27.1 C
Jakarta
Thursday, April 10, 2025

Bajakah dan Teh 41 Khasiat Melawan Pandemi Covid-19

Perempuan
yang saat itu masih berusia 29 tahun 
menjajakan potongan kayu. Dikemas dengan plastik yang biasa dipakai membungkus
es batu bertalikan karet. Ia jajakan sedari pagi. Berjalan dari rumah ke rumah,
kemudian ke sekolah, dan ke kantor pemerintahan.

KALTENGPOS.COPromosi masih terus
berlanjut. Langkahnya saat itu tidak hanya di kota saja melainkan sudah ke luar
kota. Ia datang ke beberapa kabupaten di Kalteng hingga akhirnya seluruh
kabupaten
pun se-Kalteng akhirnya telah ia kelilingi

Bahkan semakin jauh melangkah, perempuan tangguh
ini sampai ke provinsi tetangga, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, hanya
menjajakan obat herbalnya itu.

“Saya promosi
keliling dari 2000 hingga 2010, tapi aktivitas penuh keliling hingga 2004,
selebihnya saya keliling tapi sudah tidak penuh. Saya tidak hanya datang ke
kota saja tetapi juga ke kampung, sekaligus memperkenalkan kepada mayarakat
Kalteng yang mungkin tidak tahu bahwa kayu di Kalteng ini memiliki banyak
khasiat,” bebernya.

Pada akhirnya,
2012 lalu ia mulai megubah kemasan berbentuk kotak dan bahan pesan dari
Jakarta. Mengingat harga mahal dan harus pesan banyak akhirnya ia tidak lagi
menggunakan kemasan kotak.

“Pada tahun 2018
saya ditawari komputer dan printer oleh teman saya, tapi saya tidak punya uang.
Akhirnya saya kredit dan membayarnya setiap minggu kirimkan obat tradisional
sampai utang saya lunas,” tegas perempan 49 tahun ini.

Sejak saat itu,
kemasan kotak ia produksi sendiri. Memberdayakan anak-anaknya untuk belajar
mendesain kemasan hingga proses pencetakan. Hingga saat ini ia tidak pernah
lagi membeli kemasan dari luar tetapi produksi dari rumahnya sendiri.

“Untuk nama
label kami yakni 4M Bersaudara, saya memiliki empat orang anak dan awalan
namanya semuanya huruf M. Label nama ini sudah sejak 2004 lalu dan 2017 sudah
masuk ke Kemenkum dan HAM,” ucap perempuan yang lahir pada 22 Desember 1971
ini.

Baca Juga :  Mengobati Dahaga di Masjid Nabawi, Mengenal Sejarah Kota Madinah

Dikatakan
Kameliati, untuk bahan baku, ia membeli dari beberapa orang di beberapa daerah
di Kalteng. Tidak hanya satu daerah saja. Disuplai oleh keluarganya sendiri.
Namun, beberapa waktu terakhir sudah membudidaya kebutuhan bahan baku di lahan
pribadi.

“Budidaya itu
juga untuk menjaga kepunahan, bahan baku dari lahan pribadi sudah bisa diambil.
Lahan-lahan keluarga saya juga sudah banyak pula yang membudidayakan keperluan
bahan baku,” bebernya.

Sedangkan jenis
obat tradisional yang diproduksi di antaranya obat tradisional dalam bentuk
potongan kayu dan teh celup. Teh celup sudah mulai diproduksi sejak 2018 dan
saat ini tersedia enam macam teh celup. Di antaranya, teh bawang dayak, teh
bajakah, teh pasak bumi, teh tumor kanker, dan teh kencing manis, serta teh 41
macam khasiat.

“Sejak awal
pandemi lalu, saya menambahkan empat bahan di dalam teh 41 macam guna
meningkatkan daya tarik konsumen sekaligus mencari peluang kebutuhan mayarakat
di tengah pandemi, bahan tambahan itu yakni 
jahe merah, daun songkai, temulawak dan sirih,” ungkapnya kepada Kalteng
Pos.

Pihaknya menambahkan
empat bahan itu berawal dari turunnya produksi pada awal 2020. Pada bulan Desember
permintaan barang dari para pelanggan sudah menurun dan berlanjut selama tiga
bulan. Bahan baku masih tersedia cukup banyak namun terpaksa tidak memproduksi
lagi dan karyawan tidak ada yang bekerja.

“Saya melihat di
TV bahwa mencegah Covid-19 harus menjaga daya tahan tubuh. Akhirnya saya
mencoba membuat contoh dan mengirim ke pelanggan, tidak lama pesanan mulai ada
dan terus naik khusus untuk teh bajakah dan teh 41 macam yang sudah ditambah
empat ramuan,” kisah perempuan kelahiran Kabupaten Kapuas ini.

Baca Juga :  Tetap Dikucilkan Tetangga meski Sudah Sembuh

Saat ini, ia
kembali mengirimkan produksinya ke pelanggan-pelanggan yang ada di Pulau Jawa.
Sampai kuwalahan melayani pesanan. Omsetnya pun, sebelum pandemi mencapai Rp35 juta
per bulan dan saat dianda pandemi, mengalami penurunan drastis. Namun saat ini
omsetnya sudah kembali seperti sebelum pandemi.

“Saya mengirim
ke Pulau Jawa itu ada di Cianjur, Bogor dan beberapa kabupaten lain di Jawa
Barat. Di Kalteng ini, saya hanya menaruh barang produksi di galeri milik Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop dan UKM) Kalteng yakni di Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT),” ujar ibu empat orang anak ini.

Selama pandemi
ini memang pemerintah mencoba membangkitkan para UKM yang terdampak. Melalui
PLUT, juga membantu memasarkan produk yang diciptakan Kameliati selama pandemi
yakni teh 41 macam dengan tambahan empat ramuan.

Dulunya,
Kameliati hanya mengirim beberapa produk saja ke PLUT, namun saat ini
permintaan setiap minggu pasti ada dengan jumlah yang cukup banyak.

“Sebelum pandemi
itu, saya kirim barang di PLUT kadang satu bulan sekali, namun aktifnya PLUT
mempromosikan produk UKM, sehingga setiap seminggu sekali saya kirim barang
karena banyak permintaan. Bahkan, dalam satu minggu bisa dua kali kirim ke
galeri,” katanya.

Selain itu,
pihaknya juga mendapat pesanan dari PLUT mencapai seribu kotak teh 41 macam
dengan tambahan empat macam ramuan. Pernah diundang pula untuk menjadi
narasumber pembuatan obat tradisional ini.

“Iya, katanya
ada program souvenir produk UKM. Dampaknya pesanan kami cukup banyak dan sering
habis di PLUT langsung menghubungi saya untuk kembali kirim di sana,” singkat
dia.
(bersambung)

Perempuan
yang saat itu masih berusia 29 tahun 
menjajakan potongan kayu. Dikemas dengan plastik yang biasa dipakai membungkus
es batu bertalikan karet. Ia jajakan sedari pagi. Berjalan dari rumah ke rumah,
kemudian ke sekolah, dan ke kantor pemerintahan.

KALTENGPOS.COPromosi masih terus
berlanjut. Langkahnya saat itu tidak hanya di kota saja melainkan sudah ke luar
kota. Ia datang ke beberapa kabupaten di Kalteng hingga akhirnya seluruh
kabupaten
pun se-Kalteng akhirnya telah ia kelilingi

Bahkan semakin jauh melangkah, perempuan tangguh
ini sampai ke provinsi tetangga, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, hanya
menjajakan obat herbalnya itu.

“Saya promosi
keliling dari 2000 hingga 2010, tapi aktivitas penuh keliling hingga 2004,
selebihnya saya keliling tapi sudah tidak penuh. Saya tidak hanya datang ke
kota saja tetapi juga ke kampung, sekaligus memperkenalkan kepada mayarakat
Kalteng yang mungkin tidak tahu bahwa kayu di Kalteng ini memiliki banyak
khasiat,” bebernya.

Pada akhirnya,
2012 lalu ia mulai megubah kemasan berbentuk kotak dan bahan pesan dari
Jakarta. Mengingat harga mahal dan harus pesan banyak akhirnya ia tidak lagi
menggunakan kemasan kotak.

“Pada tahun 2018
saya ditawari komputer dan printer oleh teman saya, tapi saya tidak punya uang.
Akhirnya saya kredit dan membayarnya setiap minggu kirimkan obat tradisional
sampai utang saya lunas,” tegas perempan 49 tahun ini.

Sejak saat itu,
kemasan kotak ia produksi sendiri. Memberdayakan anak-anaknya untuk belajar
mendesain kemasan hingga proses pencetakan. Hingga saat ini ia tidak pernah
lagi membeli kemasan dari luar tetapi produksi dari rumahnya sendiri.

“Untuk nama
label kami yakni 4M Bersaudara, saya memiliki empat orang anak dan awalan
namanya semuanya huruf M. Label nama ini sudah sejak 2004 lalu dan 2017 sudah
masuk ke Kemenkum dan HAM,” ucap perempuan yang lahir pada 22 Desember 1971
ini.

Baca Juga :  Mengobati Dahaga di Masjid Nabawi, Mengenal Sejarah Kota Madinah

Dikatakan
Kameliati, untuk bahan baku, ia membeli dari beberapa orang di beberapa daerah
di Kalteng. Tidak hanya satu daerah saja. Disuplai oleh keluarganya sendiri.
Namun, beberapa waktu terakhir sudah membudidaya kebutuhan bahan baku di lahan
pribadi.

“Budidaya itu
juga untuk menjaga kepunahan, bahan baku dari lahan pribadi sudah bisa diambil.
Lahan-lahan keluarga saya juga sudah banyak pula yang membudidayakan keperluan
bahan baku,” bebernya.

Sedangkan jenis
obat tradisional yang diproduksi di antaranya obat tradisional dalam bentuk
potongan kayu dan teh celup. Teh celup sudah mulai diproduksi sejak 2018 dan
saat ini tersedia enam macam teh celup. Di antaranya, teh bawang dayak, teh
bajakah, teh pasak bumi, teh tumor kanker, dan teh kencing manis, serta teh 41
macam khasiat.

“Sejak awal
pandemi lalu, saya menambahkan empat bahan di dalam teh 41 macam guna
meningkatkan daya tarik konsumen sekaligus mencari peluang kebutuhan mayarakat
di tengah pandemi, bahan tambahan itu yakni 
jahe merah, daun songkai, temulawak dan sirih,” ungkapnya kepada Kalteng
Pos.

Pihaknya menambahkan
empat bahan itu berawal dari turunnya produksi pada awal 2020. Pada bulan Desember
permintaan barang dari para pelanggan sudah menurun dan berlanjut selama tiga
bulan. Bahan baku masih tersedia cukup banyak namun terpaksa tidak memproduksi
lagi dan karyawan tidak ada yang bekerja.

“Saya melihat di
TV bahwa mencegah Covid-19 harus menjaga daya tahan tubuh. Akhirnya saya
mencoba membuat contoh dan mengirim ke pelanggan, tidak lama pesanan mulai ada
dan terus naik khusus untuk teh bajakah dan teh 41 macam yang sudah ditambah
empat ramuan,” kisah perempuan kelahiran Kabupaten Kapuas ini.

Baca Juga :  Tetap Dikucilkan Tetangga meski Sudah Sembuh

Saat ini, ia
kembali mengirimkan produksinya ke pelanggan-pelanggan yang ada di Pulau Jawa.
Sampai kuwalahan melayani pesanan. Omsetnya pun, sebelum pandemi mencapai Rp35 juta
per bulan dan saat dianda pandemi, mengalami penurunan drastis. Namun saat ini
omsetnya sudah kembali seperti sebelum pandemi.

“Saya mengirim
ke Pulau Jawa itu ada di Cianjur, Bogor dan beberapa kabupaten lain di Jawa
Barat. Di Kalteng ini, saya hanya menaruh barang produksi di galeri milik Dinas
Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (Diskop dan UKM) Kalteng yakni di Pusat
Layanan Usaha Terpadu (PLUT),” ujar ibu empat orang anak ini.

Selama pandemi
ini memang pemerintah mencoba membangkitkan para UKM yang terdampak. Melalui
PLUT, juga membantu memasarkan produk yang diciptakan Kameliati selama pandemi
yakni teh 41 macam dengan tambahan empat ramuan.

Dulunya,
Kameliati hanya mengirim beberapa produk saja ke PLUT, namun saat ini
permintaan setiap minggu pasti ada dengan jumlah yang cukup banyak.

“Sebelum pandemi
itu, saya kirim barang di PLUT kadang satu bulan sekali, namun aktifnya PLUT
mempromosikan produk UKM, sehingga setiap seminggu sekali saya kirim barang
karena banyak permintaan. Bahkan, dalam satu minggu bisa dua kali kirim ke
galeri,” katanya.

Selain itu,
pihaknya juga mendapat pesanan dari PLUT mencapai seribu kotak teh 41 macam
dengan tambahan empat macam ramuan. Pernah diundang pula untuk menjadi
narasumber pembuatan obat tradisional ini.

“Iya, katanya
ada program souvenir produk UKM. Dampaknya pesanan kami cukup banyak dan sering
habis di PLUT langsung menghubungi saya untuk kembali kirim di sana,” singkat
dia.
(bersambung)

Terpopuler

Artikel Terbaru