30.9 C
Jakarta
Sunday, July 7, 2024
spot_img

Fiksi Mini: Lepas, Lugas, tanpa Pretensi Menggurui

Oleh ARIF GUMANTIA, Ketua Majelis Sastra Madiun

Pendeknya narasi-narasi di fiksi mini justru menjadi kekuatannya hingga menghunjamkan imajinasi ke pembaca dan memberi ruang yang luas bagi keindahan tafsirnya. Jika umurmu tak sepanjang umur dunia, maka sambunglah dengan tulisan. Pramoedya Ananta Toer

MENULIS adalah bekerja untuk keabadian, mengabadikan pemikiran, perenungan, kegelisahan, kejadian, juga kenangan. Barangkali dengan disadari atau tak disadari para penulis, mereka telah melakukan kerja ini.

Menulis fiksi mini, cerita-cerita sangat pendek 170 karakter, yang berawal dari kegelisahan batin, saat melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi, saat mengamati kejadian-kejadian di sekitarnya, dan pada akhirnya menjelma dengan cerita-cerita yang menarik karena kecermatan dan kelugasan dalam menguraikannya. Baik deskripsi latar maupun gagasan yang coba ditawarkannya.

Seteguk Arabika merupakan hasil dari proses perjuangan panjang yang digagas secara mandiri oleh seorang penulis Indonesia, Susy Ayu, dalam Komunitas Fiksi Mini Indonesia di Facebook 2021. Tiap 2 minggu ada tantangan tema tertentu dan dipilih 5 terbaik.

Mulanya maksimal 170 karakter, lalu makin menyempit jadi 140 karakter. Total ada 27 tema yang telah diusung, dengan pembatasan karakter berturut-turut menjadi paling sedikit 140 karakter, lahirlah 747 fiksi mini terpilih dalam Seteguk Arabika dengan total 53 penulis, termasuk salah satunya merupakan sang sastrawan legendaris Indonesia, Joko Pinurbo.

Menurut saya, fiksi mini adalah subgenre dari cerita pendek. Cerita yang sangat pendek, kalau dalam media sosial bisa saya analogikan dengan TikTok, video pendek yang menarik perhatian.

Pendeknya narasi-narasi di fiksi mini ini justru menjadi kekuatannya hingga menghunjamkan imajinasi ke pembaca dan memberi ruang yang luas bagi keindahan tafsirnya. Seperti karya Ervina Eka Safira, halaman 10:

”JENAZAH. Aku melihat jenazah itu dimandikan, orang-orang di sekitarnya menangis. Aku heran, kenapa menangisinya? Padahal kalian tidak memedulikan keberadaanku sebelumnya.”

Baca Juga :  Tentang Ketiak Kota yang tanpa Deodoran

Juga karya Evi Manalu, halaman 17:

”FATAL. Kau selalu mengirimkan sapamu setiap pagi melalui WhatsApp. Ini membuat aku berbunga-bunga, sampai suatu pagi kau salah menyebut namaku.”

Ada dua hal menurut Ernest Hemingway yang membuat cerpen menjadi menarik untuk dibaca dan ini tentu juga berlaku untuk fiksi mini.

Pertama, kisah yang diceritakannya ibarat gunung es di laut. Keindahan panoramanya hanya seperdelapan bagiannya yang muncul di atas air dan dari seperdelapan tersebut menyimpan sebuah magma yang dahsyat.

Pembaca bisa menangkap dan menafsirkan gagasan atau tema yang hendak disampaikan penulis dari ceritanya yang pendek. Yang kedua adalah penulis menceritakan, bukan menggurui, apalagi menghakimi, lewat tokoh-tokoh yang diciptakannya. Narasi yang di dalamnya bukan sebuah khotbah, yang tanpa banyak menggurui.

Kedua, pengarang, lewat cerita yang ditulisnya, menghunjamkan rentetan pertanyaan yang memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada di dalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.

”ULTAHKU SUATU KETIKA. Suatu kali aku mengunjungi kakakku yang dibui di lapas Solo. Ia dan para napi menyambutku dengan pesta ”sega kucing” dan nyanyian untuk merayakan ultahku (Dwi Klik Sentosa, halaman 38).”

”PESANAN ATASAN. Di TKP ia mengubah beberapa posisi barang bukti sebelum membidiknya. Mobil mewah terbayang di kepala (Susy Ayu, halaman 45).”

Banyak orang menyukai fiksi mini karena seperti diajak menyaksikan sebuah lanskap yang merupakan representasi dari sebuah kehidupan nyata. Dan, dengan kemahiran penulisnya dalam menghunjamkan bagian akhirnya yang terbuka, akan memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada di dalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk imajinasi dan kontemplasi.

Dan, menurut saya, para penulis fiksi mini ini mencoba melakukannya di dalam menulis cerita-ceritanya. Bercerita dengan lepas dan lugas, tanpa berpretensi untuk menggurui atau menghakimi.

Baca Juga :  Berbagai Cara Menjadi Diktator

”TRAUMA. Sejak Cinderella memecahkan sepatu kacanya ibu peri menyihir piring dan gelas menjadi plastik semua (Endang Sri Sulistya, halaman 74).”

”SENTUHAN TERAKHIR. Kupoleskan lipstik merah menyala pada jasad wanita itu. Warna yang sama dipakainya saat menggoda suamiku (Feyz Helenna Angelz, halaman 95).”

Ada tema ”keterasingan” para tokoh (yang diciptakan para penulis) dalam menggeluti realitas masyarakat. Bagaimana para tokohnya berjuang untuk mempertahankan idealisme agar tidak diberangus realitas. Keterasingan-keterasingan terjadi dalam cerita ini karena banyak hal, tapi bermuara pada sebab hilangnya sifat jujur pada diri sendiri.

Karena realitas yang mengharuskan berbohong dan menjadi orang lain. Dengan keterampilan memilih kalimat yang pendek dan ada ironi di dalamnya sehingga bisa mengaduk-aduk emosi dan imajinasi pembaca.

”DEMOKRASI. Pergilah kampanye, tebarkan senyum, uang, dan hadiah-hadiah. Di bilik suara, jumlah dan wajahnya bisa beda-beda (Arieyoko, halaman 106).”

Beberapa penulis memilih gaya bahasa yang ”puitis” dalam bercerita. Sehingga bisa meruangkan imajinasi yang berkelindan di kepala pembaca. Serupa puisi yang indah, ada metafora dan ironi di dalamnya sehingga batasan antara fiksi mini dan puisi menjadi tidak relevan lagi.

Sebab, yang terpenting adalah bagaimana gagasan tersebut sampai ke pembaca dan gagasan tersebut tidak hanya menghubungkan narasi dan relevansi, tapi juga punya signifikansi dengan kehidupan.

”DIKABULKAN. ”Bu, jangan nangis. Ini jawaban doa ibu,” bocah memberikan segenggam uang. Matanya terbelalak, kotak kolekte sedang beredar di kapel (Shinta Miranda, halaman 117).”

”PULANG PIKNIK. Terlalu lama liburan di pantai, dadanya penuh dengan gemuruh laut dan deburan ombak sehingga ia sulit mendengar suara hatinya sendiri (Joko Pinurbo, halaman 112).” (*)

Judul Buku: Seteguk Arabika, Kumpulan Fiksi Mini Indonesia

Editor: Susy Ayu

Jumlah: 120 halaman

Cetakan: Pertama, Mei 2024

Penerbit: Interlude, Jogjakarta

Oleh ARIF GUMANTIA, Ketua Majelis Sastra Madiun

Pendeknya narasi-narasi di fiksi mini justru menjadi kekuatannya hingga menghunjamkan imajinasi ke pembaca dan memberi ruang yang luas bagi keindahan tafsirnya. Jika umurmu tak sepanjang umur dunia, maka sambunglah dengan tulisan. Pramoedya Ananta Toer

MENULIS adalah bekerja untuk keabadian, mengabadikan pemikiran, perenungan, kegelisahan, kejadian, juga kenangan. Barangkali dengan disadari atau tak disadari para penulis, mereka telah melakukan kerja ini.

Menulis fiksi mini, cerita-cerita sangat pendek 170 karakter, yang berawal dari kegelisahan batin, saat melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi, saat mengamati kejadian-kejadian di sekitarnya, dan pada akhirnya menjelma dengan cerita-cerita yang menarik karena kecermatan dan kelugasan dalam menguraikannya. Baik deskripsi latar maupun gagasan yang coba ditawarkannya.

Seteguk Arabika merupakan hasil dari proses perjuangan panjang yang digagas secara mandiri oleh seorang penulis Indonesia, Susy Ayu, dalam Komunitas Fiksi Mini Indonesia di Facebook 2021. Tiap 2 minggu ada tantangan tema tertentu dan dipilih 5 terbaik.

Mulanya maksimal 170 karakter, lalu makin menyempit jadi 140 karakter. Total ada 27 tema yang telah diusung, dengan pembatasan karakter berturut-turut menjadi paling sedikit 140 karakter, lahirlah 747 fiksi mini terpilih dalam Seteguk Arabika dengan total 53 penulis, termasuk salah satunya merupakan sang sastrawan legendaris Indonesia, Joko Pinurbo.

Menurut saya, fiksi mini adalah subgenre dari cerita pendek. Cerita yang sangat pendek, kalau dalam media sosial bisa saya analogikan dengan TikTok, video pendek yang menarik perhatian.

Pendeknya narasi-narasi di fiksi mini ini justru menjadi kekuatannya hingga menghunjamkan imajinasi ke pembaca dan memberi ruang yang luas bagi keindahan tafsirnya. Seperti karya Ervina Eka Safira, halaman 10:

”JENAZAH. Aku melihat jenazah itu dimandikan, orang-orang di sekitarnya menangis. Aku heran, kenapa menangisinya? Padahal kalian tidak memedulikan keberadaanku sebelumnya.”

Baca Juga :  Tentang Ketiak Kota yang tanpa Deodoran

Juga karya Evi Manalu, halaman 17:

”FATAL. Kau selalu mengirimkan sapamu setiap pagi melalui WhatsApp. Ini membuat aku berbunga-bunga, sampai suatu pagi kau salah menyebut namaku.”

Ada dua hal menurut Ernest Hemingway yang membuat cerpen menjadi menarik untuk dibaca dan ini tentu juga berlaku untuk fiksi mini.

Pertama, kisah yang diceritakannya ibarat gunung es di laut. Keindahan panoramanya hanya seperdelapan bagiannya yang muncul di atas air dan dari seperdelapan tersebut menyimpan sebuah magma yang dahsyat.

Pembaca bisa menangkap dan menafsirkan gagasan atau tema yang hendak disampaikan penulis dari ceritanya yang pendek. Yang kedua adalah penulis menceritakan, bukan menggurui, apalagi menghakimi, lewat tokoh-tokoh yang diciptakannya. Narasi yang di dalamnya bukan sebuah khotbah, yang tanpa banyak menggurui.

Kedua, pengarang, lewat cerita yang ditulisnya, menghunjamkan rentetan pertanyaan yang memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada di dalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk kontemplasi pembacanya.

”ULTAHKU SUATU KETIKA. Suatu kali aku mengunjungi kakakku yang dibui di lapas Solo. Ia dan para napi menyambutku dengan pesta ”sega kucing” dan nyanyian untuk merayakan ultahku (Dwi Klik Sentosa, halaman 38).”

”PESANAN ATASAN. Di TKP ia mengubah beberapa posisi barang bukti sebelum membidiknya. Mobil mewah terbayang di kepala (Susy Ayu, halaman 45).”

Banyak orang menyukai fiksi mini karena seperti diajak menyaksikan sebuah lanskap yang merupakan representasi dari sebuah kehidupan nyata. Dan, dengan kemahiran penulisnya dalam menghunjamkan bagian akhirnya yang terbuka, akan memaksa pembaca untuk menggali makna yang ada di dalamnya, memberikan sebuah ruang yang terbuka untuk imajinasi dan kontemplasi.

Dan, menurut saya, para penulis fiksi mini ini mencoba melakukannya di dalam menulis cerita-ceritanya. Bercerita dengan lepas dan lugas, tanpa berpretensi untuk menggurui atau menghakimi.

Baca Juga :  Berbagai Cara Menjadi Diktator

”TRAUMA. Sejak Cinderella memecahkan sepatu kacanya ibu peri menyihir piring dan gelas menjadi plastik semua (Endang Sri Sulistya, halaman 74).”

”SENTUHAN TERAKHIR. Kupoleskan lipstik merah menyala pada jasad wanita itu. Warna yang sama dipakainya saat menggoda suamiku (Feyz Helenna Angelz, halaman 95).”

Ada tema ”keterasingan” para tokoh (yang diciptakan para penulis) dalam menggeluti realitas masyarakat. Bagaimana para tokohnya berjuang untuk mempertahankan idealisme agar tidak diberangus realitas. Keterasingan-keterasingan terjadi dalam cerita ini karena banyak hal, tapi bermuara pada sebab hilangnya sifat jujur pada diri sendiri.

Karena realitas yang mengharuskan berbohong dan menjadi orang lain. Dengan keterampilan memilih kalimat yang pendek dan ada ironi di dalamnya sehingga bisa mengaduk-aduk emosi dan imajinasi pembaca.

”DEMOKRASI. Pergilah kampanye, tebarkan senyum, uang, dan hadiah-hadiah. Di bilik suara, jumlah dan wajahnya bisa beda-beda (Arieyoko, halaman 106).”

Beberapa penulis memilih gaya bahasa yang ”puitis” dalam bercerita. Sehingga bisa meruangkan imajinasi yang berkelindan di kepala pembaca. Serupa puisi yang indah, ada metafora dan ironi di dalamnya sehingga batasan antara fiksi mini dan puisi menjadi tidak relevan lagi.

Sebab, yang terpenting adalah bagaimana gagasan tersebut sampai ke pembaca dan gagasan tersebut tidak hanya menghubungkan narasi dan relevansi, tapi juga punya signifikansi dengan kehidupan.

”DIKABULKAN. ”Bu, jangan nangis. Ini jawaban doa ibu,” bocah memberikan segenggam uang. Matanya terbelalak, kotak kolekte sedang beredar di kapel (Shinta Miranda, halaman 117).”

”PULANG PIKNIK. Terlalu lama liburan di pantai, dadanya penuh dengan gemuruh laut dan deburan ombak sehingga ia sulit mendengar suara hatinya sendiri (Joko Pinurbo, halaman 112).” (*)

Judul Buku: Seteguk Arabika, Kumpulan Fiksi Mini Indonesia

Editor: Susy Ayu

Jumlah: 120 halaman

Cetakan: Pertama, Mei 2024

Penerbit: Interlude, Jogjakarta

spot_img
spot_img

Terpopuler

spot_img

Artikel Terbaru