Er Gham
Kok Malaysia bisa. Padahal masalahnya sama.
โ
Membaca komentar Er Gham di Disway Jumat lalu itu saya langsung menghubungi ahli satu ini: Prof Dr Hendri Saparini. Dia terkenal dalam urusan โmenghadirkan kembali fungsi negara dan rakyat untuk menegakkan kedaulatan pangan Indonesiaโ.
Dia bisa bicara fasih apa yang dilakukan oleh Malaysia. Dr Saparini tergabung dalam asosiasi ahli ekonomi politik. Dia lulusan โUniversitas Pro Rakyatโ Gadjah Mada, Yogyakarta. Lalu meraih gelar master dan doktor dari Universitas Tsukuba, Jepang.
Setelah lama menjadi peneliti di Econit-nya Dr Rizal Ramli, Saparini mendirikan lembaga sendiri: Core Indonesia. โSaya ingin ada kajian yang tidak hanya kulit-kulitnya. Harus membahas core-nya,โ ujar Saparini.
Lantas Saparini menemukan kepanjangan dari Core itu: Center of Reform on Economy. Di situlah dia sehari-hari. Meneliti dan menganalisis semua kebijakan yang terkait dengan ekonomi โtermasuk, terutama, pangan.
Sejak muda pemikiran wanita Kebumen ini sangat menonjol. Megawati Soekarnoputri pernah memberikan penghargaan sebagai โEkonom Muda Indonesiaโ pada 2009. PKS juga memilihnyi sebagai wanita berpengaruh.
โDi Malaysia ada kebijakan mendasarnya. Ada ketentuan mengenai pangan strategis,โ ujar Saparini. โKita belum punya,โ tambahnyi.
Saya, harusnya, tidak perlu memilih โSapariniโ, nama belakangnyi, ketika menuliskan namanyi. Toh Disway sudah meniru bahasa Inggris: menulis โnyiโ untuk โherโ dan โnyaโ untuk โhisโ. โDiaโ untuk โsheโ dan โiaโ untuk โheโ.
Tapi tetap saja saya โraguโ: kalau saya tulis Hendri โnama depannyiโ itu dikira nama laki-laki.
โSampai sekarang masih ada saja yang menulis undangan ke saya dengan โBapak Hendriโฆ.โ. Dikira saya laki-laki,โ ujarnyi, lantas tersenyum.
UU bahan pangan strategis itu, katanyi, belum pernah ada. Tapi, waktu itu, negara punya kebijakan strategis di lapangan: mendirikan Bulog. Yang bisa menggunakan keuangan negara untuk menjadi stabilitas harga pangan.
Lembaga Bulog menjadi mandul setelah โYang Mulia IMFโ kita datangkan. Untuk mengatasi krisis moneter tahun 1998. Yakni krisis multi dimensi yang sampai bikin Presiden Soeharto lengser.
Sisi lain krisis waktu itu: bisa bikin banyak orang kaya mendadak โdari mempermainkan lembaga yang Anda sudah tahu: BPPN.
IMF lantas membantu kita. Tapi juga menetapkan 1001 syarat yang harus kita penuhi. Salah satunya: Bulog tidak boleh lagi menggunakan uang negara.
Selesailah barang itu.
Bulog pun โhabisโ.
Memang masih saja bisa bersiasat. Dengan menggunakan dana komersial bank milik negara. Tapi sudah tidak bisa seperti Bulog yang dulu lagi.
Sejak itulah, ujar Saparini, impor bahan pangan menjadi kenyataan baru. Menjadi semacam keharusan. Lalu senjata impor itu meningkat menjadi solusi permanen. Alasannya selalu sama: agar inflasi tetap rendah.
Harga pangan impor itu memang lebih murah. Menurut Saparini, itu bukan saja berkat pertanian mereka yang lebih efisien. Tapi juga dari kebijakan โmemperbarui stokโ nasional di sana.
Mereka selalu punya stok besar. Tujuannya: menjaga stabilitas pangan di sana. Stok pangan itu ada masa kedaluwarsanya. Stok yang mendekati kedaluwarsa dilepas. Tentu dengan harga murah.
Menurut Saparini, baik โefisiensi pertanianโ maupun โpengadaan stok nasionalโ punya latar belakang yang sama: adanya kebijakan negara di bidang pangan strategis. โCore-nya di situ,โ ujarnyi.
Maka di saat Indonesia krisis minyak goreng Malaysia tenang-tenang saja. Padahal sama-sama penghasil sawit terbesar dunia. Sama-sama eksporter produk sawit. Sesama ras Melayu.
Di Malaysia harga minyak goreng โdi sana disebut minyak masakโ tidak binal. Tetap saja di sekitar Rp 8.500. Itu harga per liter. Di sana ukuran minyak masak pakai liter. Berarti hanya sekitar Rp 7.800/kg.
Di Malaysia minyak masak juga diurus pemerintah. Yakni oleh Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Hal Ehwal Pengguna. Disingkat โgak usah diingat: KPDNHEP.
Adanya UU yang mengatur pangan strategis itu. Tidak diperlukan keputusan โsapu jagatโ.
Keputusan ad hoc seperti kejutan Presiden Jokowi Jumat lalu itu memang penting. Tapi belum menjamin tidak terjadi lagi. Di lain waktu. Di komoditas lain.
Sepanjang hari kemarin saja, misalnya, sudah beredar rumor ini: yang dilarang itu ekspor olein. Yakni minyak goreng yang belum dikemas. Sedang ekspor CPO tidak termasuk yang dilarang.
Sulit mencari penegasan mana yang benar. Kemarin adalah hari libur. Rumor ini harus dijelaskan hari Senin ini.
Dr Saparini sudah lama mengusulkan pembuatan UU pangan strategis itu. Tapi masih gagal. Di era mana pun.
Selama ini petani kita yang kalah efisien cenderung dijawab dengan kepasrahan: sudah takdir kita.
Padahal, seperti kata Saparini, semua bisa diatasi dengan kebijakan negara yang komprehensif.
Di situlah core-nya. Untuk mengkaji yang core-core seperti itulah dia dirikan Core Indonesia.
Tapi kenapa orang tua Saparini memberi nama laki-laki untuk anak perempuannya?
โSaya ini orang Jawa,โ katanyi. โDi Jawa, kata bapak saya, nama dengan akhiran โiโ itu menandakan perempuan. Kalau akhiran โoโ itu untuk nama laki-laki. Jadi Hendri itu nama perempuan. Kakak laki-laki saya bernama Hendro,โ ujarnyi.
Belakangan, ketika dia sering ke Prancis, barulah mantap. โDi Prancis nama Hendri itu perempuan. Jadi, ayah saya sudah benar,โ katanyi.
โJangan-jangan ayah dulu lulusan Sorbone Universityโฆ,โ sela saya.
โ:) ๐ :)'โ jawabnyi.(Dahlan Iskan)