26.2 C
Jakarta
Tuesday, December 31, 2024

Lidah Dipotong Demi Bungkam Kebenaran

PROKALTENG.CO – Sutradara Yosep Anggi Noen menghadirkan sebuah film
unik ke hadapan para penikmat film Tanah Air lewat The Science of Fictions. Film yang mengulas tentang pendaratan
manusia di bulan ini memiliki pesan yang kuat di mana kebenaran berusaha
dibungkam oleh pemilik otoritas karena menyangkut kepentingan.

Karakter tokoh Siman (diperankan
Gunawan Maryanto) dalam film ini diceritakan melihat proses syuting pendaratan
manusia di bulan. Lokasi syutingnya di Gumuk Pasir Parangkusumo, Jogjakarta,
pada tahun 1960-an. Syuting ini sifatnya rahasia karena akan diklaim sebagai
pendaratan manusia di bulan.

Tanpa sengaja, Siman melihat
proses syuting pendaratan manusia di bulan oleh kru asing. Takut rahasianya
dibocorkan, Siman lantas ditangkap penjaga dan lidahnya dipotong supaya tidak
bisa mengungkapkan fakta yang sesungguhnya kepada orang lain.

Siman yang sudah tidak bisa
berbicara lantaran lidahnya dipotong tetap berusaha mengungkapkan fakta yang
sesungguhnya, bahwa pendaratan manusia di bulan adalah sebuah kebohongan dan
tidak benar-benar terjadi. Selama puluhan tahun lamanya, Siman bergerak pelan
berusaha menirukan gerakan astronot di luar angkasa untuk membuktikan kebenaran
pengalamannya. Sayangnya Siman malah dianggap gila oleh lingkungan sekitar.

Baca Juga :  Dilabrak Nikita Mirzani, Elza Syarief: Dia Mungkin Stres

Film The Science of Fictions menjanjikan sebuah eksplorasi visual dan
penceritaan yang berbeda dibandingkan film-film lainnya. Pengalaman sinema ini
semakin nikmat jika dirasakan di bioskop. Yosep Anggi Noe berkolaborasi dengan
sinematografer Teoh Gay Hian dalam menggarap film yang sukses meraih
penghargaan Pemeran Utama Terbaik dalam gelaran Festival Film Indonesia (FFI)
2020.

Yosep Anggi Noe mengatakan, dalam
proses pembutan film ini ia menggunakan sejumlah jenis kamera untuk
mengabadikan momen. Sebab film ini banyak menyorot adegan Siman yang berjalan
pelan menirukan gaya gerakan astronot.

“Film ini adalah tentang manusia
yang bergerak pelan, jadi kami membicarakan bagaimana seharusnya kamera merekam
gerak Siman. Film ini direkam dengan banyak jenis kamera; HD, handycam, GoPro,
kamera slowspeed, drone dan juga menunjukkan berbagai jenis kamera di layar
termasuk roll film 16 mm,” katanya.

Baca Juga :  Gisel Akan Diperiksa Sebagai Tersangka, Bakal Langsung Dipenjara?

“Konsep ini saya rancang sebagai
bentuk main-main untuk menunjukkan lintasan teknologi audio visual yang
aksesnya saat ini semakin mudah, ada di setiap tangan manusia, lekat dengan
tubuh dan semakin personal,” imbuh Anggi.

Film ini sudah tayang di bioskop
sejak 10 Desember kemarin. Lukman Sardi, salah satu pemain, optimistis film ini
akan disukai banyak orang karena memiliki gaya penceritaan yang unik dan khas.

“Film ini disukai yang dibuktikan
dengan adanya penambahan layar,” aku Lukman Sardi.

Sementara Asmara Abigail
mengatakan, dirinya senang sekali diajak terlibat dalam film ini. Proses
syutingnya pun disebutnya sangat menyenangkan dilakukan pada 2018 silam.

“Sangat deg-degan juga dengan
karakter Nadia yang aku perankan. Kehadiran ha di hidup Siman sangat menarik
ada sisi kemanusiaannya,” tuturnya.

Selain Lukman Sardi, Gunawan
Maryanto dan Asmara Abigail, film ini juga diperkuat oleh Ecky Lamoh, Yudi
Ahmad Tajudin, Rusini, Alex Suhendra, dan Marissa Anita.

PROKALTENG.CO – Sutradara Yosep Anggi Noen menghadirkan sebuah film
unik ke hadapan para penikmat film Tanah Air lewat The Science of Fictions. Film yang mengulas tentang pendaratan
manusia di bulan ini memiliki pesan yang kuat di mana kebenaran berusaha
dibungkam oleh pemilik otoritas karena menyangkut kepentingan.

Karakter tokoh Siman (diperankan
Gunawan Maryanto) dalam film ini diceritakan melihat proses syuting pendaratan
manusia di bulan. Lokasi syutingnya di Gumuk Pasir Parangkusumo, Jogjakarta,
pada tahun 1960-an. Syuting ini sifatnya rahasia karena akan diklaim sebagai
pendaratan manusia di bulan.

Tanpa sengaja, Siman melihat
proses syuting pendaratan manusia di bulan oleh kru asing. Takut rahasianya
dibocorkan, Siman lantas ditangkap penjaga dan lidahnya dipotong supaya tidak
bisa mengungkapkan fakta yang sesungguhnya kepada orang lain.

Siman yang sudah tidak bisa
berbicara lantaran lidahnya dipotong tetap berusaha mengungkapkan fakta yang
sesungguhnya, bahwa pendaratan manusia di bulan adalah sebuah kebohongan dan
tidak benar-benar terjadi. Selama puluhan tahun lamanya, Siman bergerak pelan
berusaha menirukan gerakan astronot di luar angkasa untuk membuktikan kebenaran
pengalamannya. Sayangnya Siman malah dianggap gila oleh lingkungan sekitar.

Baca Juga :  Dilabrak Nikita Mirzani, Elza Syarief: Dia Mungkin Stres

Film The Science of Fictions menjanjikan sebuah eksplorasi visual dan
penceritaan yang berbeda dibandingkan film-film lainnya. Pengalaman sinema ini
semakin nikmat jika dirasakan di bioskop. Yosep Anggi Noe berkolaborasi dengan
sinematografer Teoh Gay Hian dalam menggarap film yang sukses meraih
penghargaan Pemeran Utama Terbaik dalam gelaran Festival Film Indonesia (FFI)
2020.

Yosep Anggi Noe mengatakan, dalam
proses pembutan film ini ia menggunakan sejumlah jenis kamera untuk
mengabadikan momen. Sebab film ini banyak menyorot adegan Siman yang berjalan
pelan menirukan gaya gerakan astronot.

“Film ini adalah tentang manusia
yang bergerak pelan, jadi kami membicarakan bagaimana seharusnya kamera merekam
gerak Siman. Film ini direkam dengan banyak jenis kamera; HD, handycam, GoPro,
kamera slowspeed, drone dan juga menunjukkan berbagai jenis kamera di layar
termasuk roll film 16 mm,” katanya.

Baca Juga :  Gisel Akan Diperiksa Sebagai Tersangka, Bakal Langsung Dipenjara?

“Konsep ini saya rancang sebagai
bentuk main-main untuk menunjukkan lintasan teknologi audio visual yang
aksesnya saat ini semakin mudah, ada di setiap tangan manusia, lekat dengan
tubuh dan semakin personal,” imbuh Anggi.

Film ini sudah tayang di bioskop
sejak 10 Desember kemarin. Lukman Sardi, salah satu pemain, optimistis film ini
akan disukai banyak orang karena memiliki gaya penceritaan yang unik dan khas.

“Film ini disukai yang dibuktikan
dengan adanya penambahan layar,” aku Lukman Sardi.

Sementara Asmara Abigail
mengatakan, dirinya senang sekali diajak terlibat dalam film ini. Proses
syutingnya pun disebutnya sangat menyenangkan dilakukan pada 2018 silam.

“Sangat deg-degan juga dengan
karakter Nadia yang aku perankan. Kehadiran ha di hidup Siman sangat menarik
ada sisi kemanusiaannya,” tuturnya.

Selain Lukman Sardi, Gunawan
Maryanto dan Asmara Abigail, film ini juga diperkuat oleh Ecky Lamoh, Yudi
Ahmad Tajudin, Rusini, Alex Suhendra, dan Marissa Anita.

Terpopuler

Artikel Terbaru