27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Jebakan Resmi

Hari ini, tanggal 15 Januari,
tanda tangan itu dilakukan di Gedung Putih. Kalau jadi.

Itulah kesepakatan tahap satu
perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok. Yang sudah lebih satu tahun ditunggu itu.

Tentu selalu ada drama di
baliknya.

Soal perang dagang ini semula
Tiongkok sudah bersikap terserah saja –perang terus atau berhenti perang.
Saking berlarut-larutnya. Dan berbagai php di dalamnya.

Lalu Washington menghubungi
Beijing lagi. Minta pembicaraan dilanjutkan.

Beijing tentu melayani. Sikap
dinginnya belum sampai tingkat membeku. Prinsip hubungan antar negara tidak
boleh putus. Juga tidak boleh panas.

Lalu muncul pertanda-pertanda.
Washington menghendaki ada penandatanganan perjanjian tahap satu di awal
Januari 2020.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok
Liu He pun siap-siap berangkat –akhir Desember lalu. Jelas, yang akan
berangkat bukan Presiden Xi Jinping. Bukan pula Perdana Menteri Li Keqiang.

Yang ke Washington ‘hanya’
tingkat wakil perdana menteri.

Bahkan Liu He hanya salah satu
dari wakil perdana menteri –meski memang yang paling dipercaya Xi Jinping.

Rupanya Trump menginginkan Xi
Jinping sendiri yang hadir. Kan acaranya di Gedung Putih. Trump akan hadir.
Tidak imbang kalau yang dari Tiongkok ‘hanya’ wakil perdana menteri.

Washington memang sudah beberapa
bulan belakangan mengisyaratkan ini: untuk ada pertemuan tingkat tinggi 
Trump-Jinping. Tapi yang terakhir itu kelihatan terus menghindar.

Waktu luang yang diperkirakan
tepat adalah ketika Jinping pulang dari kunjungan ke Chili. Pesawatnya toh
harus transit di negara lain. Untuk isi bahan bakar.

Baca Juga :  Pembangunan Dua Depo Mini dan Depo Besar Sudah Rampung

Diharapkan Jinping bisa transit
di Hawaii atau di salah satu kota di AS yang dilewati.

Tapi Jinping pilih isi bahan
bakar nun di satu negara kecil di Afrika Barat.

Jinping memang lagi sewot.
Terutama soal Xinjiang, soal Hongkong, dan soal Taiwan. Campur tangan Amerika
ia anggap terlalu dalam.

Karena itu Jinping memutuskan Liu
He saja yang ke Washington. Toh bisa saja tandatangan itu tiba-tiba batal.
Siapa yang bisa memprediksi sikap Trump yang suka berubah.

Begitu Liu He siap berangkat
tiba-tiba terbaca di Twitter. Yang diunggah Trump sendiri. Isinya: penandatanganan
tahap satu perjanjian dagang AS-Tiongkok akan dilakukan tanggal 15 Januari.

Berarti tidak jadi awal Januari.
Di Twitter itu Trump juga mengatakan akan segera ke Beijing dalam waktu dekat.
Untuk membicarakan kerjasama yang lebih besar.

Tiongkok tidak pernah merespon
keinginan Trump untuk berkunjung ke Beijing ‘dalam waktu dekat’ itu.

Lewat Twitter itu Trump
kelihatannya ingin pasang kuda-kuda: meski Jinping tidak datang ke Washington
hubungan keduanya tetap baik –akan ada pertemuan di Beijing.

Saat twitter itu terbit masih ada
waktu dua minggu bagi Liu He untuk berpikir: berangkat ke Washington atau
tidak. Sambil menunggu Twitter-Twitter Trump berikutnya. Siapa tahu ada
penundaan atau pembatalan.

Barulah ketika kurang tiga hari
Liu He benar-benar berangkat ke Washington. Mungkin sambil tetap memonitor
Twitter sang presiden. Siapa tahu ada perubahan di hari-hari terakhir.

Tidak ada. Sampai tadi malam.

Baca Juga :  Polres Palangka Raya Serahkan 13 SIM Gratis Untuk 10 Orang

Entah pagi ini.

Siapa yang menang di balik
kesepakatan yang akan ditandatangani itu?

Belum ada yang menang. Tiongkok
belum menang karena ini hanya kesepakatan untuk tidak naik tarif lagi. Setelah
tarif impor barang Tiongkok terus dinaikkan sebelumnya.

Amerika juga belum menang.
Tiongkok masih belum mau membeli barang hasil pertanian Amerika sebesar yang
diinginkan Trump.

Dua-duanya masih kalah.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok
menurun. Tinggal 6 persen –dari sekitar 6,4 sebelumnya.

Pun di Amerika –tahun lalu hanya
tumbuh 2,3 persen dari rencana 2,9 persen.

Tentu Amerika akan bisa menang.
Syaratnya: perjanjian tahap satu ini hanya dipakai untuk ‘jebakan Batman’.

Misalnya: perjanjian ini akan
dipakai oleh Trump untuk mengenakan sanksi yang keras kelak –dengan alasan
Tiongkok melanggar perjanjian.

Pasal pelanggarannya bisa dibuat
kapan pun. Seperti ketika menghukum Huawei atau Iran.

Juga seperti ketika Amerika
tiba-tiba memasukkan Tiongkok dalam daftar negara yang memanipulasi mata uang.

Tiba-tiba juga dua hari lalu
membuat pernyataan mencabut Tiongkok dari daftar itu.

Sanksi untuk perjanjian
Washington itu pun akan menjadi resmi. Dengan alasan resmi. Tidak akan lagi
dianggap sanksi yang semena-mena.

Perjanjian itu memang menyebutkan
sanksi yang keras bagi pelanggarnya. Jauh lebih keras dari sanksi WTO.

Di WTO, negara yang dinyatakan
salah diberi waktu memperbaiki 3 tahun.

Di perjanjian Washington ini
waktu yang diberikan hanya 90 hari.

Tiongkok harus waspada dengan
jebakan seperti itu.

Siapa yang tahu dalamnya otak
Trump.(Dahlan Iskan)

 

Hari ini, tanggal 15 Januari,
tanda tangan itu dilakukan di Gedung Putih. Kalau jadi.

Itulah kesepakatan tahap satu
perdagangan Amerika Serikat-Tiongkok. Yang sudah lebih satu tahun ditunggu itu.

Tentu selalu ada drama di
baliknya.

Soal perang dagang ini semula
Tiongkok sudah bersikap terserah saja –perang terus atau berhenti perang.
Saking berlarut-larutnya. Dan berbagai php di dalamnya.

Lalu Washington menghubungi
Beijing lagi. Minta pembicaraan dilanjutkan.

Beijing tentu melayani. Sikap
dinginnya belum sampai tingkat membeku. Prinsip hubungan antar negara tidak
boleh putus. Juga tidak boleh panas.

Lalu muncul pertanda-pertanda.
Washington menghendaki ada penandatanganan perjanjian tahap satu di awal
Januari 2020.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok
Liu He pun siap-siap berangkat –akhir Desember lalu. Jelas, yang akan
berangkat bukan Presiden Xi Jinping. Bukan pula Perdana Menteri Li Keqiang.

Yang ke Washington ‘hanya’
tingkat wakil perdana menteri.

Bahkan Liu He hanya salah satu
dari wakil perdana menteri –meski memang yang paling dipercaya Xi Jinping.

Rupanya Trump menginginkan Xi
Jinping sendiri yang hadir. Kan acaranya di Gedung Putih. Trump akan hadir.
Tidak imbang kalau yang dari Tiongkok ‘hanya’ wakil perdana menteri.

Washington memang sudah beberapa
bulan belakangan mengisyaratkan ini: untuk ada pertemuan tingkat tinggi 
Trump-Jinping. Tapi yang terakhir itu kelihatan terus menghindar.

Waktu luang yang diperkirakan
tepat adalah ketika Jinping pulang dari kunjungan ke Chili. Pesawatnya toh
harus transit di negara lain. Untuk isi bahan bakar.

Baca Juga :  Pembangunan Dua Depo Mini dan Depo Besar Sudah Rampung

Diharapkan Jinping bisa transit
di Hawaii atau di salah satu kota di AS yang dilewati.

Tapi Jinping pilih isi bahan
bakar nun di satu negara kecil di Afrika Barat.

Jinping memang lagi sewot.
Terutama soal Xinjiang, soal Hongkong, dan soal Taiwan. Campur tangan Amerika
ia anggap terlalu dalam.

Karena itu Jinping memutuskan Liu
He saja yang ke Washington. Toh bisa saja tandatangan itu tiba-tiba batal.
Siapa yang bisa memprediksi sikap Trump yang suka berubah.

Begitu Liu He siap berangkat
tiba-tiba terbaca di Twitter. Yang diunggah Trump sendiri. Isinya: penandatanganan
tahap satu perjanjian dagang AS-Tiongkok akan dilakukan tanggal 15 Januari.

Berarti tidak jadi awal Januari.
Di Twitter itu Trump juga mengatakan akan segera ke Beijing dalam waktu dekat.
Untuk membicarakan kerjasama yang lebih besar.

Tiongkok tidak pernah merespon
keinginan Trump untuk berkunjung ke Beijing ‘dalam waktu dekat’ itu.

Lewat Twitter itu Trump
kelihatannya ingin pasang kuda-kuda: meski Jinping tidak datang ke Washington
hubungan keduanya tetap baik –akan ada pertemuan di Beijing.

Saat twitter itu terbit masih ada
waktu dua minggu bagi Liu He untuk berpikir: berangkat ke Washington atau
tidak. Sambil menunggu Twitter-Twitter Trump berikutnya. Siapa tahu ada
penundaan atau pembatalan.

Barulah ketika kurang tiga hari
Liu He benar-benar berangkat ke Washington. Mungkin sambil tetap memonitor
Twitter sang presiden. Siapa tahu ada perubahan di hari-hari terakhir.

Tidak ada. Sampai tadi malam.

Baca Juga :  Polres Palangka Raya Serahkan 13 SIM Gratis Untuk 10 Orang

Entah pagi ini.

Siapa yang menang di balik
kesepakatan yang akan ditandatangani itu?

Belum ada yang menang. Tiongkok
belum menang karena ini hanya kesepakatan untuk tidak naik tarif lagi. Setelah
tarif impor barang Tiongkok terus dinaikkan sebelumnya.

Amerika juga belum menang.
Tiongkok masih belum mau membeli barang hasil pertanian Amerika sebesar yang
diinginkan Trump.

Dua-duanya masih kalah.

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok
menurun. Tinggal 6 persen –dari sekitar 6,4 sebelumnya.

Pun di Amerika –tahun lalu hanya
tumbuh 2,3 persen dari rencana 2,9 persen.

Tentu Amerika akan bisa menang.
Syaratnya: perjanjian tahap satu ini hanya dipakai untuk ‘jebakan Batman’.

Misalnya: perjanjian ini akan
dipakai oleh Trump untuk mengenakan sanksi yang keras kelak –dengan alasan
Tiongkok melanggar perjanjian.

Pasal pelanggarannya bisa dibuat
kapan pun. Seperti ketika menghukum Huawei atau Iran.

Juga seperti ketika Amerika
tiba-tiba memasukkan Tiongkok dalam daftar negara yang memanipulasi mata uang.

Tiba-tiba juga dua hari lalu
membuat pernyataan mencabut Tiongkok dari daftar itu.

Sanksi untuk perjanjian
Washington itu pun akan menjadi resmi. Dengan alasan resmi. Tidak akan lagi
dianggap sanksi yang semena-mena.

Perjanjian itu memang menyebutkan
sanksi yang keras bagi pelanggarnya. Jauh lebih keras dari sanksi WTO.

Di WTO, negara yang dinyatakan
salah diberi waktu memperbaiki 3 tahun.

Di perjanjian Washington ini
waktu yang diberikan hanya 90 hari.

Tiongkok harus waspada dengan
jebakan seperti itu.

Siapa yang tahu dalamnya otak
Trump.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru