Sunyi menderu dalam kerasnya
rindu
Menjejaki tanah batu meniti
kesementaraan waktu
Sepanjang pendakian mengusung
hati yang gelisah dilecut musim
Keletihan inikah yang menggiring
duka pada kesepian purba
Memaknai langkah-langkah gunung,
lembah-lembah agung
Di sini deru berlalu ke arah
telaga wungu
Di mana ribuan wahyu bersemedi,
di mana tangan-tangan sunyi
Menjelma bidari, mengusap jiwa
dan panas ubun-ubun bumi
Di sinikah namamu bersembunyi,
menjelma kubur prasasti
Perlahan kusibak kabut, kulucuti
dendam dan benci
Dari lengkung dadaku yang kelam
dan kemarau
Kurenangi sendang, kuilhami makna
comberan
Berteguk-teguk mimpi mengalir ke
ceruk sanubari
O, betapa luas padangmu
Ongkowijoyo
Berhektare-hektare riwayat tenggelam
dalam bokor kencono
Menarik diri, menyapa biru
semesta
Bila namamu kusebut di sini,
langit sebentar luruh
Laut mendadak tumpah, bumi jiwamu
tiba bergetar dan patah
Dengan jiwa tengadah dan hati
tunduk pasrah
Kugenggam erat tanganmu yang
menjulur dari lorong waktu
Kurasakan kebekuan, kurasakan
dinginnya pertemuan
Betapa musim memisahkan bumi dan
anak-anak zaman.
Nglanggeran, 2015–2020
—
(ANGGA TRIO SANJAYA. Lahir di
Wonosari, Gunungkidul, pada 7 Juni 1991. Bergiat di komunitas “Jejak Imajiâ€
Jogjakarta. Mengajar di SMP Muhammadiyah 1 Gamping)