26.5 C
Jakarta
Monday, December 9, 2024

Program Kesehatan Kerakyatan Prabowo

PRESIDEN Prabowo terlihat jelas memiliki visi baru dalam program kesehatan negeri ini. Beliau memerintah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menyegerakan empat program kesehatan utama yang dianggap krusial dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Empat program itu mengedepankan pendekatan sederhana tetapi berkelanjutan.

Tujuannya, menjaga kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir secara berkeadilan. Dengan program-program itu, jelas terlihat adanya pergeseran arah signifikan dari program-program kesehatan sebelumnya yang cenderung berfokus pada proyek mercusuar tanpa dampak signifikan bagi rakyat kecil.

Skrining kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi program pertama yang diinstruksikan Prabowo. Skrining diharapkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Termasuk daerah-daerah terpencil dan tertinggal yang sering kali terbatas dalam akses layanan kesehatan.

Dengan skrining, potensi penyakit bisa terdeteksi sejak dini sehingga penanganan lebih cepat sebelum penyakit berkembang lebih serius. Lewat program skrining, Prabowo memperlihatkan komitmennya terhadap upaya pencegahan penyakit (preventif dan promotif), tidak hanya terfokus pada pengobatan penyakit (kuratif).

Selama ini, program kesehatan memang sangat terfokus pada pelayanan kuratif. Porsi terbesar penganggaran kesehatan dalam beberapa tahun terakhir lebih banyak didominasi program kuratif. Padahal, dalam konsep kesehatan masyarakat, pencegahan selalu menjadi langkah yang jauh lebih efektif dan efisien daripada pengobatan.

Pemerataan Akses

Program kedua adalah membangun rumah sakit di daerah terpencil dan tertinggal. Selama ini, ketimpangan akses layanan kesehatan di Indonesia menjadi masalah berlarut-larut. Banyak daerah di pelosok yang sulit mendapatkan layanan medis yang memadai. Masyarakat di daerah tertinggal sering harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Baca Juga :  Omicron, Faedah Terselubung?

Aksesibilitas fasilitas kesehatan di daerah tertinggal di Indonesia masih sangat timpang. Padahal, Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) menekankan pentingnya leave no one behind (tidak ada yang tertinggal) dalam pembangunan kesehatan.

Waktu tempuh ke rumah sakit sangat memengaruhi keputusan masyarakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Dengan hadirnya rumah sakit di daerah-daerah tertinggal ini, kualitas kesehatan masyarakat di daerah tertinggal bisa meningkat secara signifikan.

Program ketiga adalah penanganan segera penyakit tuberkulosis (TB). Indonesia saat ini merupakan negara dengan peringkat ke-2 penderita TB tertinggi di dunia setelah India. Hingga 2021, prevalensi TB masih di kisaran 354 per 100 ribu penduduk. Lebih ironis, pada 2022 terdapat tambahan lebih dari 700 ribu kasus baru. Tambahan itu meningkat melebihi 800 ribu kasus pada 2023.

Penekanan pengentasan TB di Indonesia itu menunjukkan visi Prabowo untuk mengatasi masalah kesehatan yang nyata dan berdampak luas bagi rakyat Indonesia. Pendekatan tersebut jelas berbeda dengan program kesehatan sebelumnya yang cenderung mengutamakan proyek bernilai tinggi dengan dampak terbatas pada kelompok tertentu.

Pada era sebelumnya, perhatian lebih banyak diarahkan pada proyek-proyek eksotis seperti proyek genom nasional yang berfokus pada penelitian genetika, pengendalian penyakit demam berdarah dengan teknik Wolbachia, serta pengadaan alat cath lab (kateterisasi jantung) yang hingga saat ini belum berfungsi optimal.

Baca Juga :  Respons Aparat terhadap KKB

Pemenuhan Dokter Spesialis

Selanjutnya, kekurangan dokter spesialis di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, menjadi masalah berulang-ulang tanpa solusi memadai. Pemenuhan kebutuhan dokter spesialis menjadi prioritas keempat.

Langkah itu diharapkan bisa menjawab keluhan masyarakat akan sulitnya mendapatkan layanan spesialisasi tertentu seperti bedah, kandungan, atau anestesi di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat.

Solusinya adalah melalui program insentif memadai bagi dokter yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Selain itu, mendirikan pusat pelatihan dan pendidikan yang bisa mencetak lebih banyak dokter spesialis dengan kualitas bagus.

Pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan kedokteran dan rumah sakit untuk mempercepat pelatihan dokter spesialis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ini jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya yang ingin menambah dokter spesialis dengan mendatangkan dokter asing.

Empat program yang diusung Prabowo itu seolah menjadi peringatan untuk kembali pada kebutuhan dasar kesehatan rakyat serta mengutamakan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat kecil.

Dengan mengutamakan program tersebut, Prabowo menunjukkan tekad untuk membawa kesehatan Indonesia kembali ke dasar (back to basic), berfokus pada permasalahan mendasar dan menyentuh langsung kebutuhan kesehatan masyarakat.

Program tersebut sejalan dengan visi kesehatan kerakyatan yang sederhana, tetapi mendalam. Menjangkau seluruh rakyat tanpa diskriminasi dan menempatkan kebutuhan dasar kesehatan sebagai prioritas utama. (*)

*) IQBAL MOCHTAR, Pengurus PB IDI dan PP IAKMI; ketua Kluster Kedokteran dan Kesehatan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional

PRESIDEN Prabowo terlihat jelas memiliki visi baru dalam program kesehatan negeri ini. Beliau memerintah Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menyegerakan empat program kesehatan utama yang dianggap krusial dalam menjawab kebutuhan masyarakat. Empat program itu mengedepankan pendekatan sederhana tetapi berkelanjutan.

Tujuannya, menjaga kesehatan masyarakat dari hulu ke hilir secara berkeadilan. Dengan program-program itu, jelas terlihat adanya pergeseran arah signifikan dari program-program kesehatan sebelumnya yang cenderung berfokus pada proyek mercusuar tanpa dampak signifikan bagi rakyat kecil.

Skrining kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi program pertama yang diinstruksikan Prabowo. Skrining diharapkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Termasuk daerah-daerah terpencil dan tertinggal yang sering kali terbatas dalam akses layanan kesehatan.

Dengan skrining, potensi penyakit bisa terdeteksi sejak dini sehingga penanganan lebih cepat sebelum penyakit berkembang lebih serius. Lewat program skrining, Prabowo memperlihatkan komitmennya terhadap upaya pencegahan penyakit (preventif dan promotif), tidak hanya terfokus pada pengobatan penyakit (kuratif).

Selama ini, program kesehatan memang sangat terfokus pada pelayanan kuratif. Porsi terbesar penganggaran kesehatan dalam beberapa tahun terakhir lebih banyak didominasi program kuratif. Padahal, dalam konsep kesehatan masyarakat, pencegahan selalu menjadi langkah yang jauh lebih efektif dan efisien daripada pengobatan.

Pemerataan Akses

Program kedua adalah membangun rumah sakit di daerah terpencil dan tertinggal. Selama ini, ketimpangan akses layanan kesehatan di Indonesia menjadi masalah berlarut-larut. Banyak daerah di pelosok yang sulit mendapatkan layanan medis yang memadai. Masyarakat di daerah tertinggal sering harus menempuh jarak jauh untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Baca Juga :  Omicron, Faedah Terselubung?

Aksesibilitas fasilitas kesehatan di daerah tertinggal di Indonesia masih sangat timpang. Padahal, Sustainable Development Goals (SDGs) dalam mencapai Universal Health Coverage (UHC) menekankan pentingnya leave no one behind (tidak ada yang tertinggal) dalam pembangunan kesehatan.

Waktu tempuh ke rumah sakit sangat memengaruhi keputusan masyarakat untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Dengan hadirnya rumah sakit di daerah-daerah tertinggal ini, kualitas kesehatan masyarakat di daerah tertinggal bisa meningkat secara signifikan.

Program ketiga adalah penanganan segera penyakit tuberkulosis (TB). Indonesia saat ini merupakan negara dengan peringkat ke-2 penderita TB tertinggi di dunia setelah India. Hingga 2021, prevalensi TB masih di kisaran 354 per 100 ribu penduduk. Lebih ironis, pada 2022 terdapat tambahan lebih dari 700 ribu kasus baru. Tambahan itu meningkat melebihi 800 ribu kasus pada 2023.

Penekanan pengentasan TB di Indonesia itu menunjukkan visi Prabowo untuk mengatasi masalah kesehatan yang nyata dan berdampak luas bagi rakyat Indonesia. Pendekatan tersebut jelas berbeda dengan program kesehatan sebelumnya yang cenderung mengutamakan proyek bernilai tinggi dengan dampak terbatas pada kelompok tertentu.

Pada era sebelumnya, perhatian lebih banyak diarahkan pada proyek-proyek eksotis seperti proyek genom nasional yang berfokus pada penelitian genetika, pengendalian penyakit demam berdarah dengan teknik Wolbachia, serta pengadaan alat cath lab (kateterisasi jantung) yang hingga saat ini belum berfungsi optimal.

Baca Juga :  Respons Aparat terhadap KKB

Pemenuhan Dokter Spesialis

Selanjutnya, kekurangan dokter spesialis di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil, menjadi masalah berulang-ulang tanpa solusi memadai. Pemenuhan kebutuhan dokter spesialis menjadi prioritas keempat.

Langkah itu diharapkan bisa menjawab keluhan masyarakat akan sulitnya mendapatkan layanan spesialisasi tertentu seperti bedah, kandungan, atau anestesi di wilayah-wilayah yang jauh dari pusat.

Solusinya adalah melalui program insentif memadai bagi dokter yang bersedia bekerja di daerah terpencil. Selain itu, mendirikan pusat pelatihan dan pendidikan yang bisa mencetak lebih banyak dokter spesialis dengan kualitas bagus.

Pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan institusi pendidikan kedokteran dan rumah sakit untuk mempercepat pelatihan dokter spesialis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ini jauh berbeda dengan pemerintahan sebelumnya yang ingin menambah dokter spesialis dengan mendatangkan dokter asing.

Empat program yang diusung Prabowo itu seolah menjadi peringatan untuk kembali pada kebutuhan dasar kesehatan rakyat serta mengutamakan pembangunan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat kecil.

Dengan mengutamakan program tersebut, Prabowo menunjukkan tekad untuk membawa kesehatan Indonesia kembali ke dasar (back to basic), berfokus pada permasalahan mendasar dan menyentuh langsung kebutuhan kesehatan masyarakat.

Program tersebut sejalan dengan visi kesehatan kerakyatan yang sederhana, tetapi mendalam. Menjangkau seluruh rakyat tanpa diskriminasi dan menempatkan kebutuhan dasar kesehatan sebagai prioritas utama. (*)

*) IQBAL MOCHTAR, Pengurus PB IDI dan PP IAKMI; ketua Kluster Kedokteran dan Kesehatan Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional

Terpopuler

Artikel Terbaru

/