PROKALTENG,CO-Pameran tunggal maestro seni rupa, Misbach Tamrin, resmi dibuka di Taman Budaya Banjarmasin, Minggu (23/11/2025).
Bertajuk “Rindang Banua”, pameran ini menampilkan 21 lukisan yang menggambarkan rentang panjang kehidupan sosial, budaya, dan sejarah Kalimantan Selatan (Kalsel).
Pada usianya yang telah menginjak 84 tahun, Misbach tetap produktif berkarya. Mayoritas lukisannya menyorot wajah kehidupan Bumi Lambung Mangkurat.
Mulai dari panorama Sungai Barito yang dipadati kapal pengangkut batu bara hingga potret keluarga pendulang intan, simbol mata pencaharian tradisional masyarakat Banjarbaru.
Ciri paling kuat dari karya Misbach dalam pameran ini adalah penggunaan garis-garis gelap terang yang menjadi identitas visualnya.
Menurutnya, elemen itu merupakan metafora perjalanan hidup manusia. “Layar gelap terang itu ada perbedaan. Itu adalah cerminan kehidupan manusia antara suka dan duka yang selalu ada,” kenang Misbach
“Dan saya termasuk figur seniman yang pernah mengalami duka cukup tajam dalam hidup,” lanjutnya.
Perjalanan hidup sang seniman memang tidak biasa. Ia pernah ditangkap oleh ABRI dan menjalani status sebagai tahanan politik (tapol) pada 1965.
Selama 13 tahun, Misbach mendekam di penjara tanpa proses pengadilan hingga akhirnya bebas pada 1978.
Sejumlah lukisan dilahirkannya di balik jeruji, namun karyanya berjudul Air Terjun Meratus 1 menjadi lukisan pertama yang dibuat setelah menghirup udara bebas.
Baginya, seni bukan sekadar objek keindahan, tetapi medium untuk menumpahkan gagasan, ingatan, dan refleksi perjalanan hidup. “Lukisan adalah wadah pikiran,” tegasnya.
“Rindang Banua” menjadi pameran kedua sepanjang kariernya, namun yang pertama digelar di kampung halaman setelah tujuh dekade berkiprah di dunia seni rupa.
Pameran pertamanya berlangsung di Galeri Nasional Indonesia pada 2015. Dari total 21 karya yang dipamerkan, tujuh di antaranya merupakan karya lama yang dibuat antara 1977–2007.
Sementara 14 lainnya adalah karya terbaru yang digarap dalam tiga bulan terakhir. (jpg)


