30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

LDII Bangun PLTS Terbesar Ponpes di Indonesia

KEDIRI – Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDII) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pondok
Pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur. Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo
mengatakan selama ini pondok pesantren masih tergantung kepada perusahaan
listrik negara (PLN) dalam membantu penerangan di lingkungan pondok. Akibatnya
beban biaya yang ditanggung terus meningkat seiring dengan besarnya pemakaian
listrik.

“Berkaca
dari hal tersebut DPP LDII melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS sendiri.
Sebagai tahap awal dibangung di Ponpes Wali Barokah kota Kediri,” kata
Prasetyo Sunaryo.

Pengembangan
PLTS yang terbesar di Indonesia untuk ponpes ini, dikatakan Prasetyo merupakan
bentuk pemanfaatan dan penerapan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan
rencana jangka panjang organisasi.

“Ponpes
yang menggunakan sebesar PLTS ini yang pertama di Indonesia. Ini wujud
paradigma khusus tidak cukup dengan cara pandang perbandingan harga saja.
Pendayagunaan EBT komparasi bukan terhadap harga BBM, tetapi harus terhadap
pengandaian apabila terjadi kelangkaan energi BBM. Ini yang menjadi pemahaman
organisasi yang kami terapkan,” tambah Prasetyo.

Baca Juga :  Perhiasan Cantik yang Jadi Tren di 2020

“Khusus
energi matahari, karena Indonesia sebagai negara tropis tidak ada musim salju,
sehingga energi matahari tersedia sepanjang tahun. Dari perspektif religius,
penggunaan energi matahari merupakan manifestasi kesyukuran ke Allah yang
mengkarunia Indonesia dengan sinar matahari yang tak ternilai harganya,”
imbuh dia.

Pimpinan
Ponpes Walibarokah, KH Soenarto, mengaku, pihaknya ingin mensyukuri anugerah
Allah berupa sinar matahari, untuk menjadi energi listrik untuk menerangi
pondoknya, sehingga terjadi penghematan biaya pengelolaan pondok secara
signifikan.

“Ke
depan ada pemikiran menjadikan ponpes ini, sebagai wisata religi dan edukasi
teknologi PLTS, sehingga menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
penerapan energi baru terbarukan,” kata pria asal Klaten tersebut.

PLTS
yang dibangun instalasinya di ponpes tersebut berukuran 40 m x 41 m. Menurut
pakar PLTS yang aplikator PLTS di Ponpes Walibarokah, Horisworo, dengan
pertimbangan untuk memberikan manfaat yang lama, maka dana yang terkumpul
secara gotong royong warga LDII tersebut dibelikan panel surya (Solar Cell)
yang premium grade buatan Kanada.

Baca Juga :  Excursion dari Jakarta Illustration Visual Art

“Harga
termasuk peralatan penunjang mencapai Rp10,1 miliar. Tapi potensi umat yang
besar ini harus diwujudkan dengan membeli yang premium grade buatan Kanada.
Sayang bila hanya beli buatan Cina yang harganya lebih murah. Tapi yang perlu
dipahami mahal itu didepan saja. Dengan garansi 25 tahun dari produsen, maka
yang dari Kanada ini  malah lebih
efisien,” kata Horisworo saat memberikan pemaparkan di lokasi PLTS ponpes.

PLTS
tersebut nanti akan menghasilkan 1 juta Watt maksimal. Tapi saat ini belum
dioptimalkan secara menyeluruh, karena kebutuhan ponpes dengan 5000 santri
tersebut sudah terpenuhi dan masih ada banyak kelebihan. Penerangan di ponpes
yang terletak di tengah Kota Kediri tersebut, juga sangat bagus. Hal ini
membuat santri lebih nyaman belajar dan beraktivitas. (hms/ima/aza/CTK)

KEDIRI – Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDII) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pondok
Pesantren Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur. Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo
mengatakan selama ini pondok pesantren masih tergantung kepada perusahaan
listrik negara (PLN) dalam membantu penerangan di lingkungan pondok. Akibatnya
beban biaya yang ditanggung terus meningkat seiring dengan besarnya pemakaian
listrik.

“Berkaca
dari hal tersebut DPP LDII melakukan terobosan berupa pembangunan PLTS sendiri.
Sebagai tahap awal dibangung di Ponpes Wali Barokah kota Kediri,” kata
Prasetyo Sunaryo.

Pengembangan
PLTS yang terbesar di Indonesia untuk ponpes ini, dikatakan Prasetyo merupakan
bentuk pemanfaatan dan penerapan energi baru terbarukan (EBT) sesuai dengan
rencana jangka panjang organisasi.

“Ponpes
yang menggunakan sebesar PLTS ini yang pertama di Indonesia. Ini wujud
paradigma khusus tidak cukup dengan cara pandang perbandingan harga saja.
Pendayagunaan EBT komparasi bukan terhadap harga BBM, tetapi harus terhadap
pengandaian apabila terjadi kelangkaan energi BBM. Ini yang menjadi pemahaman
organisasi yang kami terapkan,” tambah Prasetyo.

Baca Juga :  Perhiasan Cantik yang Jadi Tren di 2020

“Khusus
energi matahari, karena Indonesia sebagai negara tropis tidak ada musim salju,
sehingga energi matahari tersedia sepanjang tahun. Dari perspektif religius,
penggunaan energi matahari merupakan manifestasi kesyukuran ke Allah yang
mengkarunia Indonesia dengan sinar matahari yang tak ternilai harganya,”
imbuh dia.

Pimpinan
Ponpes Walibarokah, KH Soenarto, mengaku, pihaknya ingin mensyukuri anugerah
Allah berupa sinar matahari, untuk menjadi energi listrik untuk menerangi
pondoknya, sehingga terjadi penghematan biaya pengelolaan pondok secara
signifikan.

“Ke
depan ada pemikiran menjadikan ponpes ini, sebagai wisata religi dan edukasi
teknologi PLTS, sehingga menginspirasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
penerapan energi baru terbarukan,” kata pria asal Klaten tersebut.

PLTS
yang dibangun instalasinya di ponpes tersebut berukuran 40 m x 41 m. Menurut
pakar PLTS yang aplikator PLTS di Ponpes Walibarokah, Horisworo, dengan
pertimbangan untuk memberikan manfaat yang lama, maka dana yang terkumpul
secara gotong royong warga LDII tersebut dibelikan panel surya (Solar Cell)
yang premium grade buatan Kanada.

Baca Juga :  Excursion dari Jakarta Illustration Visual Art

“Harga
termasuk peralatan penunjang mencapai Rp10,1 miliar. Tapi potensi umat yang
besar ini harus diwujudkan dengan membeli yang premium grade buatan Kanada.
Sayang bila hanya beli buatan Cina yang harganya lebih murah. Tapi yang perlu
dipahami mahal itu didepan saja. Dengan garansi 25 tahun dari produsen, maka
yang dari Kanada ini  malah lebih
efisien,” kata Horisworo saat memberikan pemaparkan di lokasi PLTS ponpes.

PLTS
tersebut nanti akan menghasilkan 1 juta Watt maksimal. Tapi saat ini belum
dioptimalkan secara menyeluruh, karena kebutuhan ponpes dengan 5000 santri
tersebut sudah terpenuhi dan masih ada banyak kelebihan. Penerangan di ponpes
yang terletak di tengah Kota Kediri tersebut, juga sangat bagus. Hal ini
membuat santri lebih nyaman belajar dan beraktivitas. (hms/ima/aza/CTK)

Terpopuler

Artikel Terbaru