34.9 C
Jakarta
Wednesday, August 6, 2025

Gemes Garuda

Garuda Indonesia masuk daftar perusahaan terbaik se-Asia Tenggara versi Fortune Southeast Asia 500 tahun 2025.-ist-

Gemes. Itu lahir dari rasa benci tapi rindu. Rindu agar Garuda Indonesia jadi . Pembawa bendera bangsa.

Itu yang rasanya sangat diinginkan Presiden Prabowo –melebihi perasaan kita. Harus bangga pada negara. Sampai mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Himalaya pun ia promotori.

Benci karena prestasinya turun naik –lebih banyak turunnya. Setiap kali ditemukan jalan keluar sembuhnya hanya sementara. Khas BUMN.

Saya percaya dengan besarnya ambisi Prabowo, Garuda dapat jalan keluar lagi. Tapi itu tadi. Apakah biaya jalan keluar itu tidak sia-sia kalau tak lama nanti Garuda bermasalah lagi.

Membenahi Garuda perlu langkah jangka panjang. Proses rusaknya cepat sekali.

Saya juga percaya Prabowo, lewat Danantara, bisa cari uang berapa saja yang diperlukan. Yang penting bisa menyembuhkan Garuda. Tapi harus ada perhitungannya: apakah dana besar untuk Garuda itu tidak menyebabkan lebih memburuknya ICOR nasional.

Anda sudah tahu: ICOR nasional kita masih sangat tinggi. Menakutkan. Ada yang menghitung angkanya sampai 6. Dibanding Malaysia yang hanya 4,6. Apalagi Singapura atau Tiongkok.

Baca Juga :  Sekolah Baru

ICOR jelek itu Anda pun sudah tahu penyebabnya: terlalu besarnya pemakaian uang untuk sesuatu yang kurang menghasilkan.

Maka Danantara akan minta Garuda untuk menjanjikan berapa ICOR yang didapat atas Dana Rp 6 triliun yang disuntikkan padanya.

Bagaimana kalau dana ke Garuda itu hanya akan memperburuk ICOR nasional?  Bukan berarti rencana itu tidak boleh jalan. Apalagi kalau permintaan presiden itu “harga mati”.

Namun Danantara harus mencari sektor lain yang sangat istimewa yang bisa membuat ICOR nasional membaik.

Danantara mungkin perlu punya “rukun iman” ini: berapa proyek yang ICOR-nya jelek yang boleh diberi dana. Yakni hanya proyek yang benar-benar diinginkan Presiden. Selebihnya harus membiayai proyek-proyek yang ICOR-nya baik.

Maka kalau ada usulan proyek yang ICOR-nya jelek harus ditolak. Apalagi kalau jumlahnya sudah melebihi “rukun iman”.

Pelanggaran terhadap rukun iman berarti musyrik. Dosa besar. Tak terampuni. Maka kewajiban para pengusul proyek untuk menyertakan analisis ICOR. Agar mereka malu sendiri untuk mengusulkan proyek yang berbau musyrik.

Baca Juga :  Pikul Agama

Misalkan keinginan presiden untuk melambungkan Garuda masih bisa ditawar. Mungkin bisa diusulkan jalan tengah: bagaimana kalau Garuda sekalian dipakai untuk memperkokoh persahabatan antar negara serumpun. Garuda digandengkan dengan Malaysian Airlines (MAS). Seperti Air France milik Prancis bergandengan dengan KLM-nya Belanda. Dua-duanya pernah dalam situasi buruk. Kini dua-duanya masih eksis dan bagus. Air France masih berkibar. Pun KLM.

Saya pernah membicarakan itu dengan CEO MAS. Tapi, sekali lagi, saya keburu expired. Mungkin bisa dilanjutkan dengan langkah yang lebih smart.

Saya tentu suka kalau Garuda didorong kuat. Pun bila konsekuensinya harus mengorbankan ICOR nasional. Tapi Danantara harus bisa ”menebus” dosa musyrik di Garuda itu dengan balas dendam di proyek yang lain.

Sebagai bawahan yang baik, Danantara tentu tidak boleh begitu saja menolak keinginan atasan, tapi juga harus bisa mencarikan jalan keluar agar keinginan itu tetap berjalan tanpa mengorbankan ICOR.

Ibarat mizan, Garuda menjadi faktor ”dosa” di kiri. Perlu dicari pemberat di mizan kanan.(Dahlan Iskan)

Garuda Indonesia masuk daftar perusahaan terbaik se-Asia Tenggara versi Fortune Southeast Asia 500 tahun 2025.-ist-

Gemes. Itu lahir dari rasa benci tapi rindu. Rindu agar Garuda Indonesia jadi . Pembawa bendera bangsa.

Itu yang rasanya sangat diinginkan Presiden Prabowo –melebihi perasaan kita. Harus bangga pada negara. Sampai mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Himalaya pun ia promotori.

Benci karena prestasinya turun naik –lebih banyak turunnya. Setiap kali ditemukan jalan keluar sembuhnya hanya sementara. Khas BUMN.

Saya percaya dengan besarnya ambisi Prabowo, Garuda dapat jalan keluar lagi. Tapi itu tadi. Apakah biaya jalan keluar itu tidak sia-sia kalau tak lama nanti Garuda bermasalah lagi.

Membenahi Garuda perlu langkah jangka panjang. Proses rusaknya cepat sekali.

Saya juga percaya Prabowo, lewat Danantara, bisa cari uang berapa saja yang diperlukan. Yang penting bisa menyembuhkan Garuda. Tapi harus ada perhitungannya: apakah dana besar untuk Garuda itu tidak menyebabkan lebih memburuknya ICOR nasional.

Anda sudah tahu: ICOR nasional kita masih sangat tinggi. Menakutkan. Ada yang menghitung angkanya sampai 6. Dibanding Malaysia yang hanya 4,6. Apalagi Singapura atau Tiongkok.

Baca Juga :  Sekolah Baru

ICOR jelek itu Anda pun sudah tahu penyebabnya: terlalu besarnya pemakaian uang untuk sesuatu yang kurang menghasilkan.

Maka Danantara akan minta Garuda untuk menjanjikan berapa ICOR yang didapat atas Dana Rp 6 triliun yang disuntikkan padanya.

Bagaimana kalau dana ke Garuda itu hanya akan memperburuk ICOR nasional?  Bukan berarti rencana itu tidak boleh jalan. Apalagi kalau permintaan presiden itu “harga mati”.

Namun Danantara harus mencari sektor lain yang sangat istimewa yang bisa membuat ICOR nasional membaik.

Danantara mungkin perlu punya “rukun iman” ini: berapa proyek yang ICOR-nya jelek yang boleh diberi dana. Yakni hanya proyek yang benar-benar diinginkan Presiden. Selebihnya harus membiayai proyek-proyek yang ICOR-nya baik.

Maka kalau ada usulan proyek yang ICOR-nya jelek harus ditolak. Apalagi kalau jumlahnya sudah melebihi “rukun iman”.

Pelanggaran terhadap rukun iman berarti musyrik. Dosa besar. Tak terampuni. Maka kewajiban para pengusul proyek untuk menyertakan analisis ICOR. Agar mereka malu sendiri untuk mengusulkan proyek yang berbau musyrik.

Baca Juga :  Pikul Agama

Misalkan keinginan presiden untuk melambungkan Garuda masih bisa ditawar. Mungkin bisa diusulkan jalan tengah: bagaimana kalau Garuda sekalian dipakai untuk memperkokoh persahabatan antar negara serumpun. Garuda digandengkan dengan Malaysian Airlines (MAS). Seperti Air France milik Prancis bergandengan dengan KLM-nya Belanda. Dua-duanya pernah dalam situasi buruk. Kini dua-duanya masih eksis dan bagus. Air France masih berkibar. Pun KLM.

Saya pernah membicarakan itu dengan CEO MAS. Tapi, sekali lagi, saya keburu expired. Mungkin bisa dilanjutkan dengan langkah yang lebih smart.

Saya tentu suka kalau Garuda didorong kuat. Pun bila konsekuensinya harus mengorbankan ICOR nasional. Tapi Danantara harus bisa ”menebus” dosa musyrik di Garuda itu dengan balas dendam di proyek yang lain.

Sebagai bawahan yang baik, Danantara tentu tidak boleh begitu saja menolak keinginan atasan, tapi juga harus bisa mencarikan jalan keluar agar keinginan itu tetap berjalan tanpa mengorbankan ICOR.

Ibarat mizan, Garuda menjadi faktor ”dosa” di kiri. Perlu dicari pemberat di mizan kanan.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/