27.8 C
Jakarta
Friday, March 29, 2024

Dua Pertama

Seperti juga Liverpool dan Barcelona, akhirnya
pertahanan Indonesia jebol juga.

Setelah dua bulan bikin aneh warga jagat raya 1
Maret kemarin ditemukanlah penderita virus Corona pertama di dekat Jakarta.
Sekaligus dua.

Saya pun segera minta tolong wartawan yang
rumahnya di Depok. Yakni Mangasi (Choky) Tampubolon. Ia wartawan Indopos alumni
IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Choky pun segera ke rumah penderita itu.
Kebetulan jaraknya kurang dari 3 Km dari rumahnya.

Ia harus melewati perumahan real estate kelas menengah. Jalannya selembar 6
meter. Kanan-kirinya rumah-rumah tipe 45.

Itulah perumahan Studio Alam Indah –yang kini
sering disebut di media massa.

Di ujung jalan itu ada sebidang tanah agak
luas. Lebih luas dari umumnya kaplingan di perumahan itu. Di atas tanah itu
banyak pepohonan. Termasuk pohon-pohon pisang.

Ada juga warung kecil entah milik siapa. Lalu
ada tiga bangunan sederhana di tanah itu. Di salah satu bangunan itu ada tempat
yang cukup untuk latihan tari.

Rumah ini kelihatannya berada di luar komplek
perumahan Studio Alam Indah –tapi seperti menjadi bagian di pinggirnya.

Itulah rumah Maria Darmaningsih. Penderita
Coronavirus pertama di Indonesia.

Bahwa di situ ada ruang tari pemilik rumah itu
memang guru tari. Dia juga dosen di Institut Kesenian Jakarta yang terkemuka
itu –di Taman Ismail Marzuki itu.

Sebagai seniwati tari dia sangat terkenal.
Profilnya sampai dimuat di Wikipedia. Dia juga penerima penghargaan dari
kementerian pariwisata.

Maria termasuk tiga besar penari besar
Indonesia. Khususnya tari Jawa, Sunda, dan Bali. Koreografinya sangat banyak
–termasuk dipentaskan di luar negeri. Maria sendiri pernah menerima program
sekolah di Australia.

Ibunyi pernah berkorban untuk bakat putrinyi
itu. Sang ibu menjual arloji khusus hadiah dari Mendikbud saat itu. Untuk
dibelikan gamelan –demi anaknyi itu.

Baca Juga :  Apotek Ini Hanya Menjual Masker Eceran, Ternyata Ini Tujuannya

Maria juga pernah menulis buku tentang tari
yang diterbitkan Gramedia.

Di rumahnyi itu Maria juga membuka latihan tari
untuk siapa saja.

Itulah Maria Darmaningsih. Usianyi: 64 tahun.

Itulah penderita pertama Coronavirus di
Indonesia –yang terdeteksi.

Maria sendirian di rumah itu –sejak bercerai
dengan suami sekian tahun lalu. Anak wanitanyi sesekali datang ke rumah ibunyi
itu. Umur sang anak memang sudah 31 tahun –tinggal di Jakarta Selatan.

Sang anak menjadi penderita kedua Coronavirus
di Republik ini –yang terdeteksi.

Bisa jadi yang penderita pertama adalah sang
anak. Ibunyi yang tertular. Tergantung siapa yang lebih dulu berteman dengan si
Jepang. Juga siapa yang lebih intens berhubungan di arena dansa.

Di rumah itu sang ibu ditemani seorang tukang
kebun berumur 40 tahun dan pembantu rumah tangga berumur 35 tahun. Dua-duanya
ikut diperiksa: tidak tertular.

Maria, wanita asal Jogjakarta, kini dirawat di
RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, di Sunter, Jakarta Utara.

Mengapa orang Depok dirawat di RSPI SS yang
jauh dari rumahnyi?

Itu karena jenis penyakitnyi yang khusus tadi.
RSPI SS memang ditunjuk untuk menjadi pusat penanganan Coronavirus.

Tapi Maria pernah dirawat di RS Mitra Keluarga
Jalan Margonda Depok. Yakni RS terdekat dari rumahnyi. Berarti RS ini termasuk
yang menjadi perhatian pemerintah –untuk diobservasi.

Perawat RS Mitra Keluarga juga harus
diobservasi. Yakni mereka yang diperkirakan pernah berhubungan dengan pasien
Maria. Perawat itu sudah diisolasi di rumah mereka masing-masing. Jumlah mereka
mencapai 76 orang.

Setelah terbukti ditemukan penderita Coronavirus
kini tidak ada jalan lain: semua orang harus jujur. Tidak boleh ada yang
menyembunyikan diri. Atau pura-pura sehat. Begitu badan merasakan tanda-tanda
seperti flu harus ke dokter. Dan harus jujur pernah ke mana saja dan bertemu
siapa saja.

Seperti Maria itu misalnya. Ternyata pernah
bertemu temannyi yang dari Jepang. Sang teman pernah pula sama-sama bermalam
Valentine di sebuah klub malam di Jakarta. Berdansa di sana.

Baca Juga :  Waspada ! Tren HIV AIDS Meningkat di Kota Cantik

Orang Jepang itulah yang ditemukan terkena
Coronavirus. Yakni saat ia kembali ke Malaysia. Ia mengaku pernah ke Jakarta.
Mengaku juga di Jakarta bertemu siapa saja.

Dari situ pemerintah Indonesia melakukan
penelusuran. Ketemulah nama Maria yang lagi sakit. Ditelusuri lagi siapa saja
yang pernah kontak dengannyi. Ketemu lagi anaknyi. Yang ternyata juga terkena
virus yang sama.

Maka siapa pun yang merasa pernah berhubungan
dengan dua wanita ini baiknya segera memeriksakan diri.

Kita tidak ingin menjadi Korea Selatan atau
Iran atau Italia. Yang virus Coronanya terus berkembang –justru di saat di
Tiongkok sendiri sudah reda.

Sudah lima hari berturut penderita baru di
Korsel lebih banyak dari penderita baru di Wuhan.

Sehari kemarin penderita baru di Tiongkok –di
luar Provinsi Hubei– hanya 8 orang. Bahkan di Wuhan sendiri tinggal ada 190
penderita baru. Sedang di Korsel, kemarin, terdapat 570 lebih penderita baru.

Indonesia sangat dikhawatirkan dunia:
penduduknya padat, musim hujan, tingkat kebersihan tergolong rendah, sistem
kesehatannya masih rentan.

Tapi kita sudah bisa belajar dari Tiongkok,
Korsel, Iran, dan Italia.

Kita tidak mau seperti mereka.

Rumah Maria sendiri kini sepi. Tidak ada orang
di dalamnya. Empat mobil terlihat di depannya.

Tapi rumah itu aman. Sejak kemarin sudah
dipasangi pita kuning keliling. Orang tidak bisa lagi melewati pita kuning itu.

Choky sendiri terus di dekat rumah itu sampai
tadi malam –bersama beberapa awak media. Ada juga beberapa petugas keamanan
dari berbagai kesatuan.

Hari-hari setelah ini akan sangat mendebarkan:
siapa lagi penderita baru yang ditemukan.

Yang sembronolah calon korban potensial
berikutnya.(Dahlan Iskan)

 

Seperti juga Liverpool dan Barcelona, akhirnya
pertahanan Indonesia jebol juga.

Setelah dua bulan bikin aneh warga jagat raya 1
Maret kemarin ditemukanlah penderita virus Corona pertama di dekat Jakarta.
Sekaligus dua.

Saya pun segera minta tolong wartawan yang
rumahnya di Depok. Yakni Mangasi (Choky) Tampubolon. Ia wartawan Indopos alumni
IISIP (Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik).

Choky pun segera ke rumah penderita itu.
Kebetulan jaraknya kurang dari 3 Km dari rumahnya.

Ia harus melewati perumahan real estate kelas menengah. Jalannya selembar 6
meter. Kanan-kirinya rumah-rumah tipe 45.

Itulah perumahan Studio Alam Indah –yang kini
sering disebut di media massa.

Di ujung jalan itu ada sebidang tanah agak
luas. Lebih luas dari umumnya kaplingan di perumahan itu. Di atas tanah itu
banyak pepohonan. Termasuk pohon-pohon pisang.

Ada juga warung kecil entah milik siapa. Lalu
ada tiga bangunan sederhana di tanah itu. Di salah satu bangunan itu ada tempat
yang cukup untuk latihan tari.

Rumah ini kelihatannya berada di luar komplek
perumahan Studio Alam Indah –tapi seperti menjadi bagian di pinggirnya.

Itulah rumah Maria Darmaningsih. Penderita
Coronavirus pertama di Indonesia.

Bahwa di situ ada ruang tari pemilik rumah itu
memang guru tari. Dia juga dosen di Institut Kesenian Jakarta yang terkemuka
itu –di Taman Ismail Marzuki itu.

Sebagai seniwati tari dia sangat terkenal.
Profilnya sampai dimuat di Wikipedia. Dia juga penerima penghargaan dari
kementerian pariwisata.

Maria termasuk tiga besar penari besar
Indonesia. Khususnya tari Jawa, Sunda, dan Bali. Koreografinya sangat banyak
–termasuk dipentaskan di luar negeri. Maria sendiri pernah menerima program
sekolah di Australia.

Ibunyi pernah berkorban untuk bakat putrinyi
itu. Sang ibu menjual arloji khusus hadiah dari Mendikbud saat itu. Untuk
dibelikan gamelan –demi anaknyi itu.

Baca Juga :  Apotek Ini Hanya Menjual Masker Eceran, Ternyata Ini Tujuannya

Maria juga pernah menulis buku tentang tari
yang diterbitkan Gramedia.

Di rumahnyi itu Maria juga membuka latihan tari
untuk siapa saja.

Itulah Maria Darmaningsih. Usianyi: 64 tahun.

Itulah penderita pertama Coronavirus di
Indonesia –yang terdeteksi.

Maria sendirian di rumah itu –sejak bercerai
dengan suami sekian tahun lalu. Anak wanitanyi sesekali datang ke rumah ibunyi
itu. Umur sang anak memang sudah 31 tahun –tinggal di Jakarta Selatan.

Sang anak menjadi penderita kedua Coronavirus
di Republik ini –yang terdeteksi.

Bisa jadi yang penderita pertama adalah sang
anak. Ibunyi yang tertular. Tergantung siapa yang lebih dulu berteman dengan si
Jepang. Juga siapa yang lebih intens berhubungan di arena dansa.

Di rumah itu sang ibu ditemani seorang tukang
kebun berumur 40 tahun dan pembantu rumah tangga berumur 35 tahun. Dua-duanya
ikut diperiksa: tidak tertular.

Maria, wanita asal Jogjakarta, kini dirawat di
RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, di Sunter, Jakarta Utara.

Mengapa orang Depok dirawat di RSPI SS yang
jauh dari rumahnyi?

Itu karena jenis penyakitnyi yang khusus tadi.
RSPI SS memang ditunjuk untuk menjadi pusat penanganan Coronavirus.

Tapi Maria pernah dirawat di RS Mitra Keluarga
Jalan Margonda Depok. Yakni RS terdekat dari rumahnyi. Berarti RS ini termasuk
yang menjadi perhatian pemerintah –untuk diobservasi.

Perawat RS Mitra Keluarga juga harus
diobservasi. Yakni mereka yang diperkirakan pernah berhubungan dengan pasien
Maria. Perawat itu sudah diisolasi di rumah mereka masing-masing. Jumlah mereka
mencapai 76 orang.

Setelah terbukti ditemukan penderita Coronavirus
kini tidak ada jalan lain: semua orang harus jujur. Tidak boleh ada yang
menyembunyikan diri. Atau pura-pura sehat. Begitu badan merasakan tanda-tanda
seperti flu harus ke dokter. Dan harus jujur pernah ke mana saja dan bertemu
siapa saja.

Seperti Maria itu misalnya. Ternyata pernah
bertemu temannyi yang dari Jepang. Sang teman pernah pula sama-sama bermalam
Valentine di sebuah klub malam di Jakarta. Berdansa di sana.

Baca Juga :  Waspada ! Tren HIV AIDS Meningkat di Kota Cantik

Orang Jepang itulah yang ditemukan terkena
Coronavirus. Yakni saat ia kembali ke Malaysia. Ia mengaku pernah ke Jakarta.
Mengaku juga di Jakarta bertemu siapa saja.

Dari situ pemerintah Indonesia melakukan
penelusuran. Ketemulah nama Maria yang lagi sakit. Ditelusuri lagi siapa saja
yang pernah kontak dengannyi. Ketemu lagi anaknyi. Yang ternyata juga terkena
virus yang sama.

Maka siapa pun yang merasa pernah berhubungan
dengan dua wanita ini baiknya segera memeriksakan diri.

Kita tidak ingin menjadi Korea Selatan atau
Iran atau Italia. Yang virus Coronanya terus berkembang –justru di saat di
Tiongkok sendiri sudah reda.

Sudah lima hari berturut penderita baru di
Korsel lebih banyak dari penderita baru di Wuhan.

Sehari kemarin penderita baru di Tiongkok –di
luar Provinsi Hubei– hanya 8 orang. Bahkan di Wuhan sendiri tinggal ada 190
penderita baru. Sedang di Korsel, kemarin, terdapat 570 lebih penderita baru.

Indonesia sangat dikhawatirkan dunia:
penduduknya padat, musim hujan, tingkat kebersihan tergolong rendah, sistem
kesehatannya masih rentan.

Tapi kita sudah bisa belajar dari Tiongkok,
Korsel, Iran, dan Italia.

Kita tidak mau seperti mereka.

Rumah Maria sendiri kini sepi. Tidak ada orang
di dalamnya. Empat mobil terlihat di depannya.

Tapi rumah itu aman. Sejak kemarin sudah
dipasangi pita kuning keliling. Orang tidak bisa lagi melewati pita kuning itu.

Choky sendiri terus di dekat rumah itu sampai
tadi malam –bersama beberapa awak media. Ada juga beberapa petugas keamanan
dari berbagai kesatuan.

Hari-hari setelah ini akan sangat mendebarkan:
siapa lagi penderita baru yang ditemukan.

Yang sembronolah calon korban potensial
berikutnya.(Dahlan Iskan)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru