27.1 C
Jakarta
Friday, April 18, 2025

Membentuk Kebiasaan Anak Membaca, Suplai Kosakata dan Asah Pola Pikir

Keluarga
bisa menjadi tempat pertama anak jatuh hati pada buku. Ibu dan ayah berperan
besar menumbuhkan minat baca.

BUKU
adalah jendela ilmu. Sementara membaca adalah cara ”membukanya.” Meski begitu,
minat atau hobi membaca tak muncul begitu saja.

Penggiat
literasi keluarga dan psikolog Fitrina Kamalia menuturkan, orang tua perlu
membangun suasana rumah yang mendukung untuk membaca. Misalnya, menyediakan
buku di tempat anak sering beraktivitas untuk memancing rasa penasaran. ”Ayah
dan ibu juga bisa membiasakan membaca nyaring atau mendongeng untuk anak,” kata
Fitri. Langkah itu bisa dimulai sejak dini. Bahkan sebelum anak mampu berbicara
atau baca tulis.

Dia
menyayangkan, banyak orang yang memandang sebelah mata waktu membaca untuk
anak. ”Ada yang beranggapan, ngapain masih kecil dibelikan atau diajak baca
buku. Padahal, itulah stimulasi yang baik dan penting,” ungkap Fitri.

Alumnus
Universitas Persada Indonesia YAI itu menjelaskan, banyak riset yang mengungkap
bahwa membacakan cerita mendukung perkembangan sinapsis dan dendrit pada otak.
”Otak lebih ’elastis’ dan mampu menyerap informasi lebih cepat. Apalagi pada
periode emas atau masa balita,” paparnya.

Menurut
Fitri, buku bacaan juga menyuplai kosakata pada anak. Kata-kata yang tak lazim
di bahasa tutur dipelajari lewat buku. ”Kalau vocab-nya kaya, mereka lebih
mudah memahami instruksi guru saat mulai masuk sekolah,” ujarnya. Anak pun
lebih percaya diri dan mudah beradaptasi karena memiliki ”modal” dari buku.

Baca Juga :  Sambal Goreng Mandai Peda

Namun,
orang tua yang ”terlewat” menanamkan budaya literasi saat buah hati masih
berusia balita tak perlu khawatir. Pemerhati pendidikan Munif Chatib menegaskan
bahwa tak ada kata terlambat untuk memulai. ”Kalau terkendala bahan bacaan,
nggak harus dari buku. Bisa dimulai dari membahas berita yang lagi viral,”
jelasnya. Sumber bacaan pun melimpah. Apalagi dengan adanya media sosial.

 

Munif
beranggapan, ”kemasan” diskusi santai membuat membaca terasa menyenangkan. Tak
lagi dianggap beban. ”Soalnya, situasinya ringan, nggak serius, dan dilakukan bersama-sama,”
katanya.

Pria
yang merupakan penulis buku itu menjelaskan, orang tua perlu terbuka pada
berbagai jenis dan tema bacaan. Sebab, ayah dan ibulah yang bertugas membentuk
kecintaan anak pada buku.

Menurut
Munif, kebiasaan membaca penting ditanamkan kepada setiap orang. Terlepas minat
dan karirnya. ”Buku memperluas wawasan dan melatih pola pikir kritis. Kekuatan
ini saya rasa perlu dimiliki meski orang tersebut tidak bekerja di bidang
kepenulisan atau akademik,” tegas pria yang aktif mengembangkan alat riset
kecerdasan tersebut.

AYO,
BENTUK KEBIASAAN MEMBACA DARI SEKARANG!

–
Mulai membaca dari tema yang disukai dan bobot bacaan ringan. Saat anak suka
kartun mobil, misalnya, orang tua bisa memilih bacaan bertema mobil atau
kendaraan.

Baca Juga :  Usir Kecoak dari Rumah dengan Tiga Bahan Ini

–
Luangkan waktu 15 menit sehari untuk membaca atau membacakan buku untuk anak.

–
Buat target membaca yang realistis. Jika kegiatan sedang padat, capaiannya bisa
2–3 bab dalam seminggu.

–
Setelah selesai membaca, tanyakan kepada anak tentang inti buku, bagian yang
mereka sukai, dan lain-lain.

–
Ajari anak cara merawat buku (misalnya: menggunakan pembatas buku, meletakkan
buku di rak, tidak melipat ujung buku, dll).

–
Pastikan ruangan memiliki pencahayaan yang cukup terang serta ada spot nyaman
untuk duduk dan membaca.

KETIKA
BOSAN MELANDA

–
Pilih cerita yang dialihwahanakan dalam bentuk animasi, video, audiobook, atau
aksi teatrikal.

–
Dorong anak menceritakan kembali dongeng atau kisah yang pernah dibacakan
sekaligus mengecek pemahaman anak dan kemampuan menyusun urutan secara runtut.

– Bila
anak sudah mulai belajar membaca, lakukan membaca nyaring secara beruntun.
Misalnya, setelah ibu membaca satu paragraf, dilanjutkan anak, lalu ayah.

–
Ganti lokasi membaca. Misalnya, di teras, taman, bukan hanya di dalam ruangan.

–
Barter bahan bacaan dengan anggota keluarga lainnya. Misalnya, ibu membaca
novel koleksi anak dan sebaliknya. Pastikan tema dan kontennya sesuai dengan
usia anak.

Keluarga
bisa menjadi tempat pertama anak jatuh hati pada buku. Ibu dan ayah berperan
besar menumbuhkan minat baca.

BUKU
adalah jendela ilmu. Sementara membaca adalah cara ”membukanya.” Meski begitu,
minat atau hobi membaca tak muncul begitu saja.

Penggiat
literasi keluarga dan psikolog Fitrina Kamalia menuturkan, orang tua perlu
membangun suasana rumah yang mendukung untuk membaca. Misalnya, menyediakan
buku di tempat anak sering beraktivitas untuk memancing rasa penasaran. ”Ayah
dan ibu juga bisa membiasakan membaca nyaring atau mendongeng untuk anak,” kata
Fitri. Langkah itu bisa dimulai sejak dini. Bahkan sebelum anak mampu berbicara
atau baca tulis.

Dia
menyayangkan, banyak orang yang memandang sebelah mata waktu membaca untuk
anak. ”Ada yang beranggapan, ngapain masih kecil dibelikan atau diajak baca
buku. Padahal, itulah stimulasi yang baik dan penting,” ungkap Fitri.

Alumnus
Universitas Persada Indonesia YAI itu menjelaskan, banyak riset yang mengungkap
bahwa membacakan cerita mendukung perkembangan sinapsis dan dendrit pada otak.
”Otak lebih ’elastis’ dan mampu menyerap informasi lebih cepat. Apalagi pada
periode emas atau masa balita,” paparnya.

Menurut
Fitri, buku bacaan juga menyuplai kosakata pada anak. Kata-kata yang tak lazim
di bahasa tutur dipelajari lewat buku. ”Kalau vocab-nya kaya, mereka lebih
mudah memahami instruksi guru saat mulai masuk sekolah,” ujarnya. Anak pun
lebih percaya diri dan mudah beradaptasi karena memiliki ”modal” dari buku.

Baca Juga :  Sambal Goreng Mandai Peda

Namun,
orang tua yang ”terlewat” menanamkan budaya literasi saat buah hati masih
berusia balita tak perlu khawatir. Pemerhati pendidikan Munif Chatib menegaskan
bahwa tak ada kata terlambat untuk memulai. ”Kalau terkendala bahan bacaan,
nggak harus dari buku. Bisa dimulai dari membahas berita yang lagi viral,”
jelasnya. Sumber bacaan pun melimpah. Apalagi dengan adanya media sosial.

 

Munif
beranggapan, ”kemasan” diskusi santai membuat membaca terasa menyenangkan. Tak
lagi dianggap beban. ”Soalnya, situasinya ringan, nggak serius, dan dilakukan bersama-sama,”
katanya.

Pria
yang merupakan penulis buku itu menjelaskan, orang tua perlu terbuka pada
berbagai jenis dan tema bacaan. Sebab, ayah dan ibulah yang bertugas membentuk
kecintaan anak pada buku.

Menurut
Munif, kebiasaan membaca penting ditanamkan kepada setiap orang. Terlepas minat
dan karirnya. ”Buku memperluas wawasan dan melatih pola pikir kritis. Kekuatan
ini saya rasa perlu dimiliki meski orang tersebut tidak bekerja di bidang
kepenulisan atau akademik,” tegas pria yang aktif mengembangkan alat riset
kecerdasan tersebut.

AYO,
BENTUK KEBIASAAN MEMBACA DARI SEKARANG!

–
Mulai membaca dari tema yang disukai dan bobot bacaan ringan. Saat anak suka
kartun mobil, misalnya, orang tua bisa memilih bacaan bertema mobil atau
kendaraan.

Baca Juga :  Usir Kecoak dari Rumah dengan Tiga Bahan Ini

–
Luangkan waktu 15 menit sehari untuk membaca atau membacakan buku untuk anak.

–
Buat target membaca yang realistis. Jika kegiatan sedang padat, capaiannya bisa
2–3 bab dalam seminggu.

–
Setelah selesai membaca, tanyakan kepada anak tentang inti buku, bagian yang
mereka sukai, dan lain-lain.

–
Ajari anak cara merawat buku (misalnya: menggunakan pembatas buku, meletakkan
buku di rak, tidak melipat ujung buku, dll).

–
Pastikan ruangan memiliki pencahayaan yang cukup terang serta ada spot nyaman
untuk duduk dan membaca.

KETIKA
BOSAN MELANDA

–
Pilih cerita yang dialihwahanakan dalam bentuk animasi, video, audiobook, atau
aksi teatrikal.

–
Dorong anak menceritakan kembali dongeng atau kisah yang pernah dibacakan
sekaligus mengecek pemahaman anak dan kemampuan menyusun urutan secara runtut.

– Bila
anak sudah mulai belajar membaca, lakukan membaca nyaring secara beruntun.
Misalnya, setelah ibu membaca satu paragraf, dilanjutkan anak, lalu ayah.

–
Ganti lokasi membaca. Misalnya, di teras, taman, bukan hanya di dalam ruangan.

–
Barter bahan bacaan dengan anggota keluarga lainnya. Misalnya, ibu membaca
novel koleksi anak dan sebaliknya. Pastikan tema dan kontennya sesuai dengan
usia anak.

Terpopuler

Artikel Terbaru