28.2 C
Jakarta
Saturday, November 9, 2024

Gembira, Sambut Mal Dibuka Kembali

JAKARTA-Operasional mal yang bakal kembali dibuka pada 15
Juni, disambut baik oleh sejumlah desainer. Terutama bagi mereka yang memiliki
gerai di dalam mal. Masa pandemi Covid-19 membuat para desainer terpukul saat
mal ditutup selama 3 bulan bahkan menjelang Ramadan dan Lebaran.

Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) DKI Jakarta Hannie
Hananto menjelaskan, sejumlah teman-teman desainer mengaku senang saat mal akan
dibuka kembali. Penjualan mereka yang sempat merosot, kini akan kembali
bergeliat.

“Beberapa teman desainer yang punya gerai atau produknya
dijual di gerai departement store senang sekali ya mal dibuka. Sebab saat mal
ditutup, bagi mereka yang punya produk di mal itu kasihan ya. Besar sekali
ruginya. Sebab produksi itu umumnya sudah dibuat massal pada tahun lalu. Jadi
rugi banget ya,” kata Hannie Hananto kepada JawaPos.com baru-baru
ini.

Meski mal sudah mulai dibuka lagi nanti, Hannie menilai
penjualan online tetap menjadi
sarana utama. Sebab meski sudah dibuka, kasus Covid-19 yang masih tinggi per
hari, pasti masih akan membuat masyarakat takut untuk keluar rumah. Maka
penjualan online tetap akan menjadi sarana utama.

Baca Juga :  PGIW Kalteng Rayakan Bulan Oikumene

“Tapi kami rasa, pembeli masih agak takut ya berkunjung
ke mal. Belum semuanya akan membeli offline. Maka online pasti tetap jadi
andalan kami,” ujar Hannie Hananto.

Bagi yang punya butik atau gerai offline sendiri, kata dia, para desainer
juga diminta untuk mematuhi protokol kesehatan. “Pasti ya imbauan untuk rajin
membersihkan gerai dengan disinfektan, area cuci tangan, hand sanitizer, jaga
jarak, dan memakai masker, tetap terus kami imbau,” jelasnya.

Uniknya lagi, kata dia, tren belanja online saat ini bukan lagi hanya membeli
barang-barang murah. Produk fashion seharga
jutaan pun berani dipesan oleh konsumen.

“Bukan yang murah lho ya,
harga jutaan sudah berani untuk pesan lewat online.
Asal branding-nya atau imej
desainer atau penjualnya terpercaya. Apalagi mungkin orang tua dan kelompok
rentan masih takut untuk pergi ke luar, maka biasanya anaknya yang dititipkan
untuk beli online,” katanya.

Perjuangan Selama Pandemi

Bagi Hannie Hananto dan desainer lainnya, pandemi
Covid-19 justru membuat mereka tetap bisa bertahan dan berkreasi. Justru era
ini, membuat para desainer dan konsumen benar-benar mengandalkan penjualan
online.

Baca Juga :  Rumah Ilmu, Dulu Lokalisasi Kini Sanggar Tari

“Pada awal-awal pandemi, saya dengan para perajin di
Sumedang itu sudah mulai menerapkan pembuatan desain dari rumah masing-masing.
Malah lebih nyaman lho kerja
berjarak begitu. Misalnya print dikerjakan di rumah masing-masing lalu saya
buka penjualan dengan Pre Order. Jadi
enggak berat biaya produksinya, ini sudah zamannya digital ya,” jelasnya.

Beruntung, penjualan pun mengalir di tengah pandemi.
Apalagi bagi teman-teman desainer lainnya yang yang tak bisa lagi mengandalkan
penjualan di mal, maka penjualan online pasti
menjadi media paling strategis.

“Dibilang sepi pembeli justru enggak ya. Malah lebih
ramai, karena orang takut keluar rumah. Jadi pesan lewat online lebih banyak.
Apa entah mau Lebaran ya, enggak tahu juga. Sekarang sih belum kelihatan ya
trennya,” katanya.

Hannie Hananto berharap pandemi Covid-19 segera bisa
diredam dan angka kasus semakin menurun. Sehingga berbagai perhelatan fashion
show akan bisa digelar lagi.

“Wah kalau fashion
show
 itu belum tahu kapan bisa digelar. Mungkin kami akan gelar
virtual. Sebab itu termasuk acara kesenian yang belum tentu kapan bisa digelar
lagi, masih menunggu keputusan Gubernur,” tandasnya.

JAKARTA-Operasional mal yang bakal kembali dibuka pada 15
Juni, disambut baik oleh sejumlah desainer. Terutama bagi mereka yang memiliki
gerai di dalam mal. Masa pandemi Covid-19 membuat para desainer terpukul saat
mal ditutup selama 3 bulan bahkan menjelang Ramadan dan Lebaran.

Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) DKI Jakarta Hannie
Hananto menjelaskan, sejumlah teman-teman desainer mengaku senang saat mal akan
dibuka kembali. Penjualan mereka yang sempat merosot, kini akan kembali
bergeliat.

“Beberapa teman desainer yang punya gerai atau produknya
dijual di gerai departement store senang sekali ya mal dibuka. Sebab saat mal
ditutup, bagi mereka yang punya produk di mal itu kasihan ya. Besar sekali
ruginya. Sebab produksi itu umumnya sudah dibuat massal pada tahun lalu. Jadi
rugi banget ya,” kata Hannie Hananto kepada JawaPos.com baru-baru
ini.

Meski mal sudah mulai dibuka lagi nanti, Hannie menilai
penjualan online tetap menjadi
sarana utama. Sebab meski sudah dibuka, kasus Covid-19 yang masih tinggi per
hari, pasti masih akan membuat masyarakat takut untuk keluar rumah. Maka
penjualan online tetap akan menjadi sarana utama.

Baca Juga :  PGIW Kalteng Rayakan Bulan Oikumene

“Tapi kami rasa, pembeli masih agak takut ya berkunjung
ke mal. Belum semuanya akan membeli offline. Maka online pasti tetap jadi
andalan kami,” ujar Hannie Hananto.

Bagi yang punya butik atau gerai offline sendiri, kata dia, para desainer
juga diminta untuk mematuhi protokol kesehatan. “Pasti ya imbauan untuk rajin
membersihkan gerai dengan disinfektan, area cuci tangan, hand sanitizer, jaga
jarak, dan memakai masker, tetap terus kami imbau,” jelasnya.

Uniknya lagi, kata dia, tren belanja online saat ini bukan lagi hanya membeli
barang-barang murah. Produk fashion seharga
jutaan pun berani dipesan oleh konsumen.

“Bukan yang murah lho ya,
harga jutaan sudah berani untuk pesan lewat online.
Asal branding-nya atau imej
desainer atau penjualnya terpercaya. Apalagi mungkin orang tua dan kelompok
rentan masih takut untuk pergi ke luar, maka biasanya anaknya yang dititipkan
untuk beli online,” katanya.

Perjuangan Selama Pandemi

Bagi Hannie Hananto dan desainer lainnya, pandemi
Covid-19 justru membuat mereka tetap bisa bertahan dan berkreasi. Justru era
ini, membuat para desainer dan konsumen benar-benar mengandalkan penjualan
online.

Baca Juga :  Rumah Ilmu, Dulu Lokalisasi Kini Sanggar Tari

“Pada awal-awal pandemi, saya dengan para perajin di
Sumedang itu sudah mulai menerapkan pembuatan desain dari rumah masing-masing.
Malah lebih nyaman lho kerja
berjarak begitu. Misalnya print dikerjakan di rumah masing-masing lalu saya
buka penjualan dengan Pre Order. Jadi
enggak berat biaya produksinya, ini sudah zamannya digital ya,” jelasnya.

Beruntung, penjualan pun mengalir di tengah pandemi.
Apalagi bagi teman-teman desainer lainnya yang yang tak bisa lagi mengandalkan
penjualan di mal, maka penjualan online pasti
menjadi media paling strategis.

“Dibilang sepi pembeli justru enggak ya. Malah lebih
ramai, karena orang takut keluar rumah. Jadi pesan lewat online lebih banyak.
Apa entah mau Lebaran ya, enggak tahu juga. Sekarang sih belum kelihatan ya
trennya,” katanya.

Hannie Hananto berharap pandemi Covid-19 segera bisa
diredam dan angka kasus semakin menurun. Sehingga berbagai perhelatan fashion
show akan bisa digelar lagi.

“Wah kalau fashion
show
 itu belum tahu kapan bisa digelar. Mungkin kami akan gelar
virtual. Sebab itu termasuk acara kesenian yang belum tentu kapan bisa digelar
lagi, masih menunggu keputusan Gubernur,” tandasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru