32.5 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Cyber Bullying karena Masyarakat Suka Mengomentari Fisik Orang Lain

Nama
Kekeyi, salah seorang selebgram, kembali ramai diberitakan karena akun
instagramnya terhapus. Hal tersebut terjadi seiring dengan banyaknya cyber
bullying dan report yang dilakukan netizen terhadapnya.

Menurut
dosen psikologi Universitas Airlangga Rudi Cahyono, masyarakat suka
mengomentari fisik orang lain karena fisik adalah bagian dari diri yang gampang
dilihat alias kasat mata. ”Begitu juga ketika melihat objek bagus atau buruk.
Ketika orang melihat orang yang ganteng atau cantik, itupun juga mudah untuk
dikomentari. Begitu juga sebaliknya, orang yang jelek pun juga mudah untuk
dikomentari,” ujar Rudi.

Nah,
ketika membahas tentang tampilan yang buruk, lanjut Rudi, tampilan Kekeyi
seringkali didasarkan pada standar umum tentang tampilan yang bagus atau
cantik. Masyarakat mempunyai standar kecantikan, mengukur orang lain dengan
standar yang sama, standar yang mereka yakini tersebut. Jadi komentarnya memang
berdasar standar umum.

Baca Juga :  Demi Minat Baca, Eltibiz Kunjungi Kalteng Pos

”Mudahnya
mengomentari kejelekan orang, juga salah satunya karena ia tidak melihat diri
sendiri atau tidak memproyeksikan dirinya berada pada posisi orang yang
dikomentari,” kata Rudi.

Namun
demikian, ada juga yang mengomentari kejelekan orang, sebagai bentuk pelarian
dari kondisi dirinya. Dengan seseorang ikut mengomentari kejelekan orang lain,
dia akan merasa masuk dalam kategori orang yang bagus. Di sisi lain, bila
berbicara tentang media sosial, tidak lepas dari karakteristik internet sebagai
media interaksi dan komunikasi.

Media
sosial memungkinkan orang untuk berinteraksi tanpa pengenalan (anonymous).
Ketika orang merasa bahwa orang lain tidak mengetahui siapa dirinya, dia akan
lebih merasa aman untuk berkomentar tanpa tanggung jawab. ”Coba bandingkan
dengan interaksi dalam dunia nyata, yang di dalamnya sangat memperhitungkan
aspek pragmatis dalam bahasa, memperhatikan etika, karena berhubungan dengan
terima atau tidak diterimanya diri di lingkungan,” tutur Rudi.

Baca Juga :  Akulturasi Budaya, Batik Bergaya Eropa Warnai Milan Fashiok Week

Nah,
dengan sifat fisik tadi dan kurangnya tanggung jawab dalam berinteraksi di
media sosial, sangat memungkinkan terjadi bullying secara fisik.

Nama
Kekeyi, salah seorang selebgram, kembali ramai diberitakan karena akun
instagramnya terhapus. Hal tersebut terjadi seiring dengan banyaknya cyber
bullying dan report yang dilakukan netizen terhadapnya.

Menurut
dosen psikologi Universitas Airlangga Rudi Cahyono, masyarakat suka
mengomentari fisik orang lain karena fisik adalah bagian dari diri yang gampang
dilihat alias kasat mata. ”Begitu juga ketika melihat objek bagus atau buruk.
Ketika orang melihat orang yang ganteng atau cantik, itupun juga mudah untuk
dikomentari. Begitu juga sebaliknya, orang yang jelek pun juga mudah untuk
dikomentari,” ujar Rudi.

Nah,
ketika membahas tentang tampilan yang buruk, lanjut Rudi, tampilan Kekeyi
seringkali didasarkan pada standar umum tentang tampilan yang bagus atau
cantik. Masyarakat mempunyai standar kecantikan, mengukur orang lain dengan
standar yang sama, standar yang mereka yakini tersebut. Jadi komentarnya memang
berdasar standar umum.

Baca Juga :  Demi Minat Baca, Eltibiz Kunjungi Kalteng Pos

”Mudahnya
mengomentari kejelekan orang, juga salah satunya karena ia tidak melihat diri
sendiri atau tidak memproyeksikan dirinya berada pada posisi orang yang
dikomentari,” kata Rudi.

Namun
demikian, ada juga yang mengomentari kejelekan orang, sebagai bentuk pelarian
dari kondisi dirinya. Dengan seseorang ikut mengomentari kejelekan orang lain,
dia akan merasa masuk dalam kategori orang yang bagus. Di sisi lain, bila
berbicara tentang media sosial, tidak lepas dari karakteristik internet sebagai
media interaksi dan komunikasi.

Media
sosial memungkinkan orang untuk berinteraksi tanpa pengenalan (anonymous).
Ketika orang merasa bahwa orang lain tidak mengetahui siapa dirinya, dia akan
lebih merasa aman untuk berkomentar tanpa tanggung jawab. ”Coba bandingkan
dengan interaksi dalam dunia nyata, yang di dalamnya sangat memperhitungkan
aspek pragmatis dalam bahasa, memperhatikan etika, karena berhubungan dengan
terima atau tidak diterimanya diri di lingkungan,” tutur Rudi.

Baca Juga :  Akulturasi Budaya, Batik Bergaya Eropa Warnai Milan Fashiok Week

Nah,
dengan sifat fisik tadi dan kurangnya tanggung jawab dalam berinteraksi di
media sosial, sangat memungkinkan terjadi bullying secara fisik.

Terpopuler

Artikel Terbaru