30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Mengobati Dahaga di Masjid Nabawi, Mengenal Sejarah Kota Madinah

Jamaah
Umrah PT Attintur Cabang Palangka Raya menginap tepat di pintu utama Masjid
Nabawi, sehingga nyaman beribadah. Berkeliling Madinah pun dilakukan untuk mengenang
jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Seperti apa ulasan perjalanan umrah kali
ini?

ROBY CAHYADI, Madinah

 

GEDUNG itu
berkonstruksi khas Jazirah Arab. Dengan luas 465.000 meter persegi, wajar saja
Bandara King Abdul Aziz Arab Saudi bisa menampung ratusan ribu penumpang. Bus
bertuliskan Dallah berwarna putih sudah menunggu di parkiran. 

Rombongan jemaah umrah
PT Attintur tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah sekitar pukul 22.15 waktu
setempat. Setelah terbang menggunakan pesawat Garuda dengan nomor penerbangan
GA 978. 

Tengah malam ini
lingkungan bandara masih ramai, namun tidak sesibuk siang hari. Terlihat
jejeran lampu, sebagian terlihat samar-samar.

Malam itu, dari Jeddah
jemaah umrah Attintur Cabang Palangka Raya langsung menuju Kota Madinah. Jarak
tempuh memakan waktu empat jam lebih, karena sempat singgah untuk salat.
Sepanjang jalan tampak penerangan jalan umum. Bentuknya menjulang tinggi dengan
empat sisi lampu. Jumlahnya mungkin ribuan, karena dipasang sepanjang jalan
Jeddah-Madinah. 

Selama di Madinah,
jemaah diinapkan di Hotel Andalus yang posisinya persis di depan gerbang utama
Masjid Nabawi. Tepatnya pintu 22 dan 21 Masjid Nabawi. Suhu udara pada tanggal
6 Februari pagi mencapai 17 derajat celcius. Karena memang musim dingin,
apalagi ketika tengah malam sampai subuh. 

Hari pertama Kamis
(6/2), jemaah umroh reguler Attintur Cabang Palangka Raya, langsung salat subuh
di Masjid Nabawi. Setelah sarapan, dilanjutkan menuju tempat raudah dan ziarah
Makam Rasulullah SAW. Jasad nabi ini berada di dalam Masjid Nabawi tepatnya
sebelah Raudah, yang merupakan tempat salat paling favorit, sehingga menjadi
rebutan umat Islam. 

Selama perjalanan,
jemaah dibimbing Ustaz Amirudin dan Putra Sadiq Rahman. “Kondisi menuju
Raudah memang begini antreannya. Begitu juga saat kita ziarah. Masjid Nabawi
ini didirikan langsung oleh Nabi Muhammad,” terang Amir kepada jamaah umrah
ketika membawa ke Raudah dan berkeliling sekitar masjid.

Baca Juga :  Melayani Masyarakat, Pemprov Berikan Bantuan ke Kotim Rp300 Miliar Leb

Menuju ke Raudah memang
tak mudah. Selain tempat terbatas, petugas juga memberlakukan sistem buka
tutup. Jika mendekati waktu salat pasti ditutup lama. Seperti yang saya alami
sendiri pada Jumat (7/2). Waktu salat di Madinah pukul 12.36 waktu setempat.

Namun, kami bersama
rombongan sudah mulai antrean menuju Raudah, sekitar pukul 10.30 baru bisa
mendapat tempat. Karena hari jumat dan dua jam lagi dilaksanakan salat. Maka
jemaah yang sudah masuk tidak disilahkan keluar hingga salat jumat selesai.
Biasanya jemaah salat di Raudah dibatasi hanya 15 menit.

Masjid Nabawi berada di
tengah-tengah Kota Madinah, dengan beberapa hotel dan pasar-pasar yang
mengelilinginya. Masjid ini menjadi tujuan utama para jemaah haji ataupun
umrah. Salah satu fitur utama Masjid Nabawi adalah Kubah Hijau. Di sini rombongan
Attintur sempat berpose bersama dengan latar Kubah Hijau.

Ustaz Amirudin dan
Putra Sidiq Rahman menceritakan kisah kubah hijau dan pintu Jibril. “Kubah
hijau adalah sebuah kubah yang diwarnai hijau dibangun di atas makam Nabi
Muhammad dan Sayidina Abu Bakar serta Umar bin Khattab,” beber Amir.

Di samping makam nabi
terdapat makam Khalifah Sayidina Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Tiap detik,
peziarah datang berduyun-duyun. Bahkan, untuk mendekati sisi pintu makam saja
sulit. Terlebih ada petugas yang senantiasa menjaga di depan pintu makam. 

Hampir setiap salat
lima waktu, jemaah umrah menghabiskan di Masjid Nabawi. Mereka memperbanyak
salat sunnat. Suasana salat lima waktu di sini sangat berbeda. Jemaah terlihat
khusyuk salat bersama ribuan umat muslim dari segala penjuru dunia. Masjid ini
tidak pernah sepi, tiap saat ribuan umat Islam tampak memenuhi bangunan megah
itu. Jika satu jam menjelang salat lima waktu, jemaah pun terlihat meluber dan
memadati jalan, sehingga harus berdesak-desakan.

Jemaah umrah juga bebas
kapan pun mau berziarah ke makam Rasullullah. Kendati begitu, suasana ziarah
tetap padat. Tidak pernah sepi, sehingga mesti bersabar untuk mencapai depan
pintu makam.

Baca Juga :  Semua Pihak Punya Tanggung Jawab Akhiri Pandemi

Daya tampung Masjid
Nabawi mencapai 600.000 jiwa, jika ditambah dengan halaman daya tampungnya
mencapai satu juta lebih, hampir menyamai jumlah penduduk sebuah provinsi di
Kalteng. “Umat Muslim berdatangan kesini, selain ziarah ke makam nabi,
juga karena ada hadis nabi yang menyebutkan satu kali salat di Masjid Nabawi,
pahalanya seribu kali,” tutur Ustaz Amir.

 

 

Tentu saja masjid ini
sangat luas. Kini luasnya mencapai 135.000 meter persegi. Cukup membuat kaki
pegal jika sekali berkeliling. Di sekeliling Masjid Nabawi bertambah ramai
sebab dikeliling hotel dan pusat perbelanjaan. Harga barang di Madinah
terbilang relatif lebih murah, jika pandai menawar. 

“Kami membeli
beberapa barang termasuk kurma Ajwa, sorban dan cokelat,” sebut H Sayuti
Mastur yang berumrah dengan istri Hj Kamsiah Tapri. Pasangan yang sudah tidak muda
ini merasa senang bisa umrah menggunakan Attintur Cabang Palangka Raya di bawah
pimpinan Ustaz H Gazali Rahman.

Selain beribadah di
Masjid Nabawi, jemaah umrah Attintur juga melakukan ziarah ke beberapa lokasi
untuk lebih mengenal dan meyaksikan jejak nabi. Diantaranya Jabal Uhud, Masjid
Quba dan Masjid Qiblatain. 

Di Masjid Quba, jemaah
melaksanakan salat sunnat tahayatul masjid. “Masjid Quba merupakan masjid
pertama yang dibangun kanjeng nabi,” tukas Amir. Nyaris sama ramainya
dengan Masjid Nabawi ketika siang hari. Karena rata-rata jamaah pasti dibawa ke
masjid tersebut. Begitu memasuki masjid, peziarah melaksanakan salat tahiyatul
masjid dan salat sunnat lainnya. 

Rasa dahaga untuk
mengenal lebih dekat jejak Nabi Muhammad pun tersalurkan, saat berkunjung ke
Jabal Uhud. Disini Ustad Amir menjelaskan sejarah Perang Uhud yang menewaskan
70 syuhada. Termasuk paman nabi, Sayidina Hamzah dan Sayidina Musab. 

Bukan hanya ke tempat
yang bersejarah, jemaah umrah Attintur juga dibawa ke kebun kurma. Disini
terdapat berbagai jenis kurma, termasuk kurma Ajwa yang merupakan kurma yang
bibitnya ditanam nabi. (*/bersambung)

Jamaah
Umrah PT Attintur Cabang Palangka Raya menginap tepat di pintu utama Masjid
Nabawi, sehingga nyaman beribadah. Berkeliling Madinah pun dilakukan untuk mengenang
jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Seperti apa ulasan perjalanan umrah kali
ini?

ROBY CAHYADI, Madinah

 

GEDUNG itu
berkonstruksi khas Jazirah Arab. Dengan luas 465.000 meter persegi, wajar saja
Bandara King Abdul Aziz Arab Saudi bisa menampung ratusan ribu penumpang. Bus
bertuliskan Dallah berwarna putih sudah menunggu di parkiran. 

Rombongan jemaah umrah
PT Attintur tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah sekitar pukul 22.15 waktu
setempat. Setelah terbang menggunakan pesawat Garuda dengan nomor penerbangan
GA 978. 

Tengah malam ini
lingkungan bandara masih ramai, namun tidak sesibuk siang hari. Terlihat
jejeran lampu, sebagian terlihat samar-samar.

Malam itu, dari Jeddah
jemaah umrah Attintur Cabang Palangka Raya langsung menuju Kota Madinah. Jarak
tempuh memakan waktu empat jam lebih, karena sempat singgah untuk salat.
Sepanjang jalan tampak penerangan jalan umum. Bentuknya menjulang tinggi dengan
empat sisi lampu. Jumlahnya mungkin ribuan, karena dipasang sepanjang jalan
Jeddah-Madinah. 

Selama di Madinah,
jemaah diinapkan di Hotel Andalus yang posisinya persis di depan gerbang utama
Masjid Nabawi. Tepatnya pintu 22 dan 21 Masjid Nabawi. Suhu udara pada tanggal
6 Februari pagi mencapai 17 derajat celcius. Karena memang musim dingin,
apalagi ketika tengah malam sampai subuh. 

Hari pertama Kamis
(6/2), jemaah umroh reguler Attintur Cabang Palangka Raya, langsung salat subuh
di Masjid Nabawi. Setelah sarapan, dilanjutkan menuju tempat raudah dan ziarah
Makam Rasulullah SAW. Jasad nabi ini berada di dalam Masjid Nabawi tepatnya
sebelah Raudah, yang merupakan tempat salat paling favorit, sehingga menjadi
rebutan umat Islam. 

Selama perjalanan,
jemaah dibimbing Ustaz Amirudin dan Putra Sadiq Rahman. “Kondisi menuju
Raudah memang begini antreannya. Begitu juga saat kita ziarah. Masjid Nabawi
ini didirikan langsung oleh Nabi Muhammad,” terang Amir kepada jamaah umrah
ketika membawa ke Raudah dan berkeliling sekitar masjid.

Baca Juga :  Melayani Masyarakat, Pemprov Berikan Bantuan ke Kotim Rp300 Miliar Leb

Menuju ke Raudah memang
tak mudah. Selain tempat terbatas, petugas juga memberlakukan sistem buka
tutup. Jika mendekati waktu salat pasti ditutup lama. Seperti yang saya alami
sendiri pada Jumat (7/2). Waktu salat di Madinah pukul 12.36 waktu setempat.

Namun, kami bersama
rombongan sudah mulai antrean menuju Raudah, sekitar pukul 10.30 baru bisa
mendapat tempat. Karena hari jumat dan dua jam lagi dilaksanakan salat. Maka
jemaah yang sudah masuk tidak disilahkan keluar hingga salat jumat selesai.
Biasanya jemaah salat di Raudah dibatasi hanya 15 menit.

Masjid Nabawi berada di
tengah-tengah Kota Madinah, dengan beberapa hotel dan pasar-pasar yang
mengelilinginya. Masjid ini menjadi tujuan utama para jemaah haji ataupun
umrah. Salah satu fitur utama Masjid Nabawi adalah Kubah Hijau. Di sini rombongan
Attintur sempat berpose bersama dengan latar Kubah Hijau.

Ustaz Amirudin dan
Putra Sidiq Rahman menceritakan kisah kubah hijau dan pintu Jibril. “Kubah
hijau adalah sebuah kubah yang diwarnai hijau dibangun di atas makam Nabi
Muhammad dan Sayidina Abu Bakar serta Umar bin Khattab,” beber Amir.

Di samping makam nabi
terdapat makam Khalifah Sayidina Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Tiap detik,
peziarah datang berduyun-duyun. Bahkan, untuk mendekati sisi pintu makam saja
sulit. Terlebih ada petugas yang senantiasa menjaga di depan pintu makam. 

Hampir setiap salat
lima waktu, jemaah umrah menghabiskan di Masjid Nabawi. Mereka memperbanyak
salat sunnat. Suasana salat lima waktu di sini sangat berbeda. Jemaah terlihat
khusyuk salat bersama ribuan umat muslim dari segala penjuru dunia. Masjid ini
tidak pernah sepi, tiap saat ribuan umat Islam tampak memenuhi bangunan megah
itu. Jika satu jam menjelang salat lima waktu, jemaah pun terlihat meluber dan
memadati jalan, sehingga harus berdesak-desakan.

Jemaah umrah juga bebas
kapan pun mau berziarah ke makam Rasullullah. Kendati begitu, suasana ziarah
tetap padat. Tidak pernah sepi, sehingga mesti bersabar untuk mencapai depan
pintu makam.

Baca Juga :  Semua Pihak Punya Tanggung Jawab Akhiri Pandemi

Daya tampung Masjid
Nabawi mencapai 600.000 jiwa, jika ditambah dengan halaman daya tampungnya
mencapai satu juta lebih, hampir menyamai jumlah penduduk sebuah provinsi di
Kalteng. “Umat Muslim berdatangan kesini, selain ziarah ke makam nabi,
juga karena ada hadis nabi yang menyebutkan satu kali salat di Masjid Nabawi,
pahalanya seribu kali,” tutur Ustaz Amir.

 

 

Tentu saja masjid ini
sangat luas. Kini luasnya mencapai 135.000 meter persegi. Cukup membuat kaki
pegal jika sekali berkeliling. Di sekeliling Masjid Nabawi bertambah ramai
sebab dikeliling hotel dan pusat perbelanjaan. Harga barang di Madinah
terbilang relatif lebih murah, jika pandai menawar. 

“Kami membeli
beberapa barang termasuk kurma Ajwa, sorban dan cokelat,” sebut H Sayuti
Mastur yang berumrah dengan istri Hj Kamsiah Tapri. Pasangan yang sudah tidak muda
ini merasa senang bisa umrah menggunakan Attintur Cabang Palangka Raya di bawah
pimpinan Ustaz H Gazali Rahman.

Selain beribadah di
Masjid Nabawi, jemaah umrah Attintur juga melakukan ziarah ke beberapa lokasi
untuk lebih mengenal dan meyaksikan jejak nabi. Diantaranya Jabal Uhud, Masjid
Quba dan Masjid Qiblatain. 

Di Masjid Quba, jemaah
melaksanakan salat sunnat tahayatul masjid. “Masjid Quba merupakan masjid
pertama yang dibangun kanjeng nabi,” tukas Amir. Nyaris sama ramainya
dengan Masjid Nabawi ketika siang hari. Karena rata-rata jamaah pasti dibawa ke
masjid tersebut. Begitu memasuki masjid, peziarah melaksanakan salat tahiyatul
masjid dan salat sunnat lainnya. 

Rasa dahaga untuk
mengenal lebih dekat jejak Nabi Muhammad pun tersalurkan, saat berkunjung ke
Jabal Uhud. Disini Ustad Amir menjelaskan sejarah Perang Uhud yang menewaskan
70 syuhada. Termasuk paman nabi, Sayidina Hamzah dan Sayidina Musab. 

Bukan hanya ke tempat
yang bersejarah, jemaah umrah Attintur juga dibawa ke kebun kurma. Disini
terdapat berbagai jenis kurma, termasuk kurma Ajwa yang merupakan kurma yang
bibitnya ditanam nabi. (*/bersambung)

Terpopuler

Artikel Terbaru