27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Manjakan Pencinta Musik Indie, Baskoro Rilis Secangkir Teh

Menjatuhkan
pilihan pada genre yang tengah laris, pop folk, dengan penguatan pada lirik
membuat Baskoro, band indie pendatang baru asal Jakarta memberanikan diri
menyeduh single perdananya, “Secangkir Teh”. Tak ada pilihan untuk mundur, band
yang digawangi Luhur Baskoro dan Andre Novriyan ini pun siap tancap gas
meramaikan industri musik indie tanah air. Andre, sang vokalis mengatakan
Baskoro memang bergenre pop folk yang kuat pada nuansa akustik.

“Kenapa
kami pilih pop folk? Berangkat dari keinginan memiliki karya yang bisa diterima
di berbagai kalangan. Kami menilai pop folk cukup untuk mempresentasikan hal
tersebut,” kata Andre dalam pesan elektroniknya, Rabu (16/9).

Dari
awal pemilihan genre, kata Andre, Baskoro selalu berpikir tentang musik yang
easy listening, sopan masuk ke telinga dengan kata lain bisa diterima banyak
kalangan. “Kami berusaha mengaransemen musik yang ringan, namun dengan
penguatan pada lirik,” ungkap pemilik akun Instagram @andrenovriyan.

Pemilihan
nama Baskoro sendiri, karena project ini awalnya dicetuskan oleh sang gitaris,
Luhur Baskoro.  Kemudian atas kesepakatan
bersama dipilih nama belakang dari Luhur Baskoro tersebut.

“Karena
nama ‘Baskoro’ pun terdengar sangat pop folk sekali, cocok dengan genrenya,”
jelas Andre menceritakan sejarah penamaan band mereka.

Baca Juga :  Pilih Operasi Bokong Dibanding Payudara

Luhur
menambahkan, meski nama Baskoro diambil dari nama belakang dirinya, tetapi
brand itu sendiri merupakan representasi dari dua personel, yakni Luhur Baskoro
dan Andre Novriyan. Selain itu juga ada dua orang lainnya yang memiliki peran
penting di Baskoro, yakni Haykal Ghifari dan Haris Sinuhaji.

 â€œJadi kalau ditanya, ini bukan solo atau duet
tapi band,” tegas Luhur.

Baskoro
terbentuk April 2020 persis di tengah pandemi COVID-19. Awal mulanya, project
ini dirintis oleh dua orang sebagai project duo. Namun karena beberapa alasan,
Luhur memilih untuk melanjutkan sendiri dan bertemu dengan Andre, Haykal, dan
Haris yang membantu dalam proses pembuatan single Secangkir Teh. Proses
pembuatan single Secangkir Teh memakan waktu yang tidak sebentar.

“Agak
lama untuk sebuah single, sekitar dua bulan. Ini terjadi karena di masa pandemi
banyak sekali hambatannya. Juga ada beberapa kendala teknis saat rekaman,” kata
alumnus Gitar Klasik Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan 2014 ini.

Lagu
dalam ‘Secangkir Teh’ sendiri terinspirasi dari pengalaman banyak orang yang
kemudian ditangkap dan dituangkan Luhur sebagai penulis lagu ke dalam lirik.
Lagu tersebut bercerita tentang sebuah kekecewaan atas sebuah penantian
panjang.

Baca Juga :  Bahagia Dilamar di Helikopter

“Apa
pun itu, bisa cinta, harapan, tujuan, target hidup yang sudah disiapkan lama
dan ternyata terpaksa gagal di depan mata dan hanya bisa berpasrah diri
menerima keadaan,” tutur pemilik akun Instagram @baskoro_luhur ini.

Judul
Secangkir Teh  juga dipili karena
secangkir teh kerap disajikan dalam berbagai momentum. Dengan menyeruput
secangkir teh pula, bisa membuat lidah siapa pun gayeng atau ringan dalam
membuka pembicaraan.

Dari
secangkir itu juga, kata Luhur, bisa mencairkan suasana, bahkan saling
menguatkan Dalam konteks karya, secara filosofis Secangkir Teh menjadi sinyal
pembuka dari rentetan single-single selanjutnya dari Baskoro, dan menjadi modal
bertarung menuju langkah berikutnya yakni memiliki Extended Play (EP) atau mini
album.

Kini,
Secangkir Teh sudah dapat diseduh di berbagai platform digital seperti Spotify,
iTunes, Apple Music juga YouTube official Baskoro dan platform lainnya.

“Kami
optimistis bisa melangkah ke level berikutnya di jalur indie. Dengan adanya
internet dan platform-platform digital di era disrupsi teknologi makin
memudahkan musisi untuk menawarkan karyanya. 
Baskoro sudah memilih nyemplung, jadi gas terus tidak ada kata berhenti
berkarya,” pungkas Luhur. 

Menjatuhkan
pilihan pada genre yang tengah laris, pop folk, dengan penguatan pada lirik
membuat Baskoro, band indie pendatang baru asal Jakarta memberanikan diri
menyeduh single perdananya, “Secangkir Teh”. Tak ada pilihan untuk mundur, band
yang digawangi Luhur Baskoro dan Andre Novriyan ini pun siap tancap gas
meramaikan industri musik indie tanah air. Andre, sang vokalis mengatakan
Baskoro memang bergenre pop folk yang kuat pada nuansa akustik.

“Kenapa
kami pilih pop folk? Berangkat dari keinginan memiliki karya yang bisa diterima
di berbagai kalangan. Kami menilai pop folk cukup untuk mempresentasikan hal
tersebut,” kata Andre dalam pesan elektroniknya, Rabu (16/9).

Dari
awal pemilihan genre, kata Andre, Baskoro selalu berpikir tentang musik yang
easy listening, sopan masuk ke telinga dengan kata lain bisa diterima banyak
kalangan. “Kami berusaha mengaransemen musik yang ringan, namun dengan
penguatan pada lirik,” ungkap pemilik akun Instagram @andrenovriyan.

Pemilihan
nama Baskoro sendiri, karena project ini awalnya dicetuskan oleh sang gitaris,
Luhur Baskoro.  Kemudian atas kesepakatan
bersama dipilih nama belakang dari Luhur Baskoro tersebut.

“Karena
nama ‘Baskoro’ pun terdengar sangat pop folk sekali, cocok dengan genrenya,”
jelas Andre menceritakan sejarah penamaan band mereka.

Baca Juga :  Pilih Operasi Bokong Dibanding Payudara

Luhur
menambahkan, meski nama Baskoro diambil dari nama belakang dirinya, tetapi
brand itu sendiri merupakan representasi dari dua personel, yakni Luhur Baskoro
dan Andre Novriyan. Selain itu juga ada dua orang lainnya yang memiliki peran
penting di Baskoro, yakni Haykal Ghifari dan Haris Sinuhaji.

 â€œJadi kalau ditanya, ini bukan solo atau duet
tapi band,” tegas Luhur.

Baskoro
terbentuk April 2020 persis di tengah pandemi COVID-19. Awal mulanya, project
ini dirintis oleh dua orang sebagai project duo. Namun karena beberapa alasan,
Luhur memilih untuk melanjutkan sendiri dan bertemu dengan Andre, Haykal, dan
Haris yang membantu dalam proses pembuatan single Secangkir Teh. Proses
pembuatan single Secangkir Teh memakan waktu yang tidak sebentar.

“Agak
lama untuk sebuah single, sekitar dua bulan. Ini terjadi karena di masa pandemi
banyak sekali hambatannya. Juga ada beberapa kendala teknis saat rekaman,” kata
alumnus Gitar Klasik Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan 2014 ini.

Lagu
dalam ‘Secangkir Teh’ sendiri terinspirasi dari pengalaman banyak orang yang
kemudian ditangkap dan dituangkan Luhur sebagai penulis lagu ke dalam lirik.
Lagu tersebut bercerita tentang sebuah kekecewaan atas sebuah penantian
panjang.

Baca Juga :  Bahagia Dilamar di Helikopter

“Apa
pun itu, bisa cinta, harapan, tujuan, target hidup yang sudah disiapkan lama
dan ternyata terpaksa gagal di depan mata dan hanya bisa berpasrah diri
menerima keadaan,” tutur pemilik akun Instagram @baskoro_luhur ini.

Judul
Secangkir Teh  juga dipili karena
secangkir teh kerap disajikan dalam berbagai momentum. Dengan menyeruput
secangkir teh pula, bisa membuat lidah siapa pun gayeng atau ringan dalam
membuka pembicaraan.

Dari
secangkir itu juga, kata Luhur, bisa mencairkan suasana, bahkan saling
menguatkan Dalam konteks karya, secara filosofis Secangkir Teh menjadi sinyal
pembuka dari rentetan single-single selanjutnya dari Baskoro, dan menjadi modal
bertarung menuju langkah berikutnya yakni memiliki Extended Play (EP) atau mini
album.

Kini,
Secangkir Teh sudah dapat diseduh di berbagai platform digital seperti Spotify,
iTunes, Apple Music juga YouTube official Baskoro dan platform lainnya.

“Kami
optimistis bisa melangkah ke level berikutnya di jalur indie. Dengan adanya
internet dan platform-platform digital di era disrupsi teknologi makin
memudahkan musisi untuk menawarkan karyanya. 
Baskoro sudah memilih nyemplung, jadi gas terus tidak ada kata berhenti
berkarya,” pungkas Luhur. 

Terpopuler

Artikel Terbaru