Site icon Prokalteng

48 Pelukis Wanita Jawa Timur Berbagi Keindahan di Ruang Bawah Tanah

Pengunjung mengamati lukisan karya para perupa perempuan yang dipamerkan di basement alun-alun Surabaya, Selasa (26/12). (FOTO: ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA)

PROKALTENG.CO-Sebanyak 43 perupa dengan 88 karya lukisan dipamerkan di ruang bawah tanah Alun-Alun Surabaya. Puluhan lukisan tersebut berasal dari karya Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI) Jawa Timur dengan berbagai karya lukisan.

Seperti lukisan wanita tua yang sedang membuat gerabah, ada juga lukisan Gus Dur dan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang diberi judul The Greatest Generation, hingga lukisan Air Terjun Moramo Sulawesi Tenggara.

Dengan mengangkat tema Sewindu Merajut Keindahan, perupa yang mayoritas merupakan perempuan tersebut ingin mempresentasikan pencapaian melalui karyakarya yang indah.

Sekaligus untuk mengaktualisasikan perempuan sebagai subyek yang turut memberikan corak dan warna akan pesatnya perkembangan seni rupa di Indonesia.

Dari puluhan perupa ada nama Inge Bejamin yang merupakan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Widya Mandala hingga anggota komisi D DPRD Surabaya, Dyah Katarina. Keduanya merupakan anggota IWPI.

Menurut Ketua Pameran Sewindu Merajut Keindahan, Paulina Soesri Handajani meski secara kuantitas perempuan perupa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki.

Namun dari masa ke masa sejumlah perempuan pelukis dapat mencetak berbagai pencapaian, baik dari sisi artistik dan gagasan maupun pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di sekitarnya.

“Kami (IWPI, Red) dalam catatan sejarah seni rupa Indonesia punya peranan penting dalam mengangkat perempuan pelukis dalam posisi yang terlihat,” tutur Paulina, Selasa (26/12).

Pameran lukisan tersebut, juga sebagai peringatan sewindu IWPI Jawa Timur berdiri. Oleh karena itu ia berharap pameran sewindu ini dapat memberikan wadah terbaik bagi para perupa perempuan dalam berkarya.

Karena selama ini menurutnya permasalahan bagi perempuan perupa di Indonesia bukanlah soal kecanggihan estetika, kreativitas maupun kemampuan, namun tentang kesempatan dan keterbukaan akses dan hambatan sosial.

“Selama ini perempuan kerap dianggap dalam menjalankan seni seolah hanya sebagai hobi yang dikerjakan di antara aktivitas lainnya. Semoga pameran ini memberikan wadah terbaik untuk meningkatkan kekaryaan dan turut mewarnai hinggar bingar perkembangan seni lukis tanah air,” harapnya. (rmt/nur/jpg/hnd)

Exit mobile version