29.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Sajak: Perahu dari Tulang Rusukku

Perahu dari Tulang Rusukku

Waktu memecah. Ruang berpendar. Kasih sayang

betapa telah serupa Bukit Cahaya tempat segala doa

dilangitkan setulus hati. Tetapi air mata berguguran

dari kelopak malam paling nyeri. Sembilu dua sisi

mengiris-iris setiap api cemburu mengapung atas laut

: ’’Perempuan embun; tenanglah, terimalah perahu

dari tulang rusukku. Perahu Cinta. Berlayarlah selamanya

membelah-belah selat, menyisir tebing-tebing karang.

Hingga tak ada lagi air mata gugur. Tak ada lagi api

cemburu mengapung atas laut!’’

Aku tak akan meninggalkan laut kata-kata. Puisi hingga

perahu dari tulang rusukku kaupahami sebagai sebuah

kesetiaan sebagai pelayaran paling luka.

Jaspinka, 12 Oktober 2023

Silsilah Mawar

Apa yang ingin kaukatakan tentang mawar?

Ou, mawar bisa menjelma batu rindu. Menjelma luka.

Baca Juga :  Tanah Para Bandit: Kebenaran dan Kerancuan

Menjelma sembilu kenangan. Tetapi mawar juga

bisa hati cahaya. Bisa peluk hangat, dan seribu kisah lainnya.

: ’’Ini dunia untukmu, kekasih, tanpa syarat. Juga puisi-puisi yang kutulis dengan air mata, keringat, darah!’’

Mekar mawar. Gugur mawar. Siklus. Silsilah. Senang dan sedih. Bukan dendam dipelihara. Jodoh, rezeki, maut….

: ’’Hanya tangan Tuhan mengulur menarik cinta sepanjang zaman!’’

Mawar di halaman rumah kaca di atas bukit. Semerbak

tak gugur tak layu. Dilarang memetiknya. Nikmati saja

sepenuh jiwa. Kesetiaan dan kasih sayang. Bergemeretak

: ’’Sesekali kaugores tubuhmu dengan duri mawar. Dengan rasa syukur dan senang. Dengan sorot mata berbinar!’’

Kekasih, aku ingin engkau selalu serupa mawar. Serupa

baris-baris puisi gemerlap dalam labirin kesunyian.

Baca Juga :  Senja Wabah

Jaspinka, 8 Oktober 2023

Jangan Takut dengan Bayang-Bayang

: ’’Jangan takut dengan bayang-bayang, jangan cemas dengan usia, kita masih satu jalan!’’

dan tanganmu kian erat menyeret hati-jiwaku ke liang kasih

Aku bahagia sekaligus sedih, bahagia bisa menikmati angin bukit

sedih takut kehilangan masa-masa indah dari ingatan

: ’’Aku suka kuda yang liar! Sudahlah, jangan tetes air mata– kita

jalani saja, waktu dan ruang menjadi saksi!’’

dan hati jiwa ini bergetar-getar; perpisahan itu pahit-getir?

:’’Sembilu, sembilu, sembilu bermata dua!’’

Engkau memelukku begitu erat, aku sungguh ingin tidak

sesaat pun dilepaskan.

Jaspinka, 18 Agustus 2023

EDDY PRANATA PNP, Adalah founder of Jaspinka (Jaringan Sastra Pinggir Kali) Cirebah, Banyumas Barat. Buku terbarunya Tembilang (2021).

Perahu dari Tulang Rusukku

Waktu memecah. Ruang berpendar. Kasih sayang

betapa telah serupa Bukit Cahaya tempat segala doa

dilangitkan setulus hati. Tetapi air mata berguguran

dari kelopak malam paling nyeri. Sembilu dua sisi

mengiris-iris setiap api cemburu mengapung atas laut

: ’’Perempuan embun; tenanglah, terimalah perahu

dari tulang rusukku. Perahu Cinta. Berlayarlah selamanya

membelah-belah selat, menyisir tebing-tebing karang.

Hingga tak ada lagi air mata gugur. Tak ada lagi api

cemburu mengapung atas laut!’’

Aku tak akan meninggalkan laut kata-kata. Puisi hingga

perahu dari tulang rusukku kaupahami sebagai sebuah

kesetiaan sebagai pelayaran paling luka.

Jaspinka, 12 Oktober 2023

Silsilah Mawar

Apa yang ingin kaukatakan tentang mawar?

Ou, mawar bisa menjelma batu rindu. Menjelma luka.

Baca Juga :  Tanah Para Bandit: Kebenaran dan Kerancuan

Menjelma sembilu kenangan. Tetapi mawar juga

bisa hati cahaya. Bisa peluk hangat, dan seribu kisah lainnya.

: ’’Ini dunia untukmu, kekasih, tanpa syarat. Juga puisi-puisi yang kutulis dengan air mata, keringat, darah!’’

Mekar mawar. Gugur mawar. Siklus. Silsilah. Senang dan sedih. Bukan dendam dipelihara. Jodoh, rezeki, maut….

: ’’Hanya tangan Tuhan mengulur menarik cinta sepanjang zaman!’’

Mawar di halaman rumah kaca di atas bukit. Semerbak

tak gugur tak layu. Dilarang memetiknya. Nikmati saja

sepenuh jiwa. Kesetiaan dan kasih sayang. Bergemeretak

: ’’Sesekali kaugores tubuhmu dengan duri mawar. Dengan rasa syukur dan senang. Dengan sorot mata berbinar!’’

Kekasih, aku ingin engkau selalu serupa mawar. Serupa

baris-baris puisi gemerlap dalam labirin kesunyian.

Baca Juga :  Senja Wabah

Jaspinka, 8 Oktober 2023

Jangan Takut dengan Bayang-Bayang

: ’’Jangan takut dengan bayang-bayang, jangan cemas dengan usia, kita masih satu jalan!’’

dan tanganmu kian erat menyeret hati-jiwaku ke liang kasih

Aku bahagia sekaligus sedih, bahagia bisa menikmati angin bukit

sedih takut kehilangan masa-masa indah dari ingatan

: ’’Aku suka kuda yang liar! Sudahlah, jangan tetes air mata– kita

jalani saja, waktu dan ruang menjadi saksi!’’

dan hati jiwa ini bergetar-getar; perpisahan itu pahit-getir?

:’’Sembilu, sembilu, sembilu bermata dua!’’

Engkau memelukku begitu erat, aku sungguh ingin tidak

sesaat pun dilepaskan.

Jaspinka, 18 Agustus 2023

EDDY PRANATA PNP, Adalah founder of Jaspinka (Jaringan Sastra Pinggir Kali) Cirebah, Banyumas Barat. Buku terbarunya Tembilang (2021).

Terpopuler

Artikel Terbaru