27.6 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Es Krim dan Kornet Sapi, Permintaan yang Belum Kesampaian

Harta dan Keluarga. Itulah
yang dimiliki Hadi Sumarno dan Tiarum. Tapi kini keduanya telah kembali ke
tanah. Rumahnya hancur rata bersama tanah. Kedua anaknya pun telah berpulang ,
kembali ke tanah.

 

ANISA B WAHDAH,
Palangka Raya

“Mama, Adit mau es
krim. Belikan yang harga dua ribu saja tidak apa-apa,”permintaan manja anaknya
yang terus teringat dan menyayat hati Tiarum, ibunda dari Adit.

“Mama, tadi malam sudah
janji akan memberikan Adit uang yang banyak dan beli jajan,”ucapnya lagi.

Disampaikan oleh anak
semata wayangnya pada Minggu pagi. Sebelum akhirnya pemilik nama Panjang Aditya
Saputra meninggal pada malam harinya.

Ada lagi. Adit sempat
minta dibelikan kornet sapi. Juga belum kesampaian, karena orang tua tidak
memiliki uang membelinya. Keinginanya belum terwujud Adit sudah berpulang.

Hari-hari penuh
kesedihan dialami Tiarum dan suaminya Hadi Sumarno tiga pekan terakhir ini.
Ujian dan cobaan hidup tak kunjung reda. Kamis (29/8) lalu ia kehilangan
seluruh harta yang tak seberapa. Tanah menyewa dengan bangunan rumah kayu
seadanya. Menjadi tempat berteduh dan berlindung keluarga kecil Hadi Sumarno,
Tiarum dan buah hati mereka, Aditya Saputra. Rumahnya di Jalan G Obos X,
Palangka Raya terbakar.

Rumah sederhana tempat
mencurahkan kasih sayang kini menjadi hitam. Tinggal abu dan arang. Hanya
terlukis tawa dan cerita kebersamaan keluarga ini yang terasa belum satu bulan
yang lalu. Ah, bayangan itu bisa hilang karena ada harapan baru yang akan
mereka bangun.

Hadi dan Tiarum sudah
memutuskan untuk membangun rumah sederhana tidak jauh dari lokasi itu, yaitu di
Jalan G Obos XI. Tanah menyewa miliki tetangga dengan dengan harga sewa Rp250
per bulan. Sudah mengumpulkan kayu dan penutup-penutup bekas dari sisa bangunan
bandara.

Pascakehilangan
rumahnya, keluarga ini pindah ke ruko dari kayu dan sempit. Tempat orang tua
Hadi tinggal bersama adik bungsunya, anak keenam dari orang tua Hadi. Ruko
dengan ukuran tidak lebih dari empat meter ini dihuni enam orang. Campur dengan
warung kelontong miliki orangtuanya. Ruko ini juga menyewa tanah miliki seseorang
yang memiliki ruko besar di belakangnya.

Baca Juga :  Kisah Keluarga Sekda Kota Palangka Raya Melawan Covid-19

Harapan memiliki rumah
baru dan kembali ukir kebahagiaan yang telah sirna ternyata hanya bertahan
sebelas hari saja.

“Saat ini, kami (Tiarum
dan suami,red) tinggal bersama mertua. Tinggal di sini (ruko kayu,red) karena
kami sudah berencana akan pindah membangun rumah,” awal Tiarum bercerita.

Minggu, (8/9) gelapnya
malam tidak segelap saat Tiarum menutup matanya. Tidak sadarkan diri melihat
buah hati semata wayangnya diangkat kerumunan orang dari atas kubangan air
galian,di Jalan G Obos X Raya. Adit, nama panggilannya. Tenggelam dan ditemukan
Isya.

“Saya tidak menyangka
saya kembali kehilangan anak saya. Dulu, kakaknya Adit meninggal usia empat
bulan. Adit harapan saya satu-satunya, dan kini ia (Adit,red) diambil Tuhan.
Adit sudah tenang di sana,”kata Tiarum, sambil menyeka air mata yang tiba-tiba
menetes.

Hari itu (Minggu)
memang terasa aneh. Adit tiba-tiba membuat mamanya bingung. Pagi itu, bocah
kelahiran 7 Maret 2010 ini berlarian di ruko tempat ia tinggal sementara.
Melontarkan kalimat yang membuat ibunya berfikir keras.

“Mama, tadi malam sudah
janji akan memberikan Adit uang yang banyak dan beli jajan,”ucap Tiarum,
menirukan perkataan Adit. Padahal, Tiarum sama sekali tidak mengatakan apapun
malam itu. Ia berfikir bahwa anaknya sedang bermimpi.

Kemudian, hari itu
memang libur. Adit memaksa izin untuk bermain ke Jalan G Obos X, tempat ia
bermain bersama teman-temannya saat ia mereka tinggal di Jalan G Obos X dulu. Tidak
diizinikan karena perasaan Tiarum tidak nyaman waktu itu. Adit merengek. Sambil
berucap jika ingin bermain, memancing dan ingin main internet.

“Dia selalu memaksa
untuk pergi ke, tapi saya larang. Saya sudah janji akan menemani dia memancing
nanti sore. Tapi, waktu itu saya sibuk menyiapkan barang-barang untuk pindah
dan Adit pun tidak ada. Saya berfikir bahwa dia mancing karena alat pancing dan
sepeda tidak ada,”kisahnya kepada Kalteng Pos
(Grup Kaltengpos.co), Jumat (13/9).

Sekitar mendekati
magrib, Tiarum kaget dan teringat anaknya belum pulang.

“Saya dan suami mencari
ke Jalan G Obos X tapi tidak ketemu. Saya menemukan sepeda Adit di dekat
kubangan galian air, tapi tidak melihat adit di sana,”katanya.

Baca Juga :  Berkat Aplikasi Curhat, Masuk Daftar 30 Under 30 Forbes Indonesia

Suaminya pun masuk ke
kubangan dengan harapan anaknya tidak ada di sana. Tapi, Tiarum memiliki
firasat bahwa anaknya berada di dalam kubangan tersebut. Setelah warga datang
dan ikut masuk dalam kubangan hasilnya pun nihil. Rasa syukur terucap karena
harapannya Adit tidak ada dalam kubangan tersebut dan masih hidup.

“Tapi, alangkah
kagetnya saat melihat salah seorang warga menemukan sandal anak saya yang
keluar dari pinggiran tanah dalam kubangan, dan tidak lama seseorang juga mengangkat
Adit dari kubangan itu,” kisahnya.

Tiarum pingsan. Tak
kuat melihat kenyataan. Adit pun dimakamkan keesokan harinya. Hari ini, Sabtu
(14/9) tepat tujuh hari Adit berpulang.

“Saya menyesal karena
banyak keinginan dia (Adit,red) yang belum terpenuhi. Tapi Adit itu anaknya
pintar, tidak pernah memaksa meskipun ingin karena dia tahu orang tuanya tidak
mampu,”ungkapnya.

Salah satu keinginan
Adit yakni ingin bermain di kolam renang. Ayahnya sempat mengumpulkan keramik
bekas untuk membuatkan Adit kolam renang di belakang rumah. Tapi harapan itu
pupus karena rumah telah hilang. Ingin dibelikan kornet sapi juga tidak
terpenuhi.

“Yang paling menyayat
hati saya saat Adit ingin es krim dan saya tidak memiliki uang,”ucapnya. Air
mata pun tak terbendung.

Beberapa hari sebelum
Adit meninggal, memang firasat tidak nyaman dirasakan Tiarum. Bahkan, hari itu
ia melihat anaknya sering melamun, dan itupun juga dibenarkan suaminya, Hadi.

Keseharian Tiarum ini
bekerja mengemas gula di pasar. Ia selalu sedih saat pulang kerja Adit selalu
menunggu di depan rumahnya.

“Melihat Adit selalu
menunggu saya menjadikan saya bertekad unuk berhenti kerja, hati saya
berkeinginan untuk berhenti kerja dan ingin selalu bersama Adit. Akhirnya saya
putuskan pasca kebakaran, berhenti bekerja. Ternyata kebersamaan saya dengan
anak saya hanya sebelas hari saja,” bebernya.

Belum lama ini,
Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran dan Pemerintah Kota Palangka Raya hadir
memberikan bantuan dan dukungan moril kepada keduanya. Uang dari gubernur akan
ia gunakan membeli beberapa bahan bangunan dan membuka warung di rumahnya.

“Saya ucapkan terima kasih
kepada gubenur dan pemko yang telah membantu,”pungkasnya.(ram)

Harta dan Keluarga. Itulah
yang dimiliki Hadi Sumarno dan Tiarum. Tapi kini keduanya telah kembali ke
tanah. Rumahnya hancur rata bersama tanah. Kedua anaknya pun telah berpulang ,
kembali ke tanah.

 

ANISA B WAHDAH,
Palangka Raya

“Mama, Adit mau es
krim. Belikan yang harga dua ribu saja tidak apa-apa,”permintaan manja anaknya
yang terus teringat dan menyayat hati Tiarum, ibunda dari Adit.

“Mama, tadi malam sudah
janji akan memberikan Adit uang yang banyak dan beli jajan,”ucapnya lagi.

Disampaikan oleh anak
semata wayangnya pada Minggu pagi. Sebelum akhirnya pemilik nama Panjang Aditya
Saputra meninggal pada malam harinya.

Ada lagi. Adit sempat
minta dibelikan kornet sapi. Juga belum kesampaian, karena orang tua tidak
memiliki uang membelinya. Keinginanya belum terwujud Adit sudah berpulang.

Hari-hari penuh
kesedihan dialami Tiarum dan suaminya Hadi Sumarno tiga pekan terakhir ini.
Ujian dan cobaan hidup tak kunjung reda. Kamis (29/8) lalu ia kehilangan
seluruh harta yang tak seberapa. Tanah menyewa dengan bangunan rumah kayu
seadanya. Menjadi tempat berteduh dan berlindung keluarga kecil Hadi Sumarno,
Tiarum dan buah hati mereka, Aditya Saputra. Rumahnya di Jalan G Obos X,
Palangka Raya terbakar.

Rumah sederhana tempat
mencurahkan kasih sayang kini menjadi hitam. Tinggal abu dan arang. Hanya
terlukis tawa dan cerita kebersamaan keluarga ini yang terasa belum satu bulan
yang lalu. Ah, bayangan itu bisa hilang karena ada harapan baru yang akan
mereka bangun.

Hadi dan Tiarum sudah
memutuskan untuk membangun rumah sederhana tidak jauh dari lokasi itu, yaitu di
Jalan G Obos XI. Tanah menyewa miliki tetangga dengan dengan harga sewa Rp250
per bulan. Sudah mengumpulkan kayu dan penutup-penutup bekas dari sisa bangunan
bandara.

Pascakehilangan
rumahnya, keluarga ini pindah ke ruko dari kayu dan sempit. Tempat orang tua
Hadi tinggal bersama adik bungsunya, anak keenam dari orang tua Hadi. Ruko
dengan ukuran tidak lebih dari empat meter ini dihuni enam orang. Campur dengan
warung kelontong miliki orangtuanya. Ruko ini juga menyewa tanah miliki seseorang
yang memiliki ruko besar di belakangnya.

Baca Juga :  Kisah Keluarga Sekda Kota Palangka Raya Melawan Covid-19

Harapan memiliki rumah
baru dan kembali ukir kebahagiaan yang telah sirna ternyata hanya bertahan
sebelas hari saja.

“Saat ini, kami (Tiarum
dan suami,red) tinggal bersama mertua. Tinggal di sini (ruko kayu,red) karena
kami sudah berencana akan pindah membangun rumah,” awal Tiarum bercerita.

Minggu, (8/9) gelapnya
malam tidak segelap saat Tiarum menutup matanya. Tidak sadarkan diri melihat
buah hati semata wayangnya diangkat kerumunan orang dari atas kubangan air
galian,di Jalan G Obos X Raya. Adit, nama panggilannya. Tenggelam dan ditemukan
Isya.

“Saya tidak menyangka
saya kembali kehilangan anak saya. Dulu, kakaknya Adit meninggal usia empat
bulan. Adit harapan saya satu-satunya, dan kini ia (Adit,red) diambil Tuhan.
Adit sudah tenang di sana,”kata Tiarum, sambil menyeka air mata yang tiba-tiba
menetes.

Hari itu (Minggu)
memang terasa aneh. Adit tiba-tiba membuat mamanya bingung. Pagi itu, bocah
kelahiran 7 Maret 2010 ini berlarian di ruko tempat ia tinggal sementara.
Melontarkan kalimat yang membuat ibunya berfikir keras.

“Mama, tadi malam sudah
janji akan memberikan Adit uang yang banyak dan beli jajan,”ucap Tiarum,
menirukan perkataan Adit. Padahal, Tiarum sama sekali tidak mengatakan apapun
malam itu. Ia berfikir bahwa anaknya sedang bermimpi.

Kemudian, hari itu
memang libur. Adit memaksa izin untuk bermain ke Jalan G Obos X, tempat ia
bermain bersama teman-temannya saat ia mereka tinggal di Jalan G Obos X dulu. Tidak
diizinikan karena perasaan Tiarum tidak nyaman waktu itu. Adit merengek. Sambil
berucap jika ingin bermain, memancing dan ingin main internet.

“Dia selalu memaksa
untuk pergi ke, tapi saya larang. Saya sudah janji akan menemani dia memancing
nanti sore. Tapi, waktu itu saya sibuk menyiapkan barang-barang untuk pindah
dan Adit pun tidak ada. Saya berfikir bahwa dia mancing karena alat pancing dan
sepeda tidak ada,”kisahnya kepada Kalteng Pos
(Grup Kaltengpos.co), Jumat (13/9).

Sekitar mendekati
magrib, Tiarum kaget dan teringat anaknya belum pulang.

“Saya dan suami mencari
ke Jalan G Obos X tapi tidak ketemu. Saya menemukan sepeda Adit di dekat
kubangan galian air, tapi tidak melihat adit di sana,”katanya.

Baca Juga :  Berkat Aplikasi Curhat, Masuk Daftar 30 Under 30 Forbes Indonesia

Suaminya pun masuk ke
kubangan dengan harapan anaknya tidak ada di sana. Tapi, Tiarum memiliki
firasat bahwa anaknya berada di dalam kubangan tersebut. Setelah warga datang
dan ikut masuk dalam kubangan hasilnya pun nihil. Rasa syukur terucap karena
harapannya Adit tidak ada dalam kubangan tersebut dan masih hidup.

“Tapi, alangkah
kagetnya saat melihat salah seorang warga menemukan sandal anak saya yang
keluar dari pinggiran tanah dalam kubangan, dan tidak lama seseorang juga mengangkat
Adit dari kubangan itu,” kisahnya.

Tiarum pingsan. Tak
kuat melihat kenyataan. Adit pun dimakamkan keesokan harinya. Hari ini, Sabtu
(14/9) tepat tujuh hari Adit berpulang.

“Saya menyesal karena
banyak keinginan dia (Adit,red) yang belum terpenuhi. Tapi Adit itu anaknya
pintar, tidak pernah memaksa meskipun ingin karena dia tahu orang tuanya tidak
mampu,”ungkapnya.

Salah satu keinginan
Adit yakni ingin bermain di kolam renang. Ayahnya sempat mengumpulkan keramik
bekas untuk membuatkan Adit kolam renang di belakang rumah. Tapi harapan itu
pupus karena rumah telah hilang. Ingin dibelikan kornet sapi juga tidak
terpenuhi.

“Yang paling menyayat
hati saya saat Adit ingin es krim dan saya tidak memiliki uang,”ucapnya. Air
mata pun tak terbendung.

Beberapa hari sebelum
Adit meninggal, memang firasat tidak nyaman dirasakan Tiarum. Bahkan, hari itu
ia melihat anaknya sering melamun, dan itupun juga dibenarkan suaminya, Hadi.

Keseharian Tiarum ini
bekerja mengemas gula di pasar. Ia selalu sedih saat pulang kerja Adit selalu
menunggu di depan rumahnya.

“Melihat Adit selalu
menunggu saya menjadikan saya bertekad unuk berhenti kerja, hati saya
berkeinginan untuk berhenti kerja dan ingin selalu bersama Adit. Akhirnya saya
putuskan pasca kebakaran, berhenti bekerja. Ternyata kebersamaan saya dengan
anak saya hanya sebelas hari saja,” bebernya.

Belum lama ini,
Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran dan Pemerintah Kota Palangka Raya hadir
memberikan bantuan dan dukungan moril kepada keduanya. Uang dari gubernur akan
ia gunakan membeli beberapa bahan bangunan dan membuka warung di rumahnya.

“Saya ucapkan terima kasih
kepada gubenur dan pemko yang telah membantu,”pungkasnya.(ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru