29.9 C
Jakarta
Monday, June 30, 2025

Gadai Hari Ini, Tebus Besok! Pegadaian dan Solusi Sat-Set di Tengah Kepepet

Namanya Ardi. Masih bujangan. Tinggal di Palangka Raya. Tidak punya tanggungan, tapi punya banyak kebutuhan. Bukan pejabat. Bukan orang berada. Tapi cukup rapi. Dan cukup waras untuk tidak mengemis ketika kepepet.

Eko Supriadi, Palangka Raya

SATU hari, isi dompetnya kering. Gajian masih jauh. Uang saku dari orang tua sudah tak pantas diterima. Sementara pulsa menipis, dan perut minta diisi. Ia melihat dua ponsel di tangannya. Satu untuk kerja. Satu lagi pemberian lama. Ia berpikir cepat, yang satu dikorbankan dulu.

Ia keliling kota. Dari satu kios ke kios lain. Menawarkan ponsel itu untuk digadai. Tapi taksiran harganya menyakitkan. Ada yang menyebut Rp 400 ribu. Ada yang lebih kejam Rp 300 ribu. Padahal harga barunya dua juta lebih. Belum lagi bunga yang disebut-sebut bisa 5 persen per minggu. Ditambah biaya-biaya tidak jelas. Belum juga gadai, sudah stres.

Akhirnya, Ardi masuk ke Pegadaian. Awalnya ragu. Tapi pintunya terbuka lebar. Petugas menyambut ramah. Prosesnya cepat. Tidak sampai 15 menit, HP ditaksir Rp 900 ribu. Dana langsung cair. Tak ada biaya aneh-aneh.

“Sat-set. Cepat sekali. Aku pun heran,” katanya. Uangnya cukup untuk bertahan sampai gajian. Dan HP-nya aman, hanya dititipkan.

Sepuluh hari kemudian, Ardi dapat rezeki tambahan dari proyek sampingan. Ia langsung menebus ponselnya. Tidak ada penalti. Tidak ada biaya tambahan.

“Bunganya kecil sekali. Aku sudah lupa angkanya, tapi yang pasti jauh lebih murah dari yang kutakutkan,” ujarnya sambil tertawa.

Itulah pengalaman pertama Ardi dengan Pegadaian. Dan seperti banyak orang lain, pengalaman pertama itu mengubah pandangannya. Ia sadar, ternyata ada cara menyelamatkan diri di tengah kepepet, tanpa harus meminjam, menjual, apalagi kehilangan harga diri.

Di luar sana, jutaan orang seperti Ardi pernah merasa kepepet. Dan jutaan lainnya sedang mengalaminya. Maka keberadaan Pegadaian menjadi vital. Ia bukan sekadar tempat gadai. Ia adalah pelampung sosial. Penjaga martabat.

Baca Juga :  Karya Anak Bangsa Warnai Kunjungan Paus: Maung Jadi SCV 1, Kursi Paus dari Semarang

Di tengah krisis keuangan, Pegadaian hadir sebagai solusi cepat. Barang ditinggal, uang dibawa. Tidak ada BI checking. Tidak ada slip gaji. Tidak ada proposal. Cukup identitas, cukup barang. Tidak lebih dari 15 menit, dana cair. Uangnya bisa digunakan. Barangnya tetap aman.

Dan sekarang, Pegadaian lebih manusiawi lagi. Ada diskon bunga untuk pelunasan lebih awal. Ini bukan promo musiman. Tapi kebijakan tetap. Sistemnya sudah berjalan lama. Tapi banyak orang belum tahu.

Kepala Pegadaian Palangka Raya, Hermin Pongtuluran, menjelaskan bahwa bunga di Pegadaian dihitung per 15 hari. Bukan per bulan. Jadi kalau pinjaman dibayar sebelum satu bulan, maka bunganya otomatis lebih ringan. Bahkan bisa hanya setengah dari total bunga.

“Kalau dilunasi lebih cepat, nasabah justru dapat diskon. Tidak ada penalti,” katanya, Selasa (24/6/2025).

Sistem ini adil. Cepat, ringan, dan fleksibel. Karena Pegadaian tahu, tidak semua orang beruntung di awal. Tapi juga tidak semua orang bernasib sial sampai akhir. Maka ketika seseorang bisa membayar lebih cepat, kenapa tidak diberi apresiasi?

Sebaliknya, jika belum mampu membayar, Pegadaian juga memberi ruang. Ada masa perpanjangan sampai 120 hari. Cukup dengan membayar bunga-nya saja. Pokoknya bisa dicicil kemudian. Barang tetap aman. Tidak langsung dilelang. Tidak langsung dihapus.

Ini yang membuat Pegadaian disukai. Logikanya sosial. Hubungan dengan nasabah bukan hitam-putih. Tapi abu-abu yang penuh pengertian. Asal ada niat baik, Pegadaian akan menunggu. Asal ada komunikasi, barang akan tetap aman.

Dan sistem bunganya pun bersahabat. Untuk pinjaman kecil Rp 50 ribu sampai Rp 500 ribu, bunganya hanya 0,75% per 15 hari. Golongan ini disebut golongan A. Untuk pinjaman Rp 550 ribu sampai Rp 5 juta (golongan B) bunganya 1,15%. Begitu pula dengan golongan C (Rp 5,1 juta sampai Rp 20 juta). Sedangkan pinjaman di atas Rp 20 juta (golongan D) bunganya hanya 1%.

Bunga itu flat. Tidak berbunga-berbunga. Tidak majemuk seperti di kartu kredit. Tidak seperti pinjol yang bisa menagih 30% dalam dua minggu. Bahkan lebih.

Baca Juga :  Melihat Proses Produksi Pelumas hingga Mengunjungi Kampung Markisa

Satu contoh sederhana. Jika Anda pinjam Rp 1 juta, maka bunga per 15 harinya hanya Rp 11.500. Kalau lewat, tinggal ditambah sesuai hitungan. Sederhana. Tidak menipu.

Itulah sebabnya Pegadaian bisa melayani siapa saja. Mulai dari ibu-ibu pasar, petani, nelayan, pedagang kaki lima, guru, PNS, bahkan pengusaha. Karena semua pernah butuh uang cepat. Dan Pegadaian tidak pernah bertanya kenapa.

Namanya saja “gadai”. Tapi jangan salah. Nilai gadai bisa sampai miliaran rupiah. Asalkan agunannya sesuai. Bahkan sekarang Pegadaian juga melayani emas batangan, kendaraan, elektronik, bahkan logistik.

Tidak seperti bank yang harus menganalisis rasio, atau pinjol yang menjerat psikologis, Pegadaian justru seperti tetangga yang bisa dimintai tolong. Cepat. Ringkas. Dan aman.

Lalu kenapa orang masih takut datang ke Pegadaian?

Karena stigma. Dulu, gadai dianggap sebagai pilihan terakhir. Tempat orang miskin. Tempat orang kalah. Padahal sekarang, orang datang ke Pegadaian bukan karena miskin, tapi karena cerdas. Karena tidak mau ribet. Karena tidak mau berhutang dalam jangka panjang.

Gadai hari ini. Besok tebus. Bisa. Tidak pakai penalti. Malah dapat diskon. Dan Pegadaian tidak pernah marah kalau barang ditebus lebih cepat. Justru senang. Karena itu artinya. Nasabahnya sudah bisa bernapas lega.

Sekarang, Pegadaian bukan lagi hanya lembaga gadai. Ia adalah jembatan. Dari kesulitan menuju kelegaan. Dari kepepet menuju napas panjang. Dari bingung menuju solusi.

Slogan mereka sederhana “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Tapi bukan sekadar slogan. Itu cara kerja mereka. Itu cara berpikir mereka. Itu yang membuat jutaan orang merasa ditolong, bukan dijebak.

Dan Ardi? Ia sekarang tidak lagi takut kepepet. Karena ia tahu, ada tempat yang bisa ia datangi tanpa rasa malu. Tempat yang tidak menghakimi. Tempat yang cukup satu kata “butuh”. (*)

Namanya Ardi. Masih bujangan. Tinggal di Palangka Raya. Tidak punya tanggungan, tapi punya banyak kebutuhan. Bukan pejabat. Bukan orang berada. Tapi cukup rapi. Dan cukup waras untuk tidak mengemis ketika kepepet.

Eko Supriadi, Palangka Raya

SATU hari, isi dompetnya kering. Gajian masih jauh. Uang saku dari orang tua sudah tak pantas diterima. Sementara pulsa menipis, dan perut minta diisi. Ia melihat dua ponsel di tangannya. Satu untuk kerja. Satu lagi pemberian lama. Ia berpikir cepat, yang satu dikorbankan dulu.

Ia keliling kota. Dari satu kios ke kios lain. Menawarkan ponsel itu untuk digadai. Tapi taksiran harganya menyakitkan. Ada yang menyebut Rp 400 ribu. Ada yang lebih kejam Rp 300 ribu. Padahal harga barunya dua juta lebih. Belum lagi bunga yang disebut-sebut bisa 5 persen per minggu. Ditambah biaya-biaya tidak jelas. Belum juga gadai, sudah stres.

Akhirnya, Ardi masuk ke Pegadaian. Awalnya ragu. Tapi pintunya terbuka lebar. Petugas menyambut ramah. Prosesnya cepat. Tidak sampai 15 menit, HP ditaksir Rp 900 ribu. Dana langsung cair. Tak ada biaya aneh-aneh.

“Sat-set. Cepat sekali. Aku pun heran,” katanya. Uangnya cukup untuk bertahan sampai gajian. Dan HP-nya aman, hanya dititipkan.

Sepuluh hari kemudian, Ardi dapat rezeki tambahan dari proyek sampingan. Ia langsung menebus ponselnya. Tidak ada penalti. Tidak ada biaya tambahan.

“Bunganya kecil sekali. Aku sudah lupa angkanya, tapi yang pasti jauh lebih murah dari yang kutakutkan,” ujarnya sambil tertawa.

Itulah pengalaman pertama Ardi dengan Pegadaian. Dan seperti banyak orang lain, pengalaman pertama itu mengubah pandangannya. Ia sadar, ternyata ada cara menyelamatkan diri di tengah kepepet, tanpa harus meminjam, menjual, apalagi kehilangan harga diri.

Di luar sana, jutaan orang seperti Ardi pernah merasa kepepet. Dan jutaan lainnya sedang mengalaminya. Maka keberadaan Pegadaian menjadi vital. Ia bukan sekadar tempat gadai. Ia adalah pelampung sosial. Penjaga martabat.

Baca Juga :  Karya Anak Bangsa Warnai Kunjungan Paus: Maung Jadi SCV 1, Kursi Paus dari Semarang

Di tengah krisis keuangan, Pegadaian hadir sebagai solusi cepat. Barang ditinggal, uang dibawa. Tidak ada BI checking. Tidak ada slip gaji. Tidak ada proposal. Cukup identitas, cukup barang. Tidak lebih dari 15 menit, dana cair. Uangnya bisa digunakan. Barangnya tetap aman.

Dan sekarang, Pegadaian lebih manusiawi lagi. Ada diskon bunga untuk pelunasan lebih awal. Ini bukan promo musiman. Tapi kebijakan tetap. Sistemnya sudah berjalan lama. Tapi banyak orang belum tahu.

Kepala Pegadaian Palangka Raya, Hermin Pongtuluran, menjelaskan bahwa bunga di Pegadaian dihitung per 15 hari. Bukan per bulan. Jadi kalau pinjaman dibayar sebelum satu bulan, maka bunganya otomatis lebih ringan. Bahkan bisa hanya setengah dari total bunga.

“Kalau dilunasi lebih cepat, nasabah justru dapat diskon. Tidak ada penalti,” katanya, Selasa (24/6/2025).

Sistem ini adil. Cepat, ringan, dan fleksibel. Karena Pegadaian tahu, tidak semua orang beruntung di awal. Tapi juga tidak semua orang bernasib sial sampai akhir. Maka ketika seseorang bisa membayar lebih cepat, kenapa tidak diberi apresiasi?

Sebaliknya, jika belum mampu membayar, Pegadaian juga memberi ruang. Ada masa perpanjangan sampai 120 hari. Cukup dengan membayar bunga-nya saja. Pokoknya bisa dicicil kemudian. Barang tetap aman. Tidak langsung dilelang. Tidak langsung dihapus.

Ini yang membuat Pegadaian disukai. Logikanya sosial. Hubungan dengan nasabah bukan hitam-putih. Tapi abu-abu yang penuh pengertian. Asal ada niat baik, Pegadaian akan menunggu. Asal ada komunikasi, barang akan tetap aman.

Dan sistem bunganya pun bersahabat. Untuk pinjaman kecil Rp 50 ribu sampai Rp 500 ribu, bunganya hanya 0,75% per 15 hari. Golongan ini disebut golongan A. Untuk pinjaman Rp 550 ribu sampai Rp 5 juta (golongan B) bunganya 1,15%. Begitu pula dengan golongan C (Rp 5,1 juta sampai Rp 20 juta). Sedangkan pinjaman di atas Rp 20 juta (golongan D) bunganya hanya 1%.

Bunga itu flat. Tidak berbunga-berbunga. Tidak majemuk seperti di kartu kredit. Tidak seperti pinjol yang bisa menagih 30% dalam dua minggu. Bahkan lebih.

Baca Juga :  Melihat Proses Produksi Pelumas hingga Mengunjungi Kampung Markisa

Satu contoh sederhana. Jika Anda pinjam Rp 1 juta, maka bunga per 15 harinya hanya Rp 11.500. Kalau lewat, tinggal ditambah sesuai hitungan. Sederhana. Tidak menipu.

Itulah sebabnya Pegadaian bisa melayani siapa saja. Mulai dari ibu-ibu pasar, petani, nelayan, pedagang kaki lima, guru, PNS, bahkan pengusaha. Karena semua pernah butuh uang cepat. Dan Pegadaian tidak pernah bertanya kenapa.

Namanya saja “gadai”. Tapi jangan salah. Nilai gadai bisa sampai miliaran rupiah. Asalkan agunannya sesuai. Bahkan sekarang Pegadaian juga melayani emas batangan, kendaraan, elektronik, bahkan logistik.

Tidak seperti bank yang harus menganalisis rasio, atau pinjol yang menjerat psikologis, Pegadaian justru seperti tetangga yang bisa dimintai tolong. Cepat. Ringkas. Dan aman.

Lalu kenapa orang masih takut datang ke Pegadaian?

Karena stigma. Dulu, gadai dianggap sebagai pilihan terakhir. Tempat orang miskin. Tempat orang kalah. Padahal sekarang, orang datang ke Pegadaian bukan karena miskin, tapi karena cerdas. Karena tidak mau ribet. Karena tidak mau berhutang dalam jangka panjang.

Gadai hari ini. Besok tebus. Bisa. Tidak pakai penalti. Malah dapat diskon. Dan Pegadaian tidak pernah marah kalau barang ditebus lebih cepat. Justru senang. Karena itu artinya. Nasabahnya sudah bisa bernapas lega.

Sekarang, Pegadaian bukan lagi hanya lembaga gadai. Ia adalah jembatan. Dari kesulitan menuju kelegaan. Dari kepepet menuju napas panjang. Dari bingung menuju solusi.

Slogan mereka sederhana “Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Tapi bukan sekadar slogan. Itu cara kerja mereka. Itu cara berpikir mereka. Itu yang membuat jutaan orang merasa ditolong, bukan dijebak.

Dan Ardi? Ia sekarang tidak lagi takut kepepet. Karena ia tahu, ada tempat yang bisa ia datangi tanpa rasa malu. Tempat yang tidak menghakimi. Tempat yang cukup satu kata “butuh”. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru