31 C
Jakarta
Thursday, December 5, 2024

Media ‘Flashcard’ dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Oleh: Mezia Kemala Sari*

ANAK berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak istimewa. Mereka yang terlahir dengan kondisi “tidak baik-baik saja” itu menjadi sebuah permasalahan khusus dan kerap harus mendapat perhatian lebih.

Kehadiran sekolah luar biasa (SLB) dan inklusi untuk berbagai jenjang pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi solusi terbaik, agar ABK ini bisa mengenyam pendidikan walau dengan keterbatasan.

Sekolah inklusi merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengizinkan siswa berkebutuhan khusus dapat bergabung dan belajar bersama dengan anak-anak normal. Tentu saja ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika anak berkebutuhan khusus dapat disekolahkan di sekolah normal, bernama inklusi.

Corbett (2001: 13) berpendapat bahwa pendidikan inklusi harus dapat bekerja dan memberikan nilai yang baik terkait kualitas pengalaman belajar bagi semuanya, yakni siapa pun yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Munculnya pendidikan inklusi sangat dimungkinkan bertumpu pada tren awal tentang integrasi yang mainstream dari siswa berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi menyajikan anggapan bahwa semua siswa (kondisi apa pun) memiliki hak untuk dididik di sekolah normal atau reguler dan untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kurikulum reguler (Westwood, 1997: 3).

Sehingga, sejak adanya program inklusi sekolah secara resmi oleh pemerintah, maka SDIT Al-azhar Darul Jannah Bukittinggi mulai mengadakan program inklusi secara resmi pula. Pelatihan dan kegiatan pendukung terus dilakukan agar bisa dikelola dengan lebih professional.

Sehingga pada 2013, sekolah ini dianugrahi Inclusive Award 2013 dengan kategori Penyelenggara Pendidikan Inklusi Terbaik tingkat Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 18 November 2013 di Bali.

Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran wajib di SDIT Al-azhar Darul Jannah Bukittinggi. Di samping bahasa lainnya, yakni Bahasa Arab, Bahasa Inggris menjadi salah satu pelajaran yang cukup dinanti oleh siswa. Hal itu agaknya menjadi tantangan bagi pengajar Bahasa Inggris untuk mengajarkan siswa berkebutuhan khusus di dalam kelas yang jumlahnya sekitar 5 persen dari jumlah siswa dalam kelas.

Tentunya kemampuan mereka berbeda dari anak normal, sehingga tentu diperlukan strategi yang jitu yang bisa menjadi solusi efektif dalam rangka mengajarkan Bahasa asing kepada anak berkebutuhan khusus tersebut.

Untuk, itu penulis mencoba untuk melakukan eksplorasi. Mengajarkan Bahasa Inggris terutama dalam hal dasar, yakni kosakata (vocabulary) untuk mengamati bagaimana peran penggunaan media flashcard dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak berkebutuhan khusus.

Baca Juga :  Antara Rodi dan Rehabilitasi di Rumah Bupati

Untuk itu, dibutuhkan waktu untuk mengamati perkembangan dan dampak yang terjadi pada anak-anak inklusi yang belajar Bahasa Inggris dengan bantuan media yang nyaman dan memenuhi syarat untuk digunakan oleh anak berkebutuhan khusus tentunya. Dan, penulis menjadi salah satu jalan untuk mengembangkan sistem pendidikan ini ke arah yang lebih baik.

Penelitian ini diawali dengan adanya pengamatan ketika berkunjung ke sekolah sasaran, yakni sekolah inklusi yang berlokasi di Bukit Apit Puhun, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Di sekolah itu menggabungkan siswa normal dengan siswa berkebutuhan khusus level ringan.

Dari hasil pengamatan, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris, siswa berkebutuhan khusus (umumnya lambat belajar dan Tunagrahita) mengalami beberapa kendala yang membuat mereka agak tertinggal dalam memahami pembelajaran bahasa asing terutama dalam penambahan kosa kata berbahasa Inggris. Hal ini disebabkan memang adanya keterbatasan mereka dalam kemampuan lingual atau berbahasa.

Mengacu dari beberapa literatur yang telah terlebih dahulu melakukan penelitian terkait siswa berkebutuhan khusus ini, rata-rata hasil penelitian menunjukkan adanya saran tentang pentingnya penggunaan media belajar untuk membantu mereka agar dapat menikmati proses belajar yang lebih lebih maksimal. Ternyata, ada beberapa syarat media yang boleh digunakan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Di antara media yang paling memenuhi syarat adalah Flashcard.

Dalam hal ini, direncanakan dimodifikasi untuk menciptakan sendiri media flashcard yang kreatif, menarik, dan aman. Dikarenakan sekolah inklusi rata-rata terdapat anak berkebutuhan khusus di dalam tiap lokal, maka penerapan penggunaan kartu ini akan dilakukan ke seluruh siswa.

Namun, yang dijadikan objek pengamatan hanya perkembangan dari sebanyak 22 siswa dari kelas 1 sampai kelas 5 saja. Observasi ini dilakukan mulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2023.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan anak-anak dengan kondisi khusus, yakni 17 anak dengan kondisi Lamban Belajar dan 5 anak dengan kondisi Tuna Grahita dapat digambarkan bahwa kondisi awal anak memang berada di tahap ‘kurang’.

Dengan menggunakan media kartu yakni Flashcard yang telah didesain sedemikian rupa dan sesuai dengan tema belajar seperti kata kerja, kata benda, angka, kata sifat, warna, dan buah-buahan, dapat dilihat bahwa terdapat kemajuan pada 22 partisipan berdasarkan aspek penilaian yang di dapat melalui pengamatan berkala.

  1. Aspek Pengucapan Kata (Pronunciation)
Baca Juga :  Antrean Haji Mengular, Teladani Nabi Muhammad SAW

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan, terdapat enam anak yang mengalami kemajuan pesat dalam melafalkan kata. Kondisi awal memang lamban belajar, tetapi setelah dicobakan menggunakan kartu, mereka menunjukkan kemajuan pengucapan Bahasa Inggris yang baik dan mulai benar.

Namun, tiga orang anak dengan kondisi tunagrahita belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Masih diam saat proses belajar dan saat dilakukan pembelajaran dengan kartu pun mereka masih tidak mau mengucapkan dan bahkan menggeleng saat diminta sehingga pengucapan katanya tidak terlalu dapat dipantau dan masih butuh waktu untuk memotivasi mereka dengan kondisi tuna grahita ini. Selebihnya, anak-anak menunjukkan kondidi ‘cukup’ atau sedang-sedang saja.

  1. Aspek Artikulasi (Articulation)

Berdasar artikulasi sebagaimana pada tabel juga tampak adanya perkembangan yang cukup baik beberapa diantara partisipan. Sebanyak enam anak menunjukkan peningkatan artikulasi yang ditunjukkan dengan pelafalan bunyi yang tepat dan jelas dan sesuai artikulasinya. Hal ini setelah dicobakan dengan memperlihatkan kartu flashcard yang berisi kosakata-kosakata yang bergambar dan menarik perhatian mereka dan mau mengucapkan dengan tepat.

  1. Aspek Kelancaran Bicara (Fluency)

Dari segi kelancaran bicara, memang tidak semua anak menunjukkan perkembangan yang baik dan masih ada beberapa yang terbata-bata bahkan sulit untuk berbicara dengan lancer yang rata-rata dialami oleh anak-anak yang lamban belajar. Namun, dibandingkan dengan kondisi awal yang rata-rata kurang, sekarang kondisi dengan menggunakan kartu ini mulai menunjukkan adanya perkembangan yang ke arah baik. Walaupun masih ada anak-anak yang lambat perkembangannya dalam lancer berbicara sekitar 4 orang.

  1. Aspek Pilihan Kata

Berdasarkan penilaian aspek pilihan kata, hanya 4 orang siswa yang memiliki kreatifitas dan inisiatif dalam menggunakan kata-kata secara tepat sehingga dapat dikategorikan ‘baik’. Namun, rata-rata mereka masih menggunakan kata-kata sesuai perintah dan belum ada inisiatif.

Dari data hasil observasi dapat dilihat bahwa kondisi belajar anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi memang membutuhkan perhatian lebih dan menggunakan media dalam belajar agar lebih menarik. Penggunaan media kartu flashcard yang didesain dengan menarik terlihat dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan berbahasa Inggris mereka walaupun masih dalam tahap dasar. (*)

*) Mezia Kemala Sari, dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Sumbar

Oleh: Mezia Kemala Sari*

ANAK berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak istimewa. Mereka yang terlahir dengan kondisi “tidak baik-baik saja” itu menjadi sebuah permasalahan khusus dan kerap harus mendapat perhatian lebih.

Kehadiran sekolah luar biasa (SLB) dan inklusi untuk berbagai jenjang pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi solusi terbaik, agar ABK ini bisa mengenyam pendidikan walau dengan keterbatasan.

Sekolah inklusi merupakan salah satu alternatif yang baik dalam mengizinkan siswa berkebutuhan khusus dapat bergabung dan belajar bersama dengan anak-anak normal. Tentu saja ada syarat-syarat yang harus dipenuhi jika anak berkebutuhan khusus dapat disekolahkan di sekolah normal, bernama inklusi.

Corbett (2001: 13) berpendapat bahwa pendidikan inklusi harus dapat bekerja dan memberikan nilai yang baik terkait kualitas pengalaman belajar bagi semuanya, yakni siapa pun yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Munculnya pendidikan inklusi sangat dimungkinkan bertumpu pada tren awal tentang integrasi yang mainstream dari siswa berkebutuhan khusus.

Pendidikan inklusi menyajikan anggapan bahwa semua siswa (kondisi apa pun) memiliki hak untuk dididik di sekolah normal atau reguler dan untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kurikulum reguler (Westwood, 1997: 3).

Sehingga, sejak adanya program inklusi sekolah secara resmi oleh pemerintah, maka SDIT Al-azhar Darul Jannah Bukittinggi mulai mengadakan program inklusi secara resmi pula. Pelatihan dan kegiatan pendukung terus dilakukan agar bisa dikelola dengan lebih professional.

Sehingga pada 2013, sekolah ini dianugrahi Inclusive Award 2013 dengan kategori Penyelenggara Pendidikan Inklusi Terbaik tingkat Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 18 November 2013 di Bali.

Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran wajib di SDIT Al-azhar Darul Jannah Bukittinggi. Di samping bahasa lainnya, yakni Bahasa Arab, Bahasa Inggris menjadi salah satu pelajaran yang cukup dinanti oleh siswa. Hal itu agaknya menjadi tantangan bagi pengajar Bahasa Inggris untuk mengajarkan siswa berkebutuhan khusus di dalam kelas yang jumlahnya sekitar 5 persen dari jumlah siswa dalam kelas.

Tentunya kemampuan mereka berbeda dari anak normal, sehingga tentu diperlukan strategi yang jitu yang bisa menjadi solusi efektif dalam rangka mengajarkan Bahasa asing kepada anak berkebutuhan khusus tersebut.

Untuk, itu penulis mencoba untuk melakukan eksplorasi. Mengajarkan Bahasa Inggris terutama dalam hal dasar, yakni kosakata (vocabulary) untuk mengamati bagaimana peran penggunaan media flashcard dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak-anak berkebutuhan khusus.

Baca Juga :  Antara Rodi dan Rehabilitasi di Rumah Bupati

Untuk itu, dibutuhkan waktu untuk mengamati perkembangan dan dampak yang terjadi pada anak-anak inklusi yang belajar Bahasa Inggris dengan bantuan media yang nyaman dan memenuhi syarat untuk digunakan oleh anak berkebutuhan khusus tentunya. Dan, penulis menjadi salah satu jalan untuk mengembangkan sistem pendidikan ini ke arah yang lebih baik.

Penelitian ini diawali dengan adanya pengamatan ketika berkunjung ke sekolah sasaran, yakni sekolah inklusi yang berlokasi di Bukit Apit Puhun, Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Di sekolah itu menggabungkan siswa normal dengan siswa berkebutuhan khusus level ringan.

Dari hasil pengamatan, khususnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris, siswa berkebutuhan khusus (umumnya lambat belajar dan Tunagrahita) mengalami beberapa kendala yang membuat mereka agak tertinggal dalam memahami pembelajaran bahasa asing terutama dalam penambahan kosa kata berbahasa Inggris. Hal ini disebabkan memang adanya keterbatasan mereka dalam kemampuan lingual atau berbahasa.

Mengacu dari beberapa literatur yang telah terlebih dahulu melakukan penelitian terkait siswa berkebutuhan khusus ini, rata-rata hasil penelitian menunjukkan adanya saran tentang pentingnya penggunaan media belajar untuk membantu mereka agar dapat menikmati proses belajar yang lebih lebih maksimal. Ternyata, ada beberapa syarat media yang boleh digunakan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus. Di antara media yang paling memenuhi syarat adalah Flashcard.

Dalam hal ini, direncanakan dimodifikasi untuk menciptakan sendiri media flashcard yang kreatif, menarik, dan aman. Dikarenakan sekolah inklusi rata-rata terdapat anak berkebutuhan khusus di dalam tiap lokal, maka penerapan penggunaan kartu ini akan dilakukan ke seluruh siswa.

Namun, yang dijadikan objek pengamatan hanya perkembangan dari sebanyak 22 siswa dari kelas 1 sampai kelas 5 saja. Observasi ini dilakukan mulai dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2023.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebanyak lima kali pertemuan dengan anak-anak dengan kondisi khusus, yakni 17 anak dengan kondisi Lamban Belajar dan 5 anak dengan kondisi Tuna Grahita dapat digambarkan bahwa kondisi awal anak memang berada di tahap ‘kurang’.

Dengan menggunakan media kartu yakni Flashcard yang telah didesain sedemikian rupa dan sesuai dengan tema belajar seperti kata kerja, kata benda, angka, kata sifat, warna, dan buah-buahan, dapat dilihat bahwa terdapat kemajuan pada 22 partisipan berdasarkan aspek penilaian yang di dapat melalui pengamatan berkala.

  1. Aspek Pengucapan Kata (Pronunciation)
Baca Juga :  Antrean Haji Mengular, Teladani Nabi Muhammad SAW

Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan, terdapat enam anak yang mengalami kemajuan pesat dalam melafalkan kata. Kondisi awal memang lamban belajar, tetapi setelah dicobakan menggunakan kartu, mereka menunjukkan kemajuan pengucapan Bahasa Inggris yang baik dan mulai benar.

Namun, tiga orang anak dengan kondisi tunagrahita belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Masih diam saat proses belajar dan saat dilakukan pembelajaran dengan kartu pun mereka masih tidak mau mengucapkan dan bahkan menggeleng saat diminta sehingga pengucapan katanya tidak terlalu dapat dipantau dan masih butuh waktu untuk memotivasi mereka dengan kondisi tuna grahita ini. Selebihnya, anak-anak menunjukkan kondidi ‘cukup’ atau sedang-sedang saja.

  1. Aspek Artikulasi (Articulation)

Berdasar artikulasi sebagaimana pada tabel juga tampak adanya perkembangan yang cukup baik beberapa diantara partisipan. Sebanyak enam anak menunjukkan peningkatan artikulasi yang ditunjukkan dengan pelafalan bunyi yang tepat dan jelas dan sesuai artikulasinya. Hal ini setelah dicobakan dengan memperlihatkan kartu flashcard yang berisi kosakata-kosakata yang bergambar dan menarik perhatian mereka dan mau mengucapkan dengan tepat.

  1. Aspek Kelancaran Bicara (Fluency)

Dari segi kelancaran bicara, memang tidak semua anak menunjukkan perkembangan yang baik dan masih ada beberapa yang terbata-bata bahkan sulit untuk berbicara dengan lancer yang rata-rata dialami oleh anak-anak yang lamban belajar. Namun, dibandingkan dengan kondisi awal yang rata-rata kurang, sekarang kondisi dengan menggunakan kartu ini mulai menunjukkan adanya perkembangan yang ke arah baik. Walaupun masih ada anak-anak yang lambat perkembangannya dalam lancer berbicara sekitar 4 orang.

  1. Aspek Pilihan Kata

Berdasarkan penilaian aspek pilihan kata, hanya 4 orang siswa yang memiliki kreatifitas dan inisiatif dalam menggunakan kata-kata secara tepat sehingga dapat dikategorikan ‘baik’. Namun, rata-rata mereka masih menggunakan kata-kata sesuai perintah dan belum ada inisiatif.

Dari data hasil observasi dapat dilihat bahwa kondisi belajar anak-anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi memang membutuhkan perhatian lebih dan menggunakan media dalam belajar agar lebih menarik. Penggunaan media kartu flashcard yang didesain dengan menarik terlihat dapat meningkatkan kemauan dan kemampuan berbahasa Inggris mereka walaupun masih dalam tahap dasar. (*)

*) Mezia Kemala Sari, dosen Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Muhammadiyah Sumbar

Terpopuler

Artikel Terbaru