31.7 C
Jakarta
Thursday, November 13, 2025

Anak-anak jadi Korban, Israel Halangi Bantuan Medis dan Susu Bayi ke Gaza

PROKALTENG.CO-Di tengah gencatan senjata rapuh yang seharusnya membuka jalan bagi bantuan kemanusiaan, PBB melalui UNICEF mengungkap fakta mencengangkan: Israel menolak masuknya barang-barang esensial seperti jarum suntik vaksin anak dan botol susu bayi ke Gaza. Penolakan ini disebut memperparah penderitaan jutaan warga, terutama anak-anak yang sudah bertahun-tahun hidup dalam perang dan kelaparan.

UNICEF menyebut, sebanyak 1,6 juta jarum suntik dan lemari pendingin bertenaga surya untuk penyimpanan vaksin hingga kini tertahan di perbatasan karena belum mendapat izin dari otoritas Israel sejak Agustus lalu.

“Baik jarum suntik maupun lemari pendingin dianggap sebagai dual-use items oleh Israel, artinya berpotensi memiliki fungsi militer. Tapi kami kesulitan mendapat izin padahal ini sangat mendesak,” ujar juru bicara UNICEF, Ricardo Pires, dalam konferensi pers di Jenewa.

Istilah dual-use digunakan Israel untuk menyebut barang sipil yang dinilai bisa disalahgunakan untuk tujuan militer. Namun, dalam konteks kemanusiaan, klasifikasi ini kerap dikritik karena menghambat distribusi kebutuhan dasar seperti obat, alat medis, dan makanan bayi.

Baca Juga :  53 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Jalur Gaza

Sementara itu, COGAT, lembaga militer Israel yang mengatur arus bantuan ke Gaza, belum memberikan tanggapan atas laporan UNICEF. Sebelumnya, Israel mengklaim tidak membatasi masuknya bahan pangan, air, dan obat-obatan, serta menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan, tuduhan yang dibantah keras oleh kelompok tersebut.

UNICEF sendiri baru saja meluncurkan kampanye imunisasi darurat untuk lebih dari 40.000 anak di bawah usia tiga tahun yang selama dua tahun terakhir tidak mendapatkan vaksin rutin untuk polio, campak, dan pneumonia akibat perang.

Pada hari pertama kampanye, sekitar 2.400 anak berhasil mendapatkan vaksinasi, namun kelanjutan program itu terancam karena stok alat medis dan pendingin vaksin belum mendapat izin masuk.

“Kampanye sudah dimulai, tapi masih ada dua putaran lagi. Untuk itu kami butuh lebih banyak suplai,” tambah Pires.

Selain vaksin, UNICEF juga mengungkap bahwa lebih dari 938.000 botol susu bayi siap pakai masih ditahan dan belum diizinkan masuk oleh otoritas Israel, bersamaan dengan suku cadang untuk truk air yang sangat dibutuhkan untuk mendistribusikan air bersih di wilayah Gaza yang hancur.

Baca Juga :  Tak Terima Anak Dipecat, Seorang Ayah Mengamuk ke Perusahaan

“Itu hampir satu juta botol susu yang seharusnya bisa menyelamatkan anak-anak dari malnutrisi,” kata Pires.

Truce atau gencatan senjata yang diumumkan pada 10 Oktober lalu diharapkan bisa membuka akses besar-besaran bagi bantuan kemanusiaan. Namun, berbagai lembaga bantuan menegaskan bahwa bantuan yang masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dua juta penduduk Gaza yang sebagian besar kini mengungsi dan menderita kekurangan gizi.

Blokade berkelanjutan ini menambah panjang daftar penderitaan warga Gaza. Organisasi kemanusiaan menilai, penolakan Israel terhadap barang-barang medis dan nutrisi bayi merupakan bentuk kekejaman yang melanggar prinsip kemanusiaan internasional, terutama karena menyasar kelompok paling rentan: anak-anak. (jpg)

 

PROKALTENG.CO-Di tengah gencatan senjata rapuh yang seharusnya membuka jalan bagi bantuan kemanusiaan, PBB melalui UNICEF mengungkap fakta mencengangkan: Israel menolak masuknya barang-barang esensial seperti jarum suntik vaksin anak dan botol susu bayi ke Gaza. Penolakan ini disebut memperparah penderitaan jutaan warga, terutama anak-anak yang sudah bertahun-tahun hidup dalam perang dan kelaparan.

UNICEF menyebut, sebanyak 1,6 juta jarum suntik dan lemari pendingin bertenaga surya untuk penyimpanan vaksin hingga kini tertahan di perbatasan karena belum mendapat izin dari otoritas Israel sejak Agustus lalu.

“Baik jarum suntik maupun lemari pendingin dianggap sebagai dual-use items oleh Israel, artinya berpotensi memiliki fungsi militer. Tapi kami kesulitan mendapat izin padahal ini sangat mendesak,” ujar juru bicara UNICEF, Ricardo Pires, dalam konferensi pers di Jenewa.

Istilah dual-use digunakan Israel untuk menyebut barang sipil yang dinilai bisa disalahgunakan untuk tujuan militer. Namun, dalam konteks kemanusiaan, klasifikasi ini kerap dikritik karena menghambat distribusi kebutuhan dasar seperti obat, alat medis, dan makanan bayi.

Baca Juga :  53 Warga Palestina Tewas dalam Serangan Terbaru Israel di Jalur Gaza

Sementara itu, COGAT, lembaga militer Israel yang mengatur arus bantuan ke Gaza, belum memberikan tanggapan atas laporan UNICEF. Sebelumnya, Israel mengklaim tidak membatasi masuknya bahan pangan, air, dan obat-obatan, serta menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan, tuduhan yang dibantah keras oleh kelompok tersebut.

UNICEF sendiri baru saja meluncurkan kampanye imunisasi darurat untuk lebih dari 40.000 anak di bawah usia tiga tahun yang selama dua tahun terakhir tidak mendapatkan vaksin rutin untuk polio, campak, dan pneumonia akibat perang.

Pada hari pertama kampanye, sekitar 2.400 anak berhasil mendapatkan vaksinasi, namun kelanjutan program itu terancam karena stok alat medis dan pendingin vaksin belum mendapat izin masuk.

“Kampanye sudah dimulai, tapi masih ada dua putaran lagi. Untuk itu kami butuh lebih banyak suplai,” tambah Pires.

Selain vaksin, UNICEF juga mengungkap bahwa lebih dari 938.000 botol susu bayi siap pakai masih ditahan dan belum diizinkan masuk oleh otoritas Israel, bersamaan dengan suku cadang untuk truk air yang sangat dibutuhkan untuk mendistribusikan air bersih di wilayah Gaza yang hancur.

Baca Juga :  Tak Terima Anak Dipecat, Seorang Ayah Mengamuk ke Perusahaan

“Itu hampir satu juta botol susu yang seharusnya bisa menyelamatkan anak-anak dari malnutrisi,” kata Pires.

Truce atau gencatan senjata yang diumumkan pada 10 Oktober lalu diharapkan bisa membuka akses besar-besaran bagi bantuan kemanusiaan. Namun, berbagai lembaga bantuan menegaskan bahwa bantuan yang masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan dua juta penduduk Gaza yang sebagian besar kini mengungsi dan menderita kekurangan gizi.

Blokade berkelanjutan ini menambah panjang daftar penderitaan warga Gaza. Organisasi kemanusiaan menilai, penolakan Israel terhadap barang-barang medis dan nutrisi bayi merupakan bentuk kekejaman yang melanggar prinsip kemanusiaan internasional, terutama karena menyasar kelompok paling rentan: anak-anak. (jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/