Fenomena curhat di
media sosial membuat Audrey Maximillian Herli berpikir untuk membuat terobosan.
Yakni, sebuah aplikasi untuk menampung curhat sekaligus memberikan solusi. Kini
nama pemuda yang akrab disapa Maxi itu masuk daftar 30 Under 30 Forbes
Indonesia.
HANAA SEPTIANA, Jawa
Pos
â€KEINGINAN saya adalah
kesehatan mental masyarakat menjadi lebih baik melalui teknologi informasi,â€
tegas Maxi saat dihubungi beberapa hari lalu. Lima tahun lalu, dia mendirikan
sebuah perusahaan rintisan atau start-up berbentuk aplikasi curhat. Konsepnya,
pengguna bisa berkonsultasi dengan psikolog secara langsung melalui aplikasi
tersebut. Kini aplikasi yang dinamai Riliv itu memiliki lebih dari 350 ribu
pengguna dan 100 psikolog yang terdaftar.
Berkat usahanya, Maxi
bersama sang kakak, Audrey Christopher Herli, baru saja mencapai prestasi.
Yakni, terdaftar dalam 30 Under 30 Forbes Indonesia Februari lalu. Itu
menunjukkan bahwa usaha rintisan mereka memiliki dampak signifikan bagi
masyarakat. Khususnya pada bidang health care and science.
Selanjutnya, mereka
juga dinominasikan untuk daftar 30 Under 30 Forbes Asia. Maxi pun menceritakan
berdirinya Riliv. Yakni, berawal dari pengalaman pribadi pada 2015. Saat itu,
Maxi melihat banyaknya warganet yang memilih melampiaskan emosi dan curhat di
media sosial. Sebagian malah mendapat hujatan atau cyberbullying. Bukannya
mendapat saran atau solusi atas masalah yang diceritakan. Padahal, hal itu
sangat rawan memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Dari situ, muncul
keinginan Maxi untuk membuat sebuah wadah guna menampung curhat. Yang
diwujudkan dengan membuat sebuah start-up bernama Riliv. Warganet bisa
bercerita dan diberi solusi yang tepat atas masalahnya. â€Jadi, Riliv
menghubungkan psikolog berlisensi dan menerima layanan konseling profesional
secara daring,†papar alumnus sistem informasi Universitas Airlangga itu.
Saat pendiriannya, Maxi
mengalami sejumlah tantangan. Misalnya, harus meriset fenomena curhat di media
sosial yang memengaruhi kesehatan mental. Itu dilakukan untuk mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak terkait. Sebab, Maxi bukan lulusan ilmu psikologi
yang menguasai hal tersebut.
Dari riset tersebut,
dia menemukan kesimpulan bahwa kesehatan mental tidak bisa disepelekan. Sebab,
itu adalah fondasi yang menentukan kualitas kehidupan setiap orang. Baik
kehidupan pribadi maupun lingkungan. ’’Karena itu, butuh sebuah wadah untuk
menampung curhat dari masalah. Selanjutnya, harus ada solusi,†imbuh pria 28
tahun itu.
Saat dirilis pada 9
Agustus 2015, Riliv juga tidak memiliki psikolog profesional. Melainkan hanya
mahasiswa psikologi sebagai penenang dan pemberi saran awal atau regular
reliever. Namun, kepercayaan terhadap Riliv meningkat pada tahun selanjutnya.
Sebab, mereka berhasil memenangkan sejumlah penghargaan, termasuk Google
Android One 2015.
Tak lama setelah itu,
psikolog profesional mulai bergabung. Potensi bisnis yang berbasis teknologi
juga semakin terlihat. Warganet mulai menggunakan aplikasi tersebut untuk
curhat tentang berbagai hal. Mulai masalah keluarga, percintaan, karir, hingga
gangguan psikologi. Kini Riliv juga telah menggandeng berbagai pihak, termasuk
Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi).
Saat namanya dan sang
kakak masuk daftar 30 Under 30 Forbes Indonesia, Maxi menyatakan sangat senang.
Sebab, itu dianggap sebagai langkah strategis untuk perkembangan start-up-nya.
â€Sinergi dengan Forbes sangat berarti untuk menyebarluaskan isu kesehatan
mental. Karena selama ini masih banyak yang menyepelekan,†kata pemuda yang
pernah menjadi Google Student Ambassador South East Asia 2012 itu.
Maxi juga sedikit
bercerita bahwa pandemi meningkatkan jumlah pengguna Riliv. Tepatnya pada Maret
hingga Mei. Sebagian permasalahannya terkait menghadapi pandemi, baik secara
mental, karir, maupun hubungan. Para individu itu memilih Riliv untuk menampung
curhatnya. Terlebih, mereka belum bisa bertemu dengan psikolog secara langsung.
Kegigihan Maxi juga diakui salah seorang partner
kerja sama Riliv. Yakni, founder Mindful Project Hendrick Tanuwidjaja. Dia
digandeng Riliv untuk agenda kesehatan mental melalui meditasi. Menurut
Hendrick, visi Maxi sama dengan visinya selama ini. Yakni, membantu sesama
dalam bidang kesehatan mental.