28.2 C
Jakarta
Friday, January 31, 2025

Upaya Pengrajin Anyaman Purun di Seruyan: Terus Bernovasi untuk Bisa Bertahan

KERAJINAN tangan dari tanaman purun di Kabupaten Seruyan masih tetap bertahan. Pasalnya, bagi para pengrajin purun hasil olahan kerajinan tangan mereka dapat menghasilkan pundi-pundi ekonomi bagi masyarakat, khususnya para pengrajin.

Bahtiar Edy Faisal, KUALA PEMBUANG

Salah satunya, Sunarni. Ibu dua anak yang telah memulai usaha kerajinan tanaman purun dari tahun 2011 ini, selain tekun dan ulet dalam usaha kerajinan, dia juga harus terus berinovasi agar produk atau olahan kerajinan tersebut dapat terjual di pasaran.

“Kalau mengenyam purun ini memang sudah turun temurun. Tapi kalau untuk olahan seperti tas yang modern memang kita dapat pelatihan dari pemerintah. Seperti membuat tas, dompet, ikat pinggang, id card dan lainnya,” katanya saat disambangi prokalteng.co, Selasa (14/1).

Meskipun pemerintah daerah melalui dinas terkait telah membantu mereka untuk mengikuti pelatihan dalam mengembangkan produk, namun yang tengah dihadapi para pengrajin setempat saat ini, yaitu pemasaran produk.

Baca Juga :  Raja Tega! Pria di Seruyan Ini Lampiaskan Nafsu Birahi Kepada Anak Kandungnya

“Kendala memang pemasaran saja. Apalagi kalau yang online gitu, saya tidak bisa. Makanya jual seperti ini saja. Kalau ada yang pesan kita buatkan,”ujarnya.

Dia menuturkan, beragam kerajinan tangan dari bahan tanaman purun yang telah dihasilkan, Sunarni. Mulai dari tas purun yang dijual kisaran Rp 30 ribu rupiah, hingga tas-tas modern berbahan purun yang dikombinasikan anyaman rotan dan bahan kulit maupun jenis tas kapsul dan lainnya yang dijual dengan harga bervariasi.

Hasil kerajinan yang rapi, dari tangan terampil itu pun menarik perhatian masyarakat untuk membeli. Termasuk kalangan masyarakat lokal yang bekerja di perkantoran di pemerintah daerah setempat.

“Kalau untuk yang kerajinan seperti tas – tas ini, kebanyakan yang dibeli itu mereka yang dari perkantoran,”katanya.

Baca Juga :  Kinerja Maksimal, Disdik Sebut Jumlah Pengawas Sekolah di Seruyan Terbatas

Lebih jauh dia menceritakan, jika harga bahan utama untuk olahan kerajinan saat masih mudah didapatkan, dengan harga Rp 8 ribu rupiah purun per ikat. Sedangkan untuk untuk bahan seperti rotan di beli per lembar dari Kabupaten Kapuas.

Ibu kelahiran 1978 ini pun tetap merasa bersyukur, usaha yang telah digelutinya dari belasan tahun itu masih bisa berjalan. Pasalnya, selain untuk kebutuhan sehari-hari, dari usaha tersebut mampu menguliahkan anaknya di salah satu universitas ternama di Kota Palangka Raya.

“Alhmdulillah usaha seperti ini, saya bisa sekolahkan anak saya sampai kuliah, sekarang sudah lulus. Ya harapan saya tentunya pemerintah juga ikut memajukan kerajinan anyaman purun ini. Termasuk juga membantu untuk pemasaran,” harapnya. (*)

KERAJINAN tangan dari tanaman purun di Kabupaten Seruyan masih tetap bertahan. Pasalnya, bagi para pengrajin purun hasil olahan kerajinan tangan mereka dapat menghasilkan pundi-pundi ekonomi bagi masyarakat, khususnya para pengrajin.

Bahtiar Edy Faisal, KUALA PEMBUANG

Salah satunya, Sunarni. Ibu dua anak yang telah memulai usaha kerajinan tanaman purun dari tahun 2011 ini, selain tekun dan ulet dalam usaha kerajinan, dia juga harus terus berinovasi agar produk atau olahan kerajinan tersebut dapat terjual di pasaran.

“Kalau mengenyam purun ini memang sudah turun temurun. Tapi kalau untuk olahan seperti tas yang modern memang kita dapat pelatihan dari pemerintah. Seperti membuat tas, dompet, ikat pinggang, id card dan lainnya,” katanya saat disambangi prokalteng.co, Selasa (14/1).

Meskipun pemerintah daerah melalui dinas terkait telah membantu mereka untuk mengikuti pelatihan dalam mengembangkan produk, namun yang tengah dihadapi para pengrajin setempat saat ini, yaitu pemasaran produk.

Baca Juga :  Raja Tega! Pria di Seruyan Ini Lampiaskan Nafsu Birahi Kepada Anak Kandungnya

“Kendala memang pemasaran saja. Apalagi kalau yang online gitu, saya tidak bisa. Makanya jual seperti ini saja. Kalau ada yang pesan kita buatkan,”ujarnya.

Dia menuturkan, beragam kerajinan tangan dari bahan tanaman purun yang telah dihasilkan, Sunarni. Mulai dari tas purun yang dijual kisaran Rp 30 ribu rupiah, hingga tas-tas modern berbahan purun yang dikombinasikan anyaman rotan dan bahan kulit maupun jenis tas kapsul dan lainnya yang dijual dengan harga bervariasi.

Hasil kerajinan yang rapi, dari tangan terampil itu pun menarik perhatian masyarakat untuk membeli. Termasuk kalangan masyarakat lokal yang bekerja di perkantoran di pemerintah daerah setempat.

“Kalau untuk yang kerajinan seperti tas – tas ini, kebanyakan yang dibeli itu mereka yang dari perkantoran,”katanya.

Baca Juga :  Kinerja Maksimal, Disdik Sebut Jumlah Pengawas Sekolah di Seruyan Terbatas

Lebih jauh dia menceritakan, jika harga bahan utama untuk olahan kerajinan saat masih mudah didapatkan, dengan harga Rp 8 ribu rupiah purun per ikat. Sedangkan untuk untuk bahan seperti rotan di beli per lembar dari Kabupaten Kapuas.

Ibu kelahiran 1978 ini pun tetap merasa bersyukur, usaha yang telah digelutinya dari belasan tahun itu masih bisa berjalan. Pasalnya, selain untuk kebutuhan sehari-hari, dari usaha tersebut mampu menguliahkan anaknya di salah satu universitas ternama di Kota Palangka Raya.

“Alhmdulillah usaha seperti ini, saya bisa sekolahkan anak saya sampai kuliah, sekarang sudah lulus. Ya harapan saya tentunya pemerintah juga ikut memajukan kerajinan anyaman purun ini. Termasuk juga membantu untuk pemasaran,” harapnya. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru