32.3 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Kuda Gelap

Yang ingin cetak uang dituduh: akan
mengajak penumpang gelap.

Yang ingin cari utangan global pun
dituduh: jadi kuda Troya modal asing.

Cetak uang vs utang itu ternyata bukan
lagi urusan perbedaan mazhab, tetapi sudah menjadi urusan saling curiga. Seru
pula.

Itu terlihat dari forum Zoom kemarin
malam. Yang diselenggarakan oleh Narasi Institute. Yang sejak wabah Covid-19
sudah menyelenggarakan forum Zoom 40 kali –untuk banyak topik.

”Penumpang gelap” yang dimaksud adalah
pengusaha besar. Yang bekerja sama dengan politisi.

Atau dipakai oleh politisi.

Ups… Si politisi yang dipakai oleh si
pengusaha.

Sama sajalah.

Si penumpang gelap bisa ikut mendapat guyuran kredit khusus.
Dengan jumlah yang khusus. Dengan bunga khusus.

Karena itu kubu teknokrat tidak mau cetak
uang. Kalaupun harus terjadi penyalurannya tidak boleh berbentuk kredit khusus.

Bentuknya harus kredit komersial. Bunga
harus sesuai dengan yang berlaku di pasar. Agar tidak dimanfaatkan oleh
penumpang gelap.

Baiklah. Kita dengar juga kecurigaan
”kelompok cetak uang” terhadap ”kelompok hobi utang”.

”Mereka itu dipakai sebagai kuda Troya
oleh modal asing.”

Mereka tidak rela kalau ekonomi bangkit
segera. Mereka itu mengharapkan ekonomi semakin hancur. Biar nilai
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia jatuh. Setelah saham mereka menjadi
murah modal asing berebut membeli. Terjadilah gelombang peralihan kepemilikan
dari nasional ke asing.

Para panelis kubu ini juga
mempersoalkan global
bond
 yang hanya lebih banyak menguntungkan fund manager global. Kalau
cetak uang kan tidak perlu jasa fund
manager asing.

Penumpang gelap itu sendiri belum ada.
Entah kalau lagi disiapkan. Kuda Troya itu pun juga belum ada. Entah pula kalau
ternyata begitu.

Saling curiga itu kian kuat. Sampai
Mukhamad Misbakhun –anggota DPR RI Golkar yang memperjuangkan cetak uang–
tadi malam lebih hati-hati.

Baca Juga :  Hujan Deras Tak Halangi Petugas Lakukan Pemeriksaan di Pos Libas

Ia perlu menyampaikan disclaimer dulu
sebelum bicara. ”Kehadiran saya di sini sebagai pribadi…,” ujarnya. Sambil
tersenyum ia meneruskan kalimatnya ”…. Agar tidak diralat oleh fraksi.”

Rupanya pernyataan-pernyataan Misbakhun
di forum Zoom KB PII sebelumnya bikin meriang para politisi. Golkar lantas
seperti ingin cuci tangan dari apa yang dikatakan Misbakhun.

Namun orang seperti Sutrisno Bachir
melihat ”cuci-mencuci” seperti itu bagian dari sandiwara Golkar. ”Biasalah
Golkar begitu,” ujar Sutrisno Bachir –yang ternyata sudah bukan lagi ketua
Komite Ekonomi Nasional. KEN yang baru ternyata belum dibentuk –atau tidak
akan diadakan lagi?

Misbakhun-yang-pribadi di forum Narasi
ini sama dengan Misbakhun-yang-Golkar di forum KB PII –hanya ditambah dengan
kuda Troya.

Sayangnya tidak ada anggota aliran
teknokrat yang melawan Misbakhun di forum Zoom yang dimoderatori Ahmad Nur
Hidayat dari Narasi ini. 

Mantan Menkeu Fuad Bawazier memang hadir.
Tapi lebih banyak bicara soal virus lain yang harus diberantas dulu: korupsi,
perizinan, dan sebangsanya.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan
Roeslani, lebih banyak menyampaikan situasi terakhir para pengusaha. Yang keadaannya
susah sekali. Yang PHK-nya sudah lebih 6,5 juta.

”Pengusaha farmasi pun susah,” katanya.

Hah?!

Bukankah kita mengira pengusaha
farmasilah yang panen raya? Bukankah di masa wabah ini semua orang perlu obat?

”Harga bahan baku obat naik drastis,” ujar
Rosan. ”Sedang pembayarannya seret, terutama yang dari BPJS,” katanya.

Lebih sulit lagi, kata Rosan, pengusaha
angkutan, tekstil, dan properti.

Itu pulalah yang disorot oleh pembicara
seperti Dr. Yanuar Rizky. Ahli keuangan dari Aspirasi Indonesia Research
Institute.

”Akibat krisis ini kita bisa kehilangan
modal nasional,” ujar Yanuar. Yakni lenyapnya perusahaan-perusahaan nasional.
Lalu dibeli dengan murah oleh asing.

Intinya: ekonomi harus segera
diselamatkan. Jangan menunggu hancur. Bank-bank juga harus segera diselamatkan.
Justru sebelum ambruk.

Baca Juga :  Penutupan Lokalisasi Km 12 Ditunda

Sayang tidak ada Rizal Ramli –ekonom
yang tetap tidak setuju cetak uang. Bahkan RR –kode untuk Rizal Ramli–
menilai DPR telah keterlaluan.

”Pantas kalau Gus Dur bilang DPR itu
seperti taman kanak-kanak,” ujarnya. ”Persetujuan DPR itu betul-betul konyol,”
kata RR pada saya tadi malam.

”BI menolak. Menkeu menolak. Kok DPR
justru memberi persetujuan,” tambahnya.

RR memang anti-cetak uang-nya DPR
–sekaligus antiutang-nya Sri Mulyani. RR justru memuji langkah menteri BUMN
Erick Thohir. Yang menggunakan BRI untuk cari pinjaman murah.

”BRI itu top. Bisa dapat pinjaman dengan
bunga dua persen. Jauh lebih murah dari pinjaman yang dibuat Sri Mulyani
sebulan lalu. Yang bunganya 4,2 persen,” ujar Rizal. ”Makanya Menkeu kita itu
disenangi kreditor. Bukan terbaik tapi terbalik,” tambah RR.

Saya pun japri ke Misbakhun. ”Anda sudah
melihat video pernyataan RR soal taman kanak-kanak itu?” tanya saya pada
Misbakhun tadi malam.

”Sudah. Berkali-kali,” jawabnya.

”Apakah Anda tidak perlu menemui RR? Agar
terjadi dialog. Lantas bisa clear?”
tanya saya lagi.

”Juga sudah. Juga sudah berkali-kali saya
menjelaskan ke beliau soal quantitative
easing
,” ujar Misbakhun. ”Beliau kan memang punya posisi politik
yang berbeda dengan pemerintahan Pak Jokowi, terutama dengan Sri Mulyani,”
jawab Misbakhun. ”Dijelaskan dengan cara apa pun sulit,” tambahnya.

Kemarin malam itu saya harus bicara di
dua forum Zoom. Jadwal saya ternyata tabrakan. Yang satu bicara soal dunia dan
satunya lagi soal akhirat.

Yang akhirat itu forum untuk sesama
ikhwan Tarekat Nahsabandiyah Qadiriyah yang berpusat di Sirna Rasa,
Tasikmalaya. Temanya: mencetak hati yang bersih.

Setelah itu saya baru
bergabung ke forum cetak uang yang kotor.(dahlan iskan)

Yang ingin cetak uang dituduh: akan
mengajak penumpang gelap.

Yang ingin cari utangan global pun
dituduh: jadi kuda Troya modal asing.

Cetak uang vs utang itu ternyata bukan
lagi urusan perbedaan mazhab, tetapi sudah menjadi urusan saling curiga. Seru
pula.

Itu terlihat dari forum Zoom kemarin
malam. Yang diselenggarakan oleh Narasi Institute. Yang sejak wabah Covid-19
sudah menyelenggarakan forum Zoom 40 kali –untuk banyak topik.

”Penumpang gelap” yang dimaksud adalah
pengusaha besar. Yang bekerja sama dengan politisi.

Atau dipakai oleh politisi.

Ups… Si politisi yang dipakai oleh si
pengusaha.

Sama sajalah.

Si penumpang gelap bisa ikut mendapat guyuran kredit khusus.
Dengan jumlah yang khusus. Dengan bunga khusus.

Karena itu kubu teknokrat tidak mau cetak
uang. Kalaupun harus terjadi penyalurannya tidak boleh berbentuk kredit khusus.

Bentuknya harus kredit komersial. Bunga
harus sesuai dengan yang berlaku di pasar. Agar tidak dimanfaatkan oleh
penumpang gelap.

Baiklah. Kita dengar juga kecurigaan
”kelompok cetak uang” terhadap ”kelompok hobi utang”.

”Mereka itu dipakai sebagai kuda Troya
oleh modal asing.”

Mereka tidak rela kalau ekonomi bangkit
segera. Mereka itu mengharapkan ekonomi semakin hancur. Biar nilai
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia jatuh. Setelah saham mereka menjadi
murah modal asing berebut membeli. Terjadilah gelombang peralihan kepemilikan
dari nasional ke asing.

Para panelis kubu ini juga
mempersoalkan global
bond
 yang hanya lebih banyak menguntungkan fund manager global. Kalau
cetak uang kan tidak perlu jasa fund
manager asing.

Penumpang gelap itu sendiri belum ada.
Entah kalau lagi disiapkan. Kuda Troya itu pun juga belum ada. Entah pula kalau
ternyata begitu.

Saling curiga itu kian kuat. Sampai
Mukhamad Misbakhun –anggota DPR RI Golkar yang memperjuangkan cetak uang–
tadi malam lebih hati-hati.

Baca Juga :  Hujan Deras Tak Halangi Petugas Lakukan Pemeriksaan di Pos Libas

Ia perlu menyampaikan disclaimer dulu
sebelum bicara. ”Kehadiran saya di sini sebagai pribadi…,” ujarnya. Sambil
tersenyum ia meneruskan kalimatnya ”…. Agar tidak diralat oleh fraksi.”

Rupanya pernyataan-pernyataan Misbakhun
di forum Zoom KB PII sebelumnya bikin meriang para politisi. Golkar lantas
seperti ingin cuci tangan dari apa yang dikatakan Misbakhun.

Namun orang seperti Sutrisno Bachir
melihat ”cuci-mencuci” seperti itu bagian dari sandiwara Golkar. ”Biasalah
Golkar begitu,” ujar Sutrisno Bachir –yang ternyata sudah bukan lagi ketua
Komite Ekonomi Nasional. KEN yang baru ternyata belum dibentuk –atau tidak
akan diadakan lagi?

Misbakhun-yang-pribadi di forum Narasi
ini sama dengan Misbakhun-yang-Golkar di forum KB PII –hanya ditambah dengan
kuda Troya.

Sayangnya tidak ada anggota aliran
teknokrat yang melawan Misbakhun di forum Zoom yang dimoderatori Ahmad Nur
Hidayat dari Narasi ini. 

Mantan Menkeu Fuad Bawazier memang hadir.
Tapi lebih banyak bicara soal virus lain yang harus diberantas dulu: korupsi,
perizinan, dan sebangsanya.

Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan
Roeslani, lebih banyak menyampaikan situasi terakhir para pengusaha. Yang keadaannya
susah sekali. Yang PHK-nya sudah lebih 6,5 juta.

”Pengusaha farmasi pun susah,” katanya.

Hah?!

Bukankah kita mengira pengusaha
farmasilah yang panen raya? Bukankah di masa wabah ini semua orang perlu obat?

”Harga bahan baku obat naik drastis,” ujar
Rosan. ”Sedang pembayarannya seret, terutama yang dari BPJS,” katanya.

Lebih sulit lagi, kata Rosan, pengusaha
angkutan, tekstil, dan properti.

Itu pulalah yang disorot oleh pembicara
seperti Dr. Yanuar Rizky. Ahli keuangan dari Aspirasi Indonesia Research
Institute.

”Akibat krisis ini kita bisa kehilangan
modal nasional,” ujar Yanuar. Yakni lenyapnya perusahaan-perusahaan nasional.
Lalu dibeli dengan murah oleh asing.

Intinya: ekonomi harus segera
diselamatkan. Jangan menunggu hancur. Bank-bank juga harus segera diselamatkan.
Justru sebelum ambruk.

Baca Juga :  Penutupan Lokalisasi Km 12 Ditunda

Sayang tidak ada Rizal Ramli –ekonom
yang tetap tidak setuju cetak uang. Bahkan RR –kode untuk Rizal Ramli–
menilai DPR telah keterlaluan.

”Pantas kalau Gus Dur bilang DPR itu
seperti taman kanak-kanak,” ujarnya. ”Persetujuan DPR itu betul-betul konyol,”
kata RR pada saya tadi malam.

”BI menolak. Menkeu menolak. Kok DPR
justru memberi persetujuan,” tambahnya.

RR memang anti-cetak uang-nya DPR
–sekaligus antiutang-nya Sri Mulyani. RR justru memuji langkah menteri BUMN
Erick Thohir. Yang menggunakan BRI untuk cari pinjaman murah.

”BRI itu top. Bisa dapat pinjaman dengan
bunga dua persen. Jauh lebih murah dari pinjaman yang dibuat Sri Mulyani
sebulan lalu. Yang bunganya 4,2 persen,” ujar Rizal. ”Makanya Menkeu kita itu
disenangi kreditor. Bukan terbaik tapi terbalik,” tambah RR.

Saya pun japri ke Misbakhun. ”Anda sudah
melihat video pernyataan RR soal taman kanak-kanak itu?” tanya saya pada
Misbakhun tadi malam.

”Sudah. Berkali-kali,” jawabnya.

”Apakah Anda tidak perlu menemui RR? Agar
terjadi dialog. Lantas bisa clear?”
tanya saya lagi.

”Juga sudah. Juga sudah berkali-kali saya
menjelaskan ke beliau soal quantitative
easing
,” ujar Misbakhun. ”Beliau kan memang punya posisi politik
yang berbeda dengan pemerintahan Pak Jokowi, terutama dengan Sri Mulyani,”
jawab Misbakhun. ”Dijelaskan dengan cara apa pun sulit,” tambahnya.

Kemarin malam itu saya harus bicara di
dua forum Zoom. Jadwal saya ternyata tabrakan. Yang satu bicara soal dunia dan
satunya lagi soal akhirat.

Yang akhirat itu forum untuk sesama
ikhwan Tarekat Nahsabandiyah Qadiriyah yang berpusat di Sirna Rasa,
Tasikmalaya. Temanya: mencetak hati yang bersih.

Setelah itu saya baru
bergabung ke forum cetak uang yang kotor.(dahlan iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru