Aku merindukan bunyi klakson kapal itu hari ini,
bunyi yang biasanya menyusup ke kamar kita.
Kitakah yang terlambat mendengar?
Atau cuaca sedang buruk hingga satu-satunya cara
untuk tiba adalah berdoa dengan hati yang memar.
Kita mungkin pernah membayangkan
bagaimana rasanya berdiri sendirian di bibir dermaga
ketika pancaroba.
Aku mungkin pernah menunggu seseorang
yang kukira sedang kuinginkan sepenuhnya,
Namun, kabar badai telah menghapus jadwal perjalanan
dan aku pulang menghapus semua ingatan:
cinta muda yang rentan.
Kini aku bersamamu, tinggal di sebuah kota
yang terlihat begitu gampang bagi kebanyakan orang,
tetapi kerap membagikan kerumitan bagi kita.
Dan kita menerimanya dengan sesekali perih
yang mencoba kita samarkan
dengan ketabahan berkarat
yang tak pernah kita ralat.
Dan kita saling mencintai dengan selingan ancaman
asam lambung yang tak bisa disembunyikan
–yang kerap tak kuasa kita lawan dengan pekerjaan.
Aku merindukan bunyi klakson kapal itu lagi hari ini,
Namun, hingga dini hari tadi,
aku hanya mendengar bunyi yang lain.
Gemuruh dari dalam perutmukah itu?
Atau cuaca yang rentan,
telah menghapus semua jadwal perjalanan.
(Ampenan, 14 Februari 2020)
TJAK S. PARLAN. Lahir di
Banyuwangi, 10 November 1975. Sebuah Rumah di Bawah Menara (Rua Aksara, 2020)
adalah buku kumpulan cerpen terbarunya. Bermukim di Ampenan, Kota Mataram, Nusa
Tenggara Barat.