PROKALTENG.CO – Dunia maya kembali diramaikan dengan tren unik bertajuk “Tepuk Sakinah”, sebuah gerakan edukatif yang awalnya digunakan dalam Bimbingan Perkawinan (Bimwin) oleh Kementerian Agama (Kemenag). Kini, yel-yel yang sarat pesan cinta dan keharmonisan rumah tangga itu mendadak viral di TikTok dan Instagram, terutama di kalangan Gen Z.
Tren ini menjadi topik hangat karena menggabungkan unsur edukasi dan hiburan. Awalnya, Tepuk Sakinah hanya berfungsi sebagai metode interaktif untuk mencairkan suasana di kelas Bimwin agar tidak kaku. Namun, ketika potongan videonya tersebar di media sosial, gerakan itu menjelma menjadi fenomena budaya baru yang ramai ditiru warganet. Banyak anak muda yang membuat versi parodi, remix musik modern, hingga lip sync lucu dengan gaya khas mereka.
“Tepuk Sakinah” sendiri merupakan tepukan berirama dengan lirik yang menyisipkan nilai-nilai pernikahan, seperti sakinah, mawaddah, dan rahmah — tiga konsep penting dalam membangun keluarga yang harmonis.
Dirjen Bimas Islam Kemenag Abu Rokhmad menjelaskan, metode ini dikembangkan agar pembekalan pra-nikah terasa lebih menarik, terutama bagi pasangan muda yang mengikuti Bimwin.
“Tepuk Sakinah ini hanya bagian dari ice breaking, bukan kewajiban. Tujuannya agar suasana pembelajaran lebih santai dan peserta lebih mudah memahami nilai-nilai pernikahan,” ujarnya.
Seiring viralnya di media sosial, respons publik pun beragam. Sebagian netizen menilai gerakan tersebut lucu dan edukatif, sementara lainnya menganggapnya “cringe” atau terlalu kekanak-kanakan. Namun di balik pro-kontra itu, banyak juga generasi muda yang justru ikut meramaikan tren ini sebagai bentuk ekspresi kreatif.
Kepala Biro Humas Kemenag Thobib Al Asyhar menegaskan bahwa Tepuk Sakinah tidak bersifat wajib, melainkan hanya sebagai penghangat suasana dalam pelatihan pernikahan.
“Kami tidak mewajibkan. Kalau pun digunakan, sifatnya hanya untuk mencairkan suasana. Namun pesan yang dibawa tetap relevan — keluarga harus dibangun dengan cinta, ketenangan, dan kasih sayang,” ujarnya.
Fenomena Tepuk Sakinah ini menunjukkan bahwa edukasi tentang pernikahan bisa dikemas dengan cara yang ringan, kreatif, dan sesuai gaya komunikasi generasi muda. Lewat pendekatan yang fun dan relatable, pesan tentang makna cinta dan keharmonisan keluarga justru lebih mudah diterima oleh publik luas — terutama di era digital yang sarat hiburan visual. (jpg)