28.8 C
Jakarta
Friday, July 11, 2025

ICCWA Tempayan

Ada istilah Balok di Perth, Australia Barat. Saya baru dengar Selasa lalu –di forum Indonesian Chamber of Commerce Western Australia (ICCWA).

“Balok itu Bali Lombok,” ujar Indah Melindasari. Ayah-ibunyi Bali-Lombok. Sampai SMA masih di Mataram: SMAN 1.

Kini Indah jadi konsultan hukum yang sukses di Perth. Utamanya di masalah imigrasi –mirip Lia Sundah, istri pencipta lagu Lilin Lilin Kecil, di New York.

Orang seperti Indah bisa maju karena keadaan. “Waktu tiba di Perth 26 tahun lalu bahasa Inggris pun masih belepotan,” ujarnyi. Kini Indah bisa jadi salah satu sponsor pertemuan di resto Indonesia di Perth, Tempayan Bay.

Ketika Indah tiba di Perth, terjadilah krisis moneter 1998. Dia telanjur diterima di kampus kakaknyi: Curtin University. Ayah Indah kontraktor. Bisnis macet. Pilihan kakak-adik itu hanya dua: pulang ke Lombok atau kuliah sambil kerja.

Mereka pilih sambil kerja. Indah ambil jurusan komunikasi dan pariwisata. Setelah lulus pulang ke Lombok. Bekerja di perusahaan bapaknyi. Termasuk mendirikan TV lokal: TV-9.

Setelah balik lagi ke Perth, Indah kuliah hukum. Juga di Curtin. Jadilah Indah pengacara di Perth. Sukses.

Sponsor satunya lagi Ivana Wibisono. Asli Surabaya. Westindo Group. Bisnis di bidang jasa akuntansi.

“Ni hao,” sapa saya sambil menyalami Ivana.

Dia ampun-ampun. Tidak mau diajak bicara Mandarin. Tidak bisa sama sekali. Pun Agata Dharma, presiden ICCWA. Agata lahir Jakarta. Umur 10 dibawa ke Perth.

Baca Juga :  Ais Anis

Agata masih sangat lancar berbahasa Indonesia. Ngomongnya masih secepat mesin. Dia masih bisa jadi MC di pertandingan sepak bola Western Australia All-Star vs Persebaya. Di lapangan. Dengan suara lantang: Salam satu nyali! Berkali-kali.

Agata adalah CEO perusahaan asal Jerman, Baumart Holding. Di investment house-nya.

Dari separo suku Tionghoa yang hadir di forum ICCWA hanya satu wanita yang fasih Mandarin. Muda. Cantik. Ternyata lulusan SMA Xin Zhong, Surabaya. Namanya: Serafia.

Anda sudah tahu: sebelum tahun 1960 banyak sekolah Tionghoa. Di banyak kota. Salah satunya Xin Zhong di Surabaya. Sekolah seperti itu dilarang di pertengahan 1960. Semua tutup.

Setelah reformasi 1998, para alumni Xin Zhong mendirikan Xin Zhong yang baru. Maju sekali. Sampai hari ini.

Di forum ICCWA ini saya juga bertemu idola cucu cucu saya:  Cimory. Tepatnya pemilik Cimory. Anda sudah tahu namanya: Bambang Sutantio. Ia pembicara di ICCWA tahun lalu. Ia duduk di sebelah saya.

Saya pun bertanya: apa arti Cimory. Ternyata itu singkatan: Cisarua Mountain Dairy. Susu dari pegunungan Cisarua, Puncak, Bogor.

Di Cisarua ada koperasi susu: Giri Tani. Koperasi Unit Desa. Tahun 2006 Bambang ke Cisarua. Kualitas susu di sana perlu ditingkatkan.

Bambang adalah ahlinya. Ia kuliah di Jerman. Di Berlin. SMA-nya di Karang Turi, Semarang. Di Jerman Bambang mendalami ilmu teknologi pangan. Khususnya susu.

Baca Juga :  DK Jakarta

Maka untuk membantu menaikkan nilai susu peternak di Cisarua, Bambang membuat yogurt. Ia turunkan kadar Ph susu di situ. Lahirlah Cimory.

Kini Cimory sudah bekerja sama dengan 200 koperasi susu di seluruh Indonesia. Sudah 10 pabrik Cimory ia bangun. Yang di Tretes, Jatim, itu nomor empat.

Tentu mereka minta saya bercerita tentang kondisi dalam negeri Indonesia. Khususnya soal Danantara. Saya tahu: opini publik kurang positif pada Danantara. Tapi saya tidak akan menjadi kompor yang bisa memanaskan suasana.

Tapi saya juga bukan humas Danantara. Maka saya ceritakan saja dua sisi positif dan negatifnya. Mereka mungkin kecewa: lebih banyak positifnya –tentu kalau dibanding masih berstatus di bawah kementerian BUMN.

Mereka akhirnya sepakat: lebih baik Danantara diperiksa oleh akuntan publik daripada BPK. Kesan publik selama ini: dengan tidak lagi diperiksa BPK, Danantara seperti lebih bebas melakukan korupsi. Padahal diperiksa siapa pun sama saja. Bahkan orang seperti Ahok pernah sewot berat kepada BPK.

Saya kewalahan ketika memasuki sesi tanya jawab. Begitu banyak pertanyaan. Termasuk soal pribadi: mengapa perkawinan saya dengan si Galuh Banjar bisa bertahan 50 tahun –bulan depan.

“Yang hebat istri saya,” jawab suaminyi.

Lalu saya ceritakan blak-blakan pasang surutnya. Kalau sampai ada yang merekam dan mem-posting-nya di medsos pasti heboh. Tidak ada yang saya tutupi –kecuali di tulisan ini.(Dahlan Iskan)

Ada istilah Balok di Perth, Australia Barat. Saya baru dengar Selasa lalu –di forum Indonesian Chamber of Commerce Western Australia (ICCWA).

“Balok itu Bali Lombok,” ujar Indah Melindasari. Ayah-ibunyi Bali-Lombok. Sampai SMA masih di Mataram: SMAN 1.

Kini Indah jadi konsultan hukum yang sukses di Perth. Utamanya di masalah imigrasi –mirip Lia Sundah, istri pencipta lagu Lilin Lilin Kecil, di New York.

Orang seperti Indah bisa maju karena keadaan. “Waktu tiba di Perth 26 tahun lalu bahasa Inggris pun masih belepotan,” ujarnyi. Kini Indah bisa jadi salah satu sponsor pertemuan di resto Indonesia di Perth, Tempayan Bay.

Ketika Indah tiba di Perth, terjadilah krisis moneter 1998. Dia telanjur diterima di kampus kakaknyi: Curtin University. Ayah Indah kontraktor. Bisnis macet. Pilihan kakak-adik itu hanya dua: pulang ke Lombok atau kuliah sambil kerja.

Mereka pilih sambil kerja. Indah ambil jurusan komunikasi dan pariwisata. Setelah lulus pulang ke Lombok. Bekerja di perusahaan bapaknyi. Termasuk mendirikan TV lokal: TV-9.

Setelah balik lagi ke Perth, Indah kuliah hukum. Juga di Curtin. Jadilah Indah pengacara di Perth. Sukses.

Sponsor satunya lagi Ivana Wibisono. Asli Surabaya. Westindo Group. Bisnis di bidang jasa akuntansi.

“Ni hao,” sapa saya sambil menyalami Ivana.

Dia ampun-ampun. Tidak mau diajak bicara Mandarin. Tidak bisa sama sekali. Pun Agata Dharma, presiden ICCWA. Agata lahir Jakarta. Umur 10 dibawa ke Perth.

Baca Juga :  Ais Anis

Agata masih sangat lancar berbahasa Indonesia. Ngomongnya masih secepat mesin. Dia masih bisa jadi MC di pertandingan sepak bola Western Australia All-Star vs Persebaya. Di lapangan. Dengan suara lantang: Salam satu nyali! Berkali-kali.

Agata adalah CEO perusahaan asal Jerman, Baumart Holding. Di investment house-nya.

Dari separo suku Tionghoa yang hadir di forum ICCWA hanya satu wanita yang fasih Mandarin. Muda. Cantik. Ternyata lulusan SMA Xin Zhong, Surabaya. Namanya: Serafia.

Anda sudah tahu: sebelum tahun 1960 banyak sekolah Tionghoa. Di banyak kota. Salah satunya Xin Zhong di Surabaya. Sekolah seperti itu dilarang di pertengahan 1960. Semua tutup.

Setelah reformasi 1998, para alumni Xin Zhong mendirikan Xin Zhong yang baru. Maju sekali. Sampai hari ini.

Di forum ICCWA ini saya juga bertemu idola cucu cucu saya:  Cimory. Tepatnya pemilik Cimory. Anda sudah tahu namanya: Bambang Sutantio. Ia pembicara di ICCWA tahun lalu. Ia duduk di sebelah saya.

Saya pun bertanya: apa arti Cimory. Ternyata itu singkatan: Cisarua Mountain Dairy. Susu dari pegunungan Cisarua, Puncak, Bogor.

Di Cisarua ada koperasi susu: Giri Tani. Koperasi Unit Desa. Tahun 2006 Bambang ke Cisarua. Kualitas susu di sana perlu ditingkatkan.

Bambang adalah ahlinya. Ia kuliah di Jerman. Di Berlin. SMA-nya di Karang Turi, Semarang. Di Jerman Bambang mendalami ilmu teknologi pangan. Khususnya susu.

Baca Juga :  DK Jakarta

Maka untuk membantu menaikkan nilai susu peternak di Cisarua, Bambang membuat yogurt. Ia turunkan kadar Ph susu di situ. Lahirlah Cimory.

Kini Cimory sudah bekerja sama dengan 200 koperasi susu di seluruh Indonesia. Sudah 10 pabrik Cimory ia bangun. Yang di Tretes, Jatim, itu nomor empat.

Tentu mereka minta saya bercerita tentang kondisi dalam negeri Indonesia. Khususnya soal Danantara. Saya tahu: opini publik kurang positif pada Danantara. Tapi saya tidak akan menjadi kompor yang bisa memanaskan suasana.

Tapi saya juga bukan humas Danantara. Maka saya ceritakan saja dua sisi positif dan negatifnya. Mereka mungkin kecewa: lebih banyak positifnya –tentu kalau dibanding masih berstatus di bawah kementerian BUMN.

Mereka akhirnya sepakat: lebih baik Danantara diperiksa oleh akuntan publik daripada BPK. Kesan publik selama ini: dengan tidak lagi diperiksa BPK, Danantara seperti lebih bebas melakukan korupsi. Padahal diperiksa siapa pun sama saja. Bahkan orang seperti Ahok pernah sewot berat kepada BPK.

Saya kewalahan ketika memasuki sesi tanya jawab. Begitu banyak pertanyaan. Termasuk soal pribadi: mengapa perkawinan saya dengan si Galuh Banjar bisa bertahan 50 tahun –bulan depan.

“Yang hebat istri saya,” jawab suaminyi.

Lalu saya ceritakan blak-blakan pasang surutnya. Kalau sampai ada yang merekam dan mem-posting-nya di medsos pasti heboh. Tidak ada yang saya tutupi –kecuali di tulisan ini.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/