25.6 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Sajak Artie Ahmad

DRUPADI

Sisik melik kehidupan betapa sumirnya

Dari hamba berada dekap lima

Hidup ini hanya bagaimana diriku memberi, membagi, dicacah dalam raut
nestapa lemparan dadu

Ini rambut biar terurai

Darah merah haruslah membasahi,

Melunturkan segala amarah dan kecewa

Lantas segala hina menjadi suci

Lelaki-lelaki itu haruslah membayar janji

Tunai, tandas tanpa utang lagi

Sisik melik kehidupan betapa menyedihkan

Setangkup hatiku haruslah dibagi lima

Dibagi rata, adil merata, tak adil hanya akan mengundang dosa

Kuharap seorang saja, tapi datanglah lima bersaudara

Keadilan tak terperi diharap lahir di atas pundakku, tubuhku, relung
hatiku

Cintaku, cintaku, cintaku

Kasihku, kasihku, kasihku,

Putra Basudewa dan Dewaki

Betapa gelap dan merana dunia ini.

=============================

ANJANI

Dalam rimbun dedaunan

Sentuhan kasih Bayu mengusap

Tumbuhlah kecambah itu, di dalam rongga rahimku

Mekar tak terhingga dalam dekap hutan Wenkatacala

Lahirlah ia dari degup jantung mengalun mesra

Baca Juga :  Ongkowijoyo

Wanara putih dalam cita kasih beraroma sowargaloka

Kuusap keningnya, kubisikkan kepadanya,

”Dunia tak semesra angin sepoi yang ramah membelai wajahmu, tengkukmu,
bahkan sukmamu. Dunia tak segurih air susu ibu yang saban waktu kau kecap dari
sepasang puting itu. Dunia adalah bayang neraka, penuh murka dan kental
nestapa. Tapi aku ibumu, kubawa engkau ke mana saja kupijakkan kaki di atas
bantala ini. Sukmaku separonya kepadamu, sukmaku sebagian dalam genggamanmu…”

Angin bergemerisik, hujan menimpa bumi disertai desau

Segala rasa kuhunjam, kasih membara menggerus duka

Kelahiran memanglah harus dirayakan,

Kelahiran haruslah diiringi nyanyian

Meski air mata tetaplah jatuh di atas timangan

=============================

KUNTI

Kupertaruhkan semuanya,

Segala rasa keadilan

Malu menghentak

Tak bisa putri Kuntiboja membawa bayinya, ia masih gadis dan belum
tersentuh sesiapa

Tak kubunuh benar-benar rasa cintaku kepadanya

Kutangisi ia, kurutuki segala tak berdaya

Baca Juga :  Teruntuk yang Paling, Namun Tidak Menjadi Saling

Oh, Surya, betaraku

Kularung putramu, putraku

Kelak ia akan dipanggil Radheya, kelak akan pula tumbuh menjadi Karna

Betapa alam kupinta memaafkan rasa pengecut dan kecilnya hatiku

Aku menyayanginya, dengan kesungguhan rasa seorang ibu

Tapi, kehormatan adalah seguci anggur manis yang harus diminum semua
sanak saudara

=============================

SITA

Katanya, cinta haruslah suci laiknya embun di atas keladi pagi hari

Cinta haruslah berkalang kejujuran, bermandikan kepercayaan

Dua hati bertaut yang ditali kasih haruslah mendekap pengertian

Tapi adakah bentuk kasih murni itu, jika harus ditebus lewat jilatan
api dan berpijak di atas nyalangnya letupan bara?

=============================

ARTIE AHMAD. Lahir di Salatiga
dan kini tinggal di Jogja. Menulis cerita pendek dan novel. Novelnya “Sunyi di
Dada Sumirah” (Mojok), kumpulan cerpen ”Cinta yang Bodoh Harus Diakhiri”
(Mojok), dan sebuah novela ”Manusia-Manusia Teluk” (Mojok).

DRUPADI

Sisik melik kehidupan betapa sumirnya

Dari hamba berada dekap lima

Hidup ini hanya bagaimana diriku memberi, membagi, dicacah dalam raut
nestapa lemparan dadu

Ini rambut biar terurai

Darah merah haruslah membasahi,

Melunturkan segala amarah dan kecewa

Lantas segala hina menjadi suci

Lelaki-lelaki itu haruslah membayar janji

Tunai, tandas tanpa utang lagi

Sisik melik kehidupan betapa menyedihkan

Setangkup hatiku haruslah dibagi lima

Dibagi rata, adil merata, tak adil hanya akan mengundang dosa

Kuharap seorang saja, tapi datanglah lima bersaudara

Keadilan tak terperi diharap lahir di atas pundakku, tubuhku, relung
hatiku

Cintaku, cintaku, cintaku

Kasihku, kasihku, kasihku,

Putra Basudewa dan Dewaki

Betapa gelap dan merana dunia ini.

=============================

ANJANI

Dalam rimbun dedaunan

Sentuhan kasih Bayu mengusap

Tumbuhlah kecambah itu, di dalam rongga rahimku

Mekar tak terhingga dalam dekap hutan Wenkatacala

Lahirlah ia dari degup jantung mengalun mesra

Baca Juga :  Ongkowijoyo

Wanara putih dalam cita kasih beraroma sowargaloka

Kuusap keningnya, kubisikkan kepadanya,

”Dunia tak semesra angin sepoi yang ramah membelai wajahmu, tengkukmu,
bahkan sukmamu. Dunia tak segurih air susu ibu yang saban waktu kau kecap dari
sepasang puting itu. Dunia adalah bayang neraka, penuh murka dan kental
nestapa. Tapi aku ibumu, kubawa engkau ke mana saja kupijakkan kaki di atas
bantala ini. Sukmaku separonya kepadamu, sukmaku sebagian dalam genggamanmu…”

Angin bergemerisik, hujan menimpa bumi disertai desau

Segala rasa kuhunjam, kasih membara menggerus duka

Kelahiran memanglah harus dirayakan,

Kelahiran haruslah diiringi nyanyian

Meski air mata tetaplah jatuh di atas timangan

=============================

KUNTI

Kupertaruhkan semuanya,

Segala rasa keadilan

Malu menghentak

Tak bisa putri Kuntiboja membawa bayinya, ia masih gadis dan belum
tersentuh sesiapa

Tak kubunuh benar-benar rasa cintaku kepadanya

Kutangisi ia, kurutuki segala tak berdaya

Baca Juga :  Teruntuk yang Paling, Namun Tidak Menjadi Saling

Oh, Surya, betaraku

Kularung putramu, putraku

Kelak ia akan dipanggil Radheya, kelak akan pula tumbuh menjadi Karna

Betapa alam kupinta memaafkan rasa pengecut dan kecilnya hatiku

Aku menyayanginya, dengan kesungguhan rasa seorang ibu

Tapi, kehormatan adalah seguci anggur manis yang harus diminum semua
sanak saudara

=============================

SITA

Katanya, cinta haruslah suci laiknya embun di atas keladi pagi hari

Cinta haruslah berkalang kejujuran, bermandikan kepercayaan

Dua hati bertaut yang ditali kasih haruslah mendekap pengertian

Tapi adakah bentuk kasih murni itu, jika harus ditebus lewat jilatan
api dan berpijak di atas nyalangnya letupan bara?

=============================

ARTIE AHMAD. Lahir di Salatiga
dan kini tinggal di Jogja. Menulis cerita pendek dan novel. Novelnya “Sunyi di
Dada Sumirah” (Mojok), kumpulan cerpen ”Cinta yang Bodoh Harus Diakhiri”
(Mojok), dan sebuah novela ”Manusia-Manusia Teluk” (Mojok).

Terpopuler

Artikel Terbaru