28.2 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Melihat Proses Produksi Pelumas hingga Mengunjungi Kampung Markisa

Rasa segar memenuhi
mulut penulis ketika meneguk air berwarna kekuningan yang dikemas botolan.
Minuman markisa ini memang cocok untuk melepaskan dahaga. Tak hanya masam yang
terasa, tapi ada manis-manisnya. Apalagi saat itu penulis melakukan perjalanan
cukup panjang. Mengikuti media ghatering bersama Pertamina.

 

AZUBA,
Palangka Raya

 

PENULIS tiba di
Bandara Juanda Surabaya pukul 08.05 WIB. Disambut hangat oleh EO Pertamina.
Beberapa menit kemudian langsung menuju PT Pertamina Lubricants PU di Gresik.
Untuk sampai ke lokasi tersebut memakan waktu yang cukup lama, kurang lebih
satu jam setengah.

Tiba di sana, puluhan
wartawan dari berbagai media wilayah Kalteng ini diberi kesempatan untuk
melihat proses produksi pelumas dalam bentuk lithos dan curah.

Saat itu, Manajer Produksi
Unit Gresik (PUG), Dody Arief Aditya menjelaskan, kualitas menjadi faktor nomor
satu dalam setiap pembuatan pelumas Pertamina, yang sudah memenuhi standar dan
mutu internasional dan telah diakui oleh institusi dan pabrikan mobil dunia.

“Seluruh fasilitas
produksi yang digunakan berteknologi modern dan full automation. Teknolgi
terbaru yang didukung dengan research and development yang mumpuni,” tuturnya.

PUG yang beroperasi
sejak 2008 dan memiliki kapasitas sebesar 140.000 KL/tahun untuk lube oil base
plant (LOBP) dan 9.000 MT/tahun untuk visco modifier plant (VMP). PUG didukung
dengan teknologi modern, antara lain automatic batch blending, in-line blending
pigging system, automatic piggable manifold, serta didukung oleh full automated
filling machine untuk lithos, drum, dan bulk filling. Selain itu, juga didukung
oleh fasilitas seperti piggable marine loading (tanker facilities), storage
facilities sebanyak 12 base oil tanks, 12 additive tanks, 10 mini bulk talks
dan LAWS, kerosene tanks, dan lubcel process control room yang menggabungkan
kemampuan memantau batch pelumas secara real-time.

Baca Juga :  Tugas Negara Dijalankan, Sempatkan Bersama Keluarga

“Saat itu, PUG
mendistribusikan produk ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur,” bebernya.

Finished produk,
tegasnya, akan dites kembali di laboratorium pengujian oli. Sampel akan diambil
dan diuji seluruh komponen dan performanya. PUG dan pabrik lainnya dilengkapi
dengan laboratorium produk, yang digunakan untuk menguji pelumas Pertamina yang
akan dipasarkan. Menjadi satu-satunya perusahaan pelumas di Indonesia yang
memiliki laboratorium uji oli tersendiri.

Sebelum produk dapat
diolah dan di produksi dalam pabrik, Pertamina Lubricants telebih dahulu
meracik formula pelumas. Hal tersebut dilakukan oleh tim product development.

Dalam meracik formula,
terdapat sedikitnya belasan macam pengujian laboratorium, termasuk analisis
struktur, molekul, sifat fisika dan kimia, serta kemurnian bahan baku. Setelah
menemukan formula, selanjutnya memasuki tahan pengujian. Tahapan pengujian
meliputi bench test, uji mesin, dan uji lapangan. Uji mesin dilakukan di
Jepang, Eropa, dan Amerika. Juga dilakukan secara internal di Pertamina
Lubricants. Pengujian internal ini disesuaikan dengan populasi mesin dan
kondisi riil di Indonesia. Uji mesin merupakan pengujian oli secara riil
menggunakan mesin-mesin bervariasi, yang dapat dioperasikan secara normal atau
dalam kondisi ekstrem.

Baca Juga :  Berhenti Kerja, Wanita di Buleleng Ini Pilih Tinggal di Selokan 2 Bula

“Pertamina
Lubricants mengoperasikan tiga unit produksi, yakni di Gresik, Cilacap, dan
Jakarta, serta 1 unit produksi di Thailand, dengan total kapasitas lebih dari
535 juta liter per tahun,” ungkapnya.

Usai melihat cara kerja
pabrik lubricants, barulah rombongan mengunjungi Kampung Markisa, Desa Sukorame
Kabupaten Gresik Jawa Timur. Di sinilah penulis bisa mengobati dahaga dengan menenggak
minuman markisa yang diolah penduduk setempat.

Yang mengesankan dari
kunjungan tersebut, warga di tempat itu memanfaatkan gang yang hanya bisa
dimasuki kendaraan roda dua untuk menanam buah markisa. Buah-buah ini tumbuh
subur berjuntai di atas besi yang diletakkan antara rumah warga, sehingga
membuat gang itu tampak rimbun dan terhindar dari panas terik matahari.

Budi daya markisa ini
dilakukan masyarakat setempat sejak 2014. Lalu, pada 2017, CSR Pertamina
Lubricants Gresik Jawa Timur memberikan modal usaha untuk koperasi warga yang
dipegang oleh ibu-ibu RT 1 RW 1. Koperasi itu mengolah markisa menjadi minuman
yang segar, dengan harga Rp5 ribu per botol. Rata-rata produksi dalam sebulan
mencapai 40 botol. Saat ini, omzet yang didapat mencapai jutaan rupiah per
bulan.

“Mulai dari penanaman, panen, hingga
pengolahan minuman, Pertamina memberikan pendampingan. Bahkan membantu mengenalkan
produk ini pada event-event yang diselenggarakan pemerintah daerah maupun pusat,”
ucap Dody Arief Aditya. (*/ce)

Rasa segar memenuhi
mulut penulis ketika meneguk air berwarna kekuningan yang dikemas botolan.
Minuman markisa ini memang cocok untuk melepaskan dahaga. Tak hanya masam yang
terasa, tapi ada manis-manisnya. Apalagi saat itu penulis melakukan perjalanan
cukup panjang. Mengikuti media ghatering bersama Pertamina.

 

AZUBA,
Palangka Raya

 

PENULIS tiba di
Bandara Juanda Surabaya pukul 08.05 WIB. Disambut hangat oleh EO Pertamina.
Beberapa menit kemudian langsung menuju PT Pertamina Lubricants PU di Gresik.
Untuk sampai ke lokasi tersebut memakan waktu yang cukup lama, kurang lebih
satu jam setengah.

Tiba di sana, puluhan
wartawan dari berbagai media wilayah Kalteng ini diberi kesempatan untuk
melihat proses produksi pelumas dalam bentuk lithos dan curah.

Saat itu, Manajer Produksi
Unit Gresik (PUG), Dody Arief Aditya menjelaskan, kualitas menjadi faktor nomor
satu dalam setiap pembuatan pelumas Pertamina, yang sudah memenuhi standar dan
mutu internasional dan telah diakui oleh institusi dan pabrikan mobil dunia.

“Seluruh fasilitas
produksi yang digunakan berteknologi modern dan full automation. Teknolgi
terbaru yang didukung dengan research and development yang mumpuni,” tuturnya.

PUG yang beroperasi
sejak 2008 dan memiliki kapasitas sebesar 140.000 KL/tahun untuk lube oil base
plant (LOBP) dan 9.000 MT/tahun untuk visco modifier plant (VMP). PUG didukung
dengan teknologi modern, antara lain automatic batch blending, in-line blending
pigging system, automatic piggable manifold, serta didukung oleh full automated
filling machine untuk lithos, drum, dan bulk filling. Selain itu, juga didukung
oleh fasilitas seperti piggable marine loading (tanker facilities), storage
facilities sebanyak 12 base oil tanks, 12 additive tanks, 10 mini bulk talks
dan LAWS, kerosene tanks, dan lubcel process control room yang menggabungkan
kemampuan memantau batch pelumas secara real-time.

Baca Juga :  Tugas Negara Dijalankan, Sempatkan Bersama Keluarga

“Saat itu, PUG
mendistribusikan produk ke berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur,” bebernya.

Finished produk,
tegasnya, akan dites kembali di laboratorium pengujian oli. Sampel akan diambil
dan diuji seluruh komponen dan performanya. PUG dan pabrik lainnya dilengkapi
dengan laboratorium produk, yang digunakan untuk menguji pelumas Pertamina yang
akan dipasarkan. Menjadi satu-satunya perusahaan pelumas di Indonesia yang
memiliki laboratorium uji oli tersendiri.

Sebelum produk dapat
diolah dan di produksi dalam pabrik, Pertamina Lubricants telebih dahulu
meracik formula pelumas. Hal tersebut dilakukan oleh tim product development.

Dalam meracik formula,
terdapat sedikitnya belasan macam pengujian laboratorium, termasuk analisis
struktur, molekul, sifat fisika dan kimia, serta kemurnian bahan baku. Setelah
menemukan formula, selanjutnya memasuki tahan pengujian. Tahapan pengujian
meliputi bench test, uji mesin, dan uji lapangan. Uji mesin dilakukan di
Jepang, Eropa, dan Amerika. Juga dilakukan secara internal di Pertamina
Lubricants. Pengujian internal ini disesuaikan dengan populasi mesin dan
kondisi riil di Indonesia. Uji mesin merupakan pengujian oli secara riil
menggunakan mesin-mesin bervariasi, yang dapat dioperasikan secara normal atau
dalam kondisi ekstrem.

Baca Juga :  Berhenti Kerja, Wanita di Buleleng Ini Pilih Tinggal di Selokan 2 Bula

“Pertamina
Lubricants mengoperasikan tiga unit produksi, yakni di Gresik, Cilacap, dan
Jakarta, serta 1 unit produksi di Thailand, dengan total kapasitas lebih dari
535 juta liter per tahun,” ungkapnya.

Usai melihat cara kerja
pabrik lubricants, barulah rombongan mengunjungi Kampung Markisa, Desa Sukorame
Kabupaten Gresik Jawa Timur. Di sinilah penulis bisa mengobati dahaga dengan menenggak
minuman markisa yang diolah penduduk setempat.

Yang mengesankan dari
kunjungan tersebut, warga di tempat itu memanfaatkan gang yang hanya bisa
dimasuki kendaraan roda dua untuk menanam buah markisa. Buah-buah ini tumbuh
subur berjuntai di atas besi yang diletakkan antara rumah warga, sehingga
membuat gang itu tampak rimbun dan terhindar dari panas terik matahari.

Budi daya markisa ini
dilakukan masyarakat setempat sejak 2014. Lalu, pada 2017, CSR Pertamina
Lubricants Gresik Jawa Timur memberikan modal usaha untuk koperasi warga yang
dipegang oleh ibu-ibu RT 1 RW 1. Koperasi itu mengolah markisa menjadi minuman
yang segar, dengan harga Rp5 ribu per botol. Rata-rata produksi dalam sebulan
mencapai 40 botol. Saat ini, omzet yang didapat mencapai jutaan rupiah per
bulan.

“Mulai dari penanaman, panen, hingga
pengolahan minuman, Pertamina memberikan pendampingan. Bahkan membantu mengenalkan
produk ini pada event-event yang diselenggarakan pemerintah daerah maupun pusat,”
ucap Dody Arief Aditya. (*/ce)

Terpopuler

Artikel Terbaru