ditemukan Jenderal Chen Wei sudah lolos. Yakni diputuskan
dalam sidang jarak jauh tanggal 16 Maret lalu. Yang sidangnya hanya berlangsung
dua jam.

Baca Juga :  Pasar Besar Ditutup

Lalu
dikeluarkan izin untuk melakukan uji klinik tahap kedua.

Chen
Wei pun mencari relawan sebanyak 500 orang. Penyuntikan pertama uji klinik
tahap kedua itu sudah dilakukan: tanggal 13 April kemarin. Termasuk kepada
kakek berumur 84 tahun.

Mengapa
diujicobakan kepada orang yang begitu tua? ”Karena banyak juga orang setua itu
terserang Covid-19. Padahal dosis vaksin untuk orang umur 80 harus berbeda
dengan yang umur 60,” tulis berita itu.

Uji coba tahap kedua diperlukan untuk melihat kemanjuran
vaksin. Karena itu jumlah orang yang ikut uji coba lebih banyak lagi.

Di
tahap ini vaksin penemuan Chen Wei kalah cepat dengan yang cepat tadi. Sedang
vaksin yang ditemukan ahli Amerika Serikat kini masih menunggu hasil uji klinik
tahap pertama.

Berarti
Amerika kalah dua langkah –dari segi kecepatan. Entahlah dari segi kualitas.

Sebenarnya
saya masih menunggu perkembangan terbaru dari Tiongkok. Tadi malam. Saya
berharap ada berita susulan:

tidak
diperlukan lagi uji klinik tahap ketiga. Dengan alasan ini kan zaman pandemik.

Namun
yang saya nantikan tidak datang. Padahal saya menunggunya sampai pukul 22.00.
Sampai saya terkantuk-kantuk.

Ya
sudahlah. Mata sudah tidak kuat lagi. Sudah tidak seperti dulu –yang kuat
menunggu hasil pertandingan sepak bola Eropa sampai pukul 1 malam.

Uji
klinik tahap ketiga itu sebenarnya ”hanya” untuk ekstra hati-hati. Tujuannya:
apakah vaksin itu secara keseluruhan bisa menghasilkan seperti yang
direncanakan.

Baca Juga :  Tokoh Flamboyan: Ben Bahat Sosok Peduli yang Layak Pimpin Kalteng

Karena itu di uji coba tahap ketiga ini orang yang divaksin
lebih banyak lagi. Seolah seperti sudah dipergunakan untuk masyarakat luas.

Tujuan
lainnya: untuk dibandingkan dengan obat sejenis di penyakit yang sama.

Lho.
Dalam hal vaksin Covid-19 ini mau dibandingkan dengan vaksin yang mana?
Bukankah belum ada vaksin serupa dengan itu?

Itulah.
Sampai saya menunggu jangan-jangan tahap ketiga itu tidak diperlukan.

”Sebenarnya
ada klausul untuk mempercepat penemuan obat baru. Yakni klausul pandemik,” ujar
satu dari tiga profesor yang saya ajak bicara soal ini tadi malam. Tiga
profesor itu semua aktif di bidang penelitian obat dan virus.

Saya
sendiri menduga kali ini vaksin baru itu dicukupkan uji kliniknya sampai tahap
kedua saja. Berarti proses produksinya akan segera dilakukan. Di Beijing untuk
wilayah utara dan di Wuhan untuk wilayah tengah sampai selatan.

Sedang
uji klinik tahap ketiganya bisa dilakukan sambil jalan. Ini kan zaman pandemik.

Dengan
dua penemuan vaksin Covid-19 di Tiongkok ini, maka lengkaplah: untuk yang
telanjur terkena virus sudah ditemukan Carrimycin (Baca juga: Pusing Ka-Li-Mi-Cin).
Sedang untuk yang belum terkena Covid-19 bisa divaksinasi.

Namun kita tetap saja harus lebih bersabar: menunggu
keduanya kapan sampai di Indonesia.

Kita
senang ketika Covid tidak kunjung bisa masuk Indonesia. Dulu itu. Sampai-sampai
kita sangka perizinannya sulit.

Kini
kita berharap perizinan masuknya vaksin nanti bisa SSW –set-set-wet, meminjam
istilah kecepatan gerakan copet yang kini mulai banyak beraksi.(***)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru