33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Sandi Kala dari 69 Performance Club

69 Performance Club
menaja Sandi Kala di Galeri Kertas akhir pekan lalu. Empat presentasi
ditunjukkan secara bergantian oleh Robby Ocktavian dan Dhuha Ramadhani,
Riyadhus Shalihin, Pingkan Polla, dan Otty Widasari. Anggraeni Widhiasih dan
Prashasti W. Putri menjadi kurator dari empat karya dalam Sandi
Kala yang menjadi edisi ke 18 presentasi dari 69 Performance Club ini.

Kuratorial Sandi
Kala bertolak dari ide untuk mengajak partisipannya menggali ceceran
kode-kode narasi kolektif. Terutama narasi kolektif dalam teks, baik teks
tulisan maupun dalam teks pada konteks yang lebih luas. Potensi performatif narasi-narasi
tersebut dihadirkan melalui teks, gerak, bentuk, serta relevansinya dengan
narasi kolektif di kawasan Asia Tenggara hari ini.

Presentasi oleh 69
Performance Club tersebut disaksikan puluhan penonton yang menjejali Galeri
Kertas. Sebagian besar adalah anak-anak SMA yang sengaja diundang untuk hadir.
’’Kami sengaja mengundang siswa sekolah. Harapannya mereka bisa mendapatkan
pengetahuan-pengetahuan yang segar dan bersumber dari dinamika seni hari ini,’’
kata Ratu Selvi Agnesia dari Galeri Kertas.

Baca Juga :  BPJS Kesehatan Pastikan Layanan Peserta JKN-KIS Tetap Prima

Lewat empat karya
dalam Sandi Kala, apresiator diajak untuk ikut mengalami narasi kolektif
yang dipresentasikan melalui tubuh para seniman di arena penyajian.
Pada Nandak Ganjen Jakarta Tenggara, presentasi ceceran ingatan bersama
tentang bagaimana tubuh merespons bunyi dan irama disampaikan Otty Widasari
lewat rupa-rupa gerak yang performatif. Mulanya Otty muncul ke tengah arena
dengan tidak banyak gerak. Perlahan tubuhnya memberi reaksi dari bebunyian dari
tepukan tangan hingga suara mulut yang membentuk ketukan dan irama. Tubuh Otty
kemudian merespons irama yang muncul di sekitarnya.

Nandak Ganjen Jakarta
Tenggara bukan pertunjukan tari Nandak Ganjen beriring irama
dari mulut walau tengara pada gerak khas tari baru Betawi itu tampak hadir. Di
arena presentasi tak ada gerak yang dikoreografi dengan ketat layaknya
tarian Nandak Ganjen. Sebaliknya, ada kesertamertaan yang cair. Bagi
apresiator, rupa-rupa gerak di arena presentasi Otty menunjukkan tengara dari
tubuh yang hidup dalam situasi komunal di sekitar Nandak
Ganjen bereaksi terhadap irama. Pada karya ini Otty hadir bersama Kelompok
Teater dengan partisan Alifah Melisa, Panji Anggira, Prashasti Wilujeng Putri,
Wahyu Budiman, Pingkan Polla, Maria Deandra, Anggraeni Widhiasih, Volta Ahmad,
Anisa Nabilla, Mardi Al Anhar, Syahrullah, dan Dhanurendra Pandji.

Baca Juga :  Pelajar MTsN 2 Kota Praktik CTPS

Selain Otty, Sandi Kala
menghadirkan Baur: Undo karya Robby Ocktavian dan Dhuha
Ramadhani, Irritating Intimacy: Light and The Iron Sea karya Riyadhus
Shalihin, dan Come to Me All Who Labor and are Heawy Laden and I Will Give
You Rest (No.2) karya Pingkan Polla. Rencananya, program serupa akan
kembali ditaja oleh 69 Performance Club pada April mendatang. 69 Performance
Club adalah inisiatif yang digagas Forum Lenteng untuk studi fenomena social
kebudayaan melalui performance art. Karya mereka pernah hadir di beberapa
negara seperti Belgia, Swiss, Korea Selatan, dan lain-lain. (tir/jpc)

69 Performance Club
menaja Sandi Kala di Galeri Kertas akhir pekan lalu. Empat presentasi
ditunjukkan secara bergantian oleh Robby Ocktavian dan Dhuha Ramadhani,
Riyadhus Shalihin, Pingkan Polla, dan Otty Widasari. Anggraeni Widhiasih dan
Prashasti W. Putri menjadi kurator dari empat karya dalam Sandi
Kala yang menjadi edisi ke 18 presentasi dari 69 Performance Club ini.

Kuratorial Sandi
Kala bertolak dari ide untuk mengajak partisipannya menggali ceceran
kode-kode narasi kolektif. Terutama narasi kolektif dalam teks, baik teks
tulisan maupun dalam teks pada konteks yang lebih luas. Potensi performatif narasi-narasi
tersebut dihadirkan melalui teks, gerak, bentuk, serta relevansinya dengan
narasi kolektif di kawasan Asia Tenggara hari ini.

Presentasi oleh 69
Performance Club tersebut disaksikan puluhan penonton yang menjejali Galeri
Kertas. Sebagian besar adalah anak-anak SMA yang sengaja diundang untuk hadir.
’’Kami sengaja mengundang siswa sekolah. Harapannya mereka bisa mendapatkan
pengetahuan-pengetahuan yang segar dan bersumber dari dinamika seni hari ini,’’
kata Ratu Selvi Agnesia dari Galeri Kertas.

Baca Juga :  BPJS Kesehatan Pastikan Layanan Peserta JKN-KIS Tetap Prima

Lewat empat karya
dalam Sandi Kala, apresiator diajak untuk ikut mengalami narasi kolektif
yang dipresentasikan melalui tubuh para seniman di arena penyajian.
Pada Nandak Ganjen Jakarta Tenggara, presentasi ceceran ingatan bersama
tentang bagaimana tubuh merespons bunyi dan irama disampaikan Otty Widasari
lewat rupa-rupa gerak yang performatif. Mulanya Otty muncul ke tengah arena
dengan tidak banyak gerak. Perlahan tubuhnya memberi reaksi dari bebunyian dari
tepukan tangan hingga suara mulut yang membentuk ketukan dan irama. Tubuh Otty
kemudian merespons irama yang muncul di sekitarnya.

Nandak Ganjen Jakarta
Tenggara bukan pertunjukan tari Nandak Ganjen beriring irama
dari mulut walau tengara pada gerak khas tari baru Betawi itu tampak hadir. Di
arena presentasi tak ada gerak yang dikoreografi dengan ketat layaknya
tarian Nandak Ganjen. Sebaliknya, ada kesertamertaan yang cair. Bagi
apresiator, rupa-rupa gerak di arena presentasi Otty menunjukkan tengara dari
tubuh yang hidup dalam situasi komunal di sekitar Nandak
Ganjen bereaksi terhadap irama. Pada karya ini Otty hadir bersama Kelompok
Teater dengan partisan Alifah Melisa, Panji Anggira, Prashasti Wilujeng Putri,
Wahyu Budiman, Pingkan Polla, Maria Deandra, Anggraeni Widhiasih, Volta Ahmad,
Anisa Nabilla, Mardi Al Anhar, Syahrullah, dan Dhanurendra Pandji.

Baca Juga :  Pelajar MTsN 2 Kota Praktik CTPS

Selain Otty, Sandi Kala
menghadirkan Baur: Undo karya Robby Ocktavian dan Dhuha
Ramadhani, Irritating Intimacy: Light and The Iron Sea karya Riyadhus
Shalihin, dan Come to Me All Who Labor and are Heawy Laden and I Will Give
You Rest (No.2) karya Pingkan Polla. Rencananya, program serupa akan
kembali ditaja oleh 69 Performance Club pada April mendatang. 69 Performance
Club adalah inisiatif yang digagas Forum Lenteng untuk studi fenomena social
kebudayaan melalui performance art. Karya mereka pernah hadir di beberapa
negara seperti Belgia, Swiss, Korea Selatan, dan lain-lain. (tir/jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru