25.2 C
Jakarta
Monday, November 25, 2024

Ini Lima Nasihat Sayidina Ali bin Abi Thalib Bagi Para Pemimpin

PROKALTENG.CO – Di antara sahabat Nabi Muhammad yang dikenal
intelek tak lain adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Tak heran bila pada
dirinya, Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wasallam (SAW) bersabda: “Aku
gudang ilmu maka Ali adalah gerbangnya”.

Hingga kini, ujaran, makalah,
surat-surat Sayidina Ali bin Abi Thalib masih dipelajari banyak orang. Kita
mengenal komentar Muhammad Abduh yang memberi apresiasi begitu tinggi terhadap
kitab Nahjul Balaghah, bukan semata-mata karena keelokan tutur bahasanya,
melainkan juga isinya sangat aktual hingga akhir zaman.

Di dalam kitab tersebut, juga
dalam Kitab Imamul Muhtadin karya HMH Al-Hamid Al-Husaini, berikisah tentang
surat-surat Amirul Mukminin Sayidina Ali bin Abi Thalib sebagai nasihat-nasihat
yang ditujukan kepada Gubernur Mesir Malik bin Harits Al-Asytar.

Di dalamnya, berisi
prinsip-prinsip dasar dalam mengatur negara bisa menjadi teladan para pemimpin
di masa kini.

Berikut Lima Nasihat Sayidina Ali
tentang amanah bagi para pemimpin di tengah masyarakat.

Pertama, Takut dan Taatlah Hanya kepada Allah SWT

”Aku perintahkan dia
bersungguh-sungguh dalam bertakwa kepada Allah SWT, mendahulukan ketaatan
kepada-Nya dan mengikuti segala yang diperintahkan dalam kitab-Nya, yang wajib
dan yang dianjurkan, yang tidak seorang pun akan beroleh kebahagiaan kecuali
dengan mengikutinya dan tidak akan menderita kecuali dengan mengingkari dan
melalaikannya. Aku perintahkan dia ‘menolong’Allah SWT dengan hati, tangan dan
lidahnya, karena Allah telah berjanji memenangkan siapa saja yang menolong-Nya
dan memuliakan siapa saja yang memuliakan-Nya.”

Kedua, Cintai dan Kasihilah Rakyatmu

Amirul Mukminin memerintahkan
agar mempunyai sikap kasih sayang dan mencintai rakyatnya dengan lemah lembut.
“Tanamkan dalam hatimu rasa kasih sayang, cinta dan kelembutan budi pekerti
pada rakyat. Jangan sampai kau jadikan dirimu laksana binatang buas yang
bersiap memangsa mereka. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua:
saudaramu dalam seagama atau serupamu sebagai sesama makhluk. Kadang-kadang
mereka tergelincir dalam kesalahan dan tergoda oleh pelanggaran, sehingga
timbul akibat perbuatan tangan mereka, baik sengaja atau tidak, (suatu
kejahatan).

Baca Juga :  Cetak Biru Brilian Genre dalam Sepatu untuk Pak Guru

“Oleh sebab itu, berilah
maaf dan ampunanmu pada mereka sedapat mungkin, sebagaimana juga engkau
mengharapkannya dari Tuhanmu. Engkau berada di atas mereka; pemimpin yang
mengangkatmu berada di atasmu; dan Allah SWT berada di atas orang yang telah
mengangkatmu! Sungguh, Allah telah menugaskan kepadamu penyelesaian urusan
mereka dan Dia mengujimu dengan mereka.”

Ketiga, Curahkan Perhatian kepada Fakir dan Miskin

“Ingatlah Allah dan ingatlah
Allah selalu dalam perlakuanmu terhadap rakyatmu yang berada di tingkat
terbawah. Terutama mereka yang lemah tak berdaya, kau fakir-miskin dan mereka
yang dipaksa oleh kebutuhan, orang-orang sengsara dan penderita cacat. Termasuk
dalam kelompok ini, mereka yang meminta-minta dan yang selalu mengharapkan
pemberian.”

“Ingatlah Allah dan ingatlah
selalu orang-orang seperti itu yang dititipkan-Nya kepadamu! Berilah mereka
bagian dari Bayt al-Maal serta bagian dari rampasan perang dan hasil tanah di
seluruh penjuru negeri. Semua mereka, yang dekat maupun yang jauh, telah
ditetapkan untuknya bagiannya dan diperhatikan kepentingannya. Jangan
sekali-kali kau disibukkan oleh kemewahan sehingga melalaikan mereka. Dan
jangan beranggapan bahwa kau tidak akan dituntut akibat melalaikan yang remeh
semata-mata disebabkan kau telah menyempurnakan berbagai urusan yang besar lagi
penting.”

Baca Juga :  Hak Warga Indonesia untuk Mengenal Sejarahnya

Keempat, Dengarkan mereka yang Tertindas

“Sempatkanlah dirimu untuk
menerima kehadiran orang-orang yang memerlukan bantuan keadilan darimu.
Duduklah bersama mereka dalam suatu majelis yang terbuka, agar disana kau
ber-tawadhu’merendahkan hati bagi Dia Yang menciptamu.

“Dalam pertemuan seperti
itu, seyogyanya kau singkirkan tentaramu, pembantu-pembantumu dan
pengawal-pengawalmu, agar mereka yang ingin menyampaikan keluhannya kepadamu
dapat melakukannya dengan tenang tanpa rasa takut dan cemas. Beberapa kali aku
telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tersucikan suatu umat
selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh kembali haknya dari si kuat
tanpa rasa takut dan cemas.”

Kelima, Tanamkan Kebaikan pada Rakyat

”Ingatlah bahwa rasa percaya
antara pemimpin dan yang dipimpin, hanya akan timbul karena adanya kebaikan,
keadilan, serta pelayanan. Oleh sebab itu, tanamlah kebaikan pada semua orang
karena niat baik mereka sudah meringankan bebanmu.Kebaikanmu terhadap mereka
akan menghasilkan kepercayaan mereka terhadapmu. Sementara sikap kasarmu akan
menimbulkan kebencian mereka.”

Memang, untuk menjadi seorang
pemimpin yang dicintai rakyatnya, tentunya dia harus memenuhi kewajibannya:
memberi bantuan, perlindungan, keadilan kepada rakyatnya. Demikian itulah,
mengurusi segala urusan rakyatnya.

Dalam satu Hadits disebutkan dari
‘Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baiknya
pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun
mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka
pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian
ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian,
juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian…” (HR.Muslim)

Demikian wallahu a’lam.

PROKALTENG.CO – Di antara sahabat Nabi Muhammad yang dikenal
intelek tak lain adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Tak heran bila pada
dirinya, Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wasallam (SAW) bersabda: “Aku
gudang ilmu maka Ali adalah gerbangnya”.

Hingga kini, ujaran, makalah,
surat-surat Sayidina Ali bin Abi Thalib masih dipelajari banyak orang. Kita
mengenal komentar Muhammad Abduh yang memberi apresiasi begitu tinggi terhadap
kitab Nahjul Balaghah, bukan semata-mata karena keelokan tutur bahasanya,
melainkan juga isinya sangat aktual hingga akhir zaman.

Di dalam kitab tersebut, juga
dalam Kitab Imamul Muhtadin karya HMH Al-Hamid Al-Husaini, berikisah tentang
surat-surat Amirul Mukminin Sayidina Ali bin Abi Thalib sebagai nasihat-nasihat
yang ditujukan kepada Gubernur Mesir Malik bin Harits Al-Asytar.

Di dalamnya, berisi
prinsip-prinsip dasar dalam mengatur negara bisa menjadi teladan para pemimpin
di masa kini.

Berikut Lima Nasihat Sayidina Ali
tentang amanah bagi para pemimpin di tengah masyarakat.

Pertama, Takut dan Taatlah Hanya kepada Allah SWT

”Aku perintahkan dia
bersungguh-sungguh dalam bertakwa kepada Allah SWT, mendahulukan ketaatan
kepada-Nya dan mengikuti segala yang diperintahkan dalam kitab-Nya, yang wajib
dan yang dianjurkan, yang tidak seorang pun akan beroleh kebahagiaan kecuali
dengan mengikutinya dan tidak akan menderita kecuali dengan mengingkari dan
melalaikannya. Aku perintahkan dia ‘menolong’Allah SWT dengan hati, tangan dan
lidahnya, karena Allah telah berjanji memenangkan siapa saja yang menolong-Nya
dan memuliakan siapa saja yang memuliakan-Nya.”

Kedua, Cintai dan Kasihilah Rakyatmu

Amirul Mukminin memerintahkan
agar mempunyai sikap kasih sayang dan mencintai rakyatnya dengan lemah lembut.
“Tanamkan dalam hatimu rasa kasih sayang, cinta dan kelembutan budi pekerti
pada rakyat. Jangan sampai kau jadikan dirimu laksana binatang buas yang
bersiap memangsa mereka. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua:
saudaramu dalam seagama atau serupamu sebagai sesama makhluk. Kadang-kadang
mereka tergelincir dalam kesalahan dan tergoda oleh pelanggaran, sehingga
timbul akibat perbuatan tangan mereka, baik sengaja atau tidak, (suatu
kejahatan).

Baca Juga :  Cetak Biru Brilian Genre dalam Sepatu untuk Pak Guru

“Oleh sebab itu, berilah
maaf dan ampunanmu pada mereka sedapat mungkin, sebagaimana juga engkau
mengharapkannya dari Tuhanmu. Engkau berada di atas mereka; pemimpin yang
mengangkatmu berada di atasmu; dan Allah SWT berada di atas orang yang telah
mengangkatmu! Sungguh, Allah telah menugaskan kepadamu penyelesaian urusan
mereka dan Dia mengujimu dengan mereka.”

Ketiga, Curahkan Perhatian kepada Fakir dan Miskin

“Ingatlah Allah dan ingatlah
Allah selalu dalam perlakuanmu terhadap rakyatmu yang berada di tingkat
terbawah. Terutama mereka yang lemah tak berdaya, kau fakir-miskin dan mereka
yang dipaksa oleh kebutuhan, orang-orang sengsara dan penderita cacat. Termasuk
dalam kelompok ini, mereka yang meminta-minta dan yang selalu mengharapkan
pemberian.”

“Ingatlah Allah dan ingatlah
selalu orang-orang seperti itu yang dititipkan-Nya kepadamu! Berilah mereka
bagian dari Bayt al-Maal serta bagian dari rampasan perang dan hasil tanah di
seluruh penjuru negeri. Semua mereka, yang dekat maupun yang jauh, telah
ditetapkan untuknya bagiannya dan diperhatikan kepentingannya. Jangan
sekali-kali kau disibukkan oleh kemewahan sehingga melalaikan mereka. Dan
jangan beranggapan bahwa kau tidak akan dituntut akibat melalaikan yang remeh
semata-mata disebabkan kau telah menyempurnakan berbagai urusan yang besar lagi
penting.”

Baca Juga :  Hak Warga Indonesia untuk Mengenal Sejarahnya

Keempat, Dengarkan mereka yang Tertindas

“Sempatkanlah dirimu untuk
menerima kehadiran orang-orang yang memerlukan bantuan keadilan darimu.
Duduklah bersama mereka dalam suatu majelis yang terbuka, agar disana kau
ber-tawadhu’merendahkan hati bagi Dia Yang menciptamu.

“Dalam pertemuan seperti
itu, seyogyanya kau singkirkan tentaramu, pembantu-pembantumu dan
pengawal-pengawalmu, agar mereka yang ingin menyampaikan keluhannya kepadamu
dapat melakukannya dengan tenang tanpa rasa takut dan cemas. Beberapa kali aku
telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tersucikan suatu umat
selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh kembali haknya dari si kuat
tanpa rasa takut dan cemas.”

Kelima, Tanamkan Kebaikan pada Rakyat

”Ingatlah bahwa rasa percaya
antara pemimpin dan yang dipimpin, hanya akan timbul karena adanya kebaikan,
keadilan, serta pelayanan. Oleh sebab itu, tanamlah kebaikan pada semua orang
karena niat baik mereka sudah meringankan bebanmu.Kebaikanmu terhadap mereka
akan menghasilkan kepercayaan mereka terhadapmu. Sementara sikap kasarmu akan
menimbulkan kebencian mereka.”

Memang, untuk menjadi seorang
pemimpin yang dicintai rakyatnya, tentunya dia harus memenuhi kewajibannya:
memberi bantuan, perlindungan, keadilan kepada rakyatnya. Demikian itulah,
mengurusi segala urusan rakyatnya.

Dalam satu Hadits disebutkan dari
‘Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baiknya
pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun
mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka
pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian
ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian,
juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian…” (HR.Muslim)

Demikian wallahu a’lam.

Terpopuler

Artikel Terbaru