26.3 C
Jakarta
Sunday, October 6, 2024

Mencipta Ruang Gerak Kreasi Pemuda dan Seutas Harapan Himpunan Pemuda

PEMUDA, banyak orang menyebut mereka generasi penerus bangsa, ada
juga yang mengatakan pemuda adalah aset besar negara. Bahkan, sampai ada juga
yang menyatakan bahwa pemuda memiliki andil besar terhadap pembangunan. Pun ada
pula yang paling ekstrem menyatakan, pemuda pun dapat ‘menghancurkan’ negara.

Konotasi tersebut merupakan
segelintir anggapan yang lazim dan umum sering didengar dan dibicarakan
masyarakat, baik obrolan di tingkat warung kopi, rumah makan, resto, meja
legislatif hingga eksekutif.

Mengapa pemuda dikaitkan erat
dengan frasa positif juga negatif? Wajar demikian, karena pemuda memiliki peran
vital sebagai tongkat estafet kepemimpinan. Jika pemuda sudah dibina dengan
baik dan benar, tentu mereka akan menjadi pengganti nahkoda kepemimpinan yang baik.
Sebaliknya andaikan pemuda diabaikan, maka akan memberikan dampak penurunan pembangunan
bahkan ‘kehancuran’.

Usia pemuda tentunya tidaklah
serasi lagi dikatakan usia emas, seperti apa yang disematkan untuk anak-anak di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pemuda adalah berlian. Pemuda adalah permata
paling berharga. Namun, permata akan kehilangan pesonanya jika hanya disimpan
dalam kotak kecil tertutup nan terkunci rapat. Malahan permata itu tidak akan
terlihat keindahannya kalau tertutup debu.

Ruang! Ya, itulah salah satu
kunci utamanya. Pemuda harus diberikan wadah untuk berekspresi, berinovasi dan
berinteraksi dalam berbagai bidang. Baik itu seni, budaya, pariwisata,
pendidikan, keagamaan dan bidang-bidang lainnya.

Mengenai ruang ini, sudah banyak
organisasi-organisasi kepemudaan yang menyediakan wadah pemuda untuk berkumpul.
Itu dalam upaya membina pemuda. Namun, sudah maksimalkah jika hanya menyediakan
ruang! Jawabannya tentu tidak.

Mari mengimajinasikan analogi
seorang pelajar di sebuah sekolah. Jika saat tiba di ruang kelas kemudian
duduk, diam, mendengarkan lalu pulang tanpa diberikan kesempatan menulis,
kesempatan bertanya bahkan kesempatan menyerap ilmu oleh  gurunya. 
Dalam kondisi tersebut semua orang bisa menyimpulkan kemungkinan besar
yang akan menjadi bias.

Baca Juga :  Awas, Kebiasaan Menggigit Kuku Berdampak Mengerikan

Karena itulah, dalam standar
mengajar seorang guru selalu meminta kepada peserta didik untuk aktif bertanya,
menulis dengan baik. Sehingga dapat memperoleh ilmu dengan baik dan benar.
Menarik inti dari analogi itu, selain adanya ruang juga harus ada kebebasan
gerak bagi pemuda.

Strategi itulah yang dilakukan
organisasi kepemudaan Himpunan Pemuda Katingan (Hapakat). Organisasi lokal Bumi Penyang Hinje Simpei ini
memprioritaskan fasilitasi ruang dan gerak bagi pemuda untuk beraksi dan berkreasi.

Sejumlah kegiatan telah
dilaksanakan Hapakat sebagai upaya stimulasi bagi pemuda untuk mengasah
kemampuan diri. Satu diantaranya kegiatan Pelatihan Jurnalistik Milenial tahun
2020 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-92 yang diselenggarakan di
Aula Kantor PWI Kabupaten Katingan, Rabu (28/10).

Ketua Divisi Pendidikan dan
Olahraga Hapakat, Hairul Saleh mengatakan, inisiasi menggiat pelatihan jurnalistik
dilatarbelakangi dari pengamatan perkembangan kemajuan informasi teknologi yang
semakin pesat. Sekarang ini, berbagai macam informasi ada di dunia maya. Ada
yang bermanfaat, ada yang menjadi tidak berguna bahkan menjadi mudarat.

“Peserta yang mengikuti
kegiatan pelatihan jurnalistik adalah para pemuda, khususnya kalangan pelajar
tingkat SMA Sederajat dan perguruan tinggi,” ujar Hairul Saleh,

Alasan utama memilih generasi
muda dari kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai peserta adalah untuk
memberikan ilmu tulis menulis yang baik dan benar dalam dunia jurnalistik.
Modal pemuda untuk beraksi di dunia jurnalistik yaitu dengan diberikan ilmu
dasar-dasar jurnalistik. Dan untuk kreasi mereka adalah dengan menulis
konten-konten yang bermanfaat.

“Dengan artian pelatihan
jurnalistik adalah sebagai wadah atau ruangnya,” imbuh putra Desa Samba
Bakumpai, Kecamatan Katingan Tengah ini.

Baca Juga :  Ini Loh Manfaat 'Waluh' untuk Kesehatan

Lantas bagaimana dengan ruang
kreasinya? Menurut pria yang pernah memegang gelar juara I cabang olahraga
bulutangkis ganda putra, kategori pelajar SMP tahun 2006 silam pada even
olimpiade pelajar tingkat Kabupaten Katingan ini, langkah-langkah yang diambil
adalah dengan membentuk komunitas Jurnalisme Pemuda Katingan.

Dalam komunitas itulah pemuda
dilatih secara maksimal setelah mendapatkan modal ilmu dasar-dasar jurnalistik.
Aksinya adalah pemuda diarahkan menulis karya jurnalistik yang berdampak
positif untuk pembangunan daerah.

“Dalam kreativitas kita
fokuskan pemuda untuk menuliskan keindahan, potensi dan ragam objek wisata di
Kabupaten Katingan. Kami yakin cara ini memberi dampak positif membantu
Pemerintah Daerah dalam menggenjot dunia bisnis pariwisata. Yang menjadi tugas
besar kita adalah menjaga komitmen dan konsistensi,” lugas dia.

Upaya yang dilakukan Hapakat
mungkin bukan berskala besar dan dapat menampung pemuda dalam bilangan angka
yang banyak, dan juga hanya terlihat seperti memberikan seulas tali harapan
bagi pemuda. Namun itulah salah satu itikad memperjuangkan eksistensi dan
kapasitas pemuda.

Organisasi Hapakat dengan segenap
kemampuan nya berupaya mencipta pemuda 
sebagai permata yang bernilai dan berkilau, meskipun permata itu hanya
sedikit. Gerakan  Hapakat patut
diapresiasi.

Yang tidak diinginkan dan ironis
jika ada banyak permata yang ditampung dalam peti besar tanpa ada yang melihat
kilauannya. Berikanlah ruang dan berikanlah kebebasan bergerak menuju hal
positif bagi kaum pemuda.

Mari semua organisasi yang pro
pemuda, mari bersama kita membina dan melatih pemuda kita menuju generasi
penerus bangsa yang handal. Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020
“Pemuda Maju”.

(Penulis adalah jurnalis di
Kabupaten Katingan dan pengurus HAPAKAT)

PEMUDA, banyak orang menyebut mereka generasi penerus bangsa, ada
juga yang mengatakan pemuda adalah aset besar negara. Bahkan, sampai ada juga
yang menyatakan bahwa pemuda memiliki andil besar terhadap pembangunan. Pun ada
pula yang paling ekstrem menyatakan, pemuda pun dapat ‘menghancurkan’ negara.

Konotasi tersebut merupakan
segelintir anggapan yang lazim dan umum sering didengar dan dibicarakan
masyarakat, baik obrolan di tingkat warung kopi, rumah makan, resto, meja
legislatif hingga eksekutif.

Mengapa pemuda dikaitkan erat
dengan frasa positif juga negatif? Wajar demikian, karena pemuda memiliki peran
vital sebagai tongkat estafet kepemimpinan. Jika pemuda sudah dibina dengan
baik dan benar, tentu mereka akan menjadi pengganti nahkoda kepemimpinan yang baik.
Sebaliknya andaikan pemuda diabaikan, maka akan memberikan dampak penurunan pembangunan
bahkan ‘kehancuran’.

Usia pemuda tentunya tidaklah
serasi lagi dikatakan usia emas, seperti apa yang disematkan untuk anak-anak di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pemuda adalah berlian. Pemuda adalah permata
paling berharga. Namun, permata akan kehilangan pesonanya jika hanya disimpan
dalam kotak kecil tertutup nan terkunci rapat. Malahan permata itu tidak akan
terlihat keindahannya kalau tertutup debu.

Ruang! Ya, itulah salah satu
kunci utamanya. Pemuda harus diberikan wadah untuk berekspresi, berinovasi dan
berinteraksi dalam berbagai bidang. Baik itu seni, budaya, pariwisata,
pendidikan, keagamaan dan bidang-bidang lainnya.

Mengenai ruang ini, sudah banyak
organisasi-organisasi kepemudaan yang menyediakan wadah pemuda untuk berkumpul.
Itu dalam upaya membina pemuda. Namun, sudah maksimalkah jika hanya menyediakan
ruang! Jawabannya tentu tidak.

Mari mengimajinasikan analogi
seorang pelajar di sebuah sekolah. Jika saat tiba di ruang kelas kemudian
duduk, diam, mendengarkan lalu pulang tanpa diberikan kesempatan menulis,
kesempatan bertanya bahkan kesempatan menyerap ilmu oleh  gurunya. 
Dalam kondisi tersebut semua orang bisa menyimpulkan kemungkinan besar
yang akan menjadi bias.

Baca Juga :  Awas, Kebiasaan Menggigit Kuku Berdampak Mengerikan

Karena itulah, dalam standar
mengajar seorang guru selalu meminta kepada peserta didik untuk aktif bertanya,
menulis dengan baik. Sehingga dapat memperoleh ilmu dengan baik dan benar.
Menarik inti dari analogi itu, selain adanya ruang juga harus ada kebebasan
gerak bagi pemuda.

Strategi itulah yang dilakukan
organisasi kepemudaan Himpunan Pemuda Katingan (Hapakat). Organisasi lokal Bumi Penyang Hinje Simpei ini
memprioritaskan fasilitasi ruang dan gerak bagi pemuda untuk beraksi dan berkreasi.

Sejumlah kegiatan telah
dilaksanakan Hapakat sebagai upaya stimulasi bagi pemuda untuk mengasah
kemampuan diri. Satu diantaranya kegiatan Pelatihan Jurnalistik Milenial tahun
2020 dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-92 yang diselenggarakan di
Aula Kantor PWI Kabupaten Katingan, Rabu (28/10).

Ketua Divisi Pendidikan dan
Olahraga Hapakat, Hairul Saleh mengatakan, inisiasi menggiat pelatihan jurnalistik
dilatarbelakangi dari pengamatan perkembangan kemajuan informasi teknologi yang
semakin pesat. Sekarang ini, berbagai macam informasi ada di dunia maya. Ada
yang bermanfaat, ada yang menjadi tidak berguna bahkan menjadi mudarat.

“Peserta yang mengikuti
kegiatan pelatihan jurnalistik adalah para pemuda, khususnya kalangan pelajar
tingkat SMA Sederajat dan perguruan tinggi,” ujar Hairul Saleh,

Alasan utama memilih generasi
muda dari kalangan pelajar dan mahasiswa sebagai peserta adalah untuk
memberikan ilmu tulis menulis yang baik dan benar dalam dunia jurnalistik.
Modal pemuda untuk beraksi di dunia jurnalistik yaitu dengan diberikan ilmu
dasar-dasar jurnalistik. Dan untuk kreasi mereka adalah dengan menulis
konten-konten yang bermanfaat.

“Dengan artian pelatihan
jurnalistik adalah sebagai wadah atau ruangnya,” imbuh putra Desa Samba
Bakumpai, Kecamatan Katingan Tengah ini.

Baca Juga :  Ini Loh Manfaat 'Waluh' untuk Kesehatan

Lantas bagaimana dengan ruang
kreasinya? Menurut pria yang pernah memegang gelar juara I cabang olahraga
bulutangkis ganda putra, kategori pelajar SMP tahun 2006 silam pada even
olimpiade pelajar tingkat Kabupaten Katingan ini, langkah-langkah yang diambil
adalah dengan membentuk komunitas Jurnalisme Pemuda Katingan.

Dalam komunitas itulah pemuda
dilatih secara maksimal setelah mendapatkan modal ilmu dasar-dasar jurnalistik.
Aksinya adalah pemuda diarahkan menulis karya jurnalistik yang berdampak
positif untuk pembangunan daerah.

“Dalam kreativitas kita
fokuskan pemuda untuk menuliskan keindahan, potensi dan ragam objek wisata di
Kabupaten Katingan. Kami yakin cara ini memberi dampak positif membantu
Pemerintah Daerah dalam menggenjot dunia bisnis pariwisata. Yang menjadi tugas
besar kita adalah menjaga komitmen dan konsistensi,” lugas dia.

Upaya yang dilakukan Hapakat
mungkin bukan berskala besar dan dapat menampung pemuda dalam bilangan angka
yang banyak, dan juga hanya terlihat seperti memberikan seulas tali harapan
bagi pemuda. Namun itulah salah satu itikad memperjuangkan eksistensi dan
kapasitas pemuda.

Organisasi Hapakat dengan segenap
kemampuan nya berupaya mencipta pemuda 
sebagai permata yang bernilai dan berkilau, meskipun permata itu hanya
sedikit. Gerakan  Hapakat patut
diapresiasi.

Yang tidak diinginkan dan ironis
jika ada banyak permata yang ditampung dalam peti besar tanpa ada yang melihat
kilauannya. Berikanlah ruang dan berikanlah kebebasan bergerak menuju hal
positif bagi kaum pemuda.

Mari semua organisasi yang pro
pemuda, mari bersama kita membina dan melatih pemuda kita menuju generasi
penerus bangsa yang handal. Selamat Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020
“Pemuda Maju”.

(Penulis adalah jurnalis di
Kabupaten Katingan dan pengurus HAPAKAT)

Terpopuler

Artikel Terbaru