Malam Tak Diberi Angka
Oleh DAHRI DAHLAN
jendela tidak bersedih ketika angin
mengempas hujan tepat di dadanya.
sesuatu mengkristal ketika langit sore
berusaha menelan gemuruh yang lekat
di utara.
senja membenturkan pipi di tiang kabel,
tempat jaga malam berbicara pada diri
sendiri –sesaat sebelum pukul 12.00.
kita tahu apa yang terjadi setelahnya.
di kamar tidak ada bunyi camar. ingatan
tiada berharga. kulit pucat, dingin susu
kotak, pinggul kekasih menjauh, malam
tak diberi angka.
2024
—
Kulminasi Dini Hari
di mata kering ini
tidur tidak menepati janji.
sepenggal cahaya
tertinggal di beranda.
dingin bersuara,
ia tak mungkin berdusta.
2024
Baca Juga: Sajak: Ngawi, Cintamu Wangi Melati
—
Di Antara Tappalang-Bela Kopeang
(Lindu 6,2 SR, Mamuju 2021)
kami berhenti sejenak,
sekadar menimbang waktu bertahan.
kabut tipis turun di lereng,
mendekap akar pohon tersungkur
seperti tangan seorang ibu yang buta
meraba-raba udara.
kami membakar ranting tersisa
dari tipis gerimis yang meretakkan daun jati.
lumpur di titian menyampaikan rasa lapar
seorang pejalan kaki yang tergesah.
malam berdentum di tanah yang retak,
bau pohon terluka menguar di atas sungai
cokelat, mengalirkan rindu sepasang remaja.
di dekat anak sungai yang patah,
aku mematung menghitung bebatuan
terhenti. dendam apa yang membawamu?
2022–2024
—
Di Bawah Pohon
seperti hujan, waktu jatuh begitu saja,
sedangkan nasib tumbuh sebagai pohon
dengan bentuk aneh, dan buah-buah yang
harus kaupetik.
tidak ada yang tahu persis apakah kau
pandai mengupas kulitnya. tidak ada
yang peduli, apakah kau menyukai
rasanya atau tidak. banyak yang bergidik
dan keracunan.
kau berdiam dan kekal di bawahnya,
sampai waktu berhenti terjatuh.
2024
—
*) DAHRI DAHLAN, Lahir di Polman, Sulawesi Barat. Ia bermukim di Samarinda sebagai dosen di FIB Unmul. Buku puisinya Kau Sedingin Pelabuhan (Basabasi, 2023).