PROKALTENG.CO-Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, bercerita mengenai lukisan bermotif bunga yang dijarah massa di rumahnya. Dia menjelaskan bahwa lukisan tersebut merupakan lukisan yang dibuatnya 17 tahun yang lalu.
“Lukisan bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekedar seperti lembaran uang. Lukisan Bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi. Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya,” kata Sri Mulyani seperti dilihat pada akun Instagramnya, @smindrawati, Rabu (3/9).
Dia mengungkapkan, seorang penjarah berjenis kelamin laki-laki tampak memanggul lukisannya. Laki-laki berjaket merah tersebut tampak tenang dan percaya diri keluar dari rumah pribadi dirinya saat menjadi target operasi jarahan pada minggu (31/8) dini hari.
Kini, lukisan bunga tersebut telah raib. Menurutnya, seperti lenyapnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia.Kini, lukisan bunga tersebut telah raib. Menurutnya, seperti lenyapnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia.
Eks Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menceritakan, bagi penjarah, rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekedar target operasi. Kemudian, para penjarah seperti berpesta dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah. Liputan penjarahan pun dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional.
“Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd,” jelasnya.
Meski begitu, dia juga mengungkapkan pada rentetan demonstrasi yang berlangsung hingga kini, terdapat korban yang jauh lebih berharga dibanding lukisannya, yakni korban manusia yang tak akan tergantikan.
Diantaranya Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari yang menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga.
Menurutnya, dalam kerusuhan tak pernah ada pemenang, yang ada hanyalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya pondasi berbangsa dan bernegara, serta negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” tutupnya. (jpg)