PROKALTENG.CO-Suasana duka menyelimuti rumah keluarga Prada Yahya di Jalan Handil Jaya Baya, Desa Patih Muhur Baru RT 1, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala.
Jenazah almarhum tiba di rumah duka pada Sabtu malam (9/8/2025) sekitar pukul 22.45 WITA, disambut dengan isak tangis keluarga.
Selain keluarga, jenazah juga disambut warga dan personel Kodim 1005/ Barito Kuala, dan Koramil 1005/08 Anjir Muara.
Prada Yahya sudah tiga tahun enam bulan menjadi prajurit TNI dan bertugas di Yonif 500/Sikatan, Surabaya, selepas lulus pendidikan.
Dariansyah (60), ayah korban menceritakan momen terakhir perbincangan dengan putranya, pada Kamis (7/8/2025). Putranya sempat menelpon untuk menanyakan kabar keluarga.
“Sehari sebelum menerima kabar musibah ini dia menelpon berkali-kali, sempat merajuk karena kami lambat mengangkat, kata Yahya, kenapa lambat mengangkat,” ungkap Dariansyah.
Ibunya yang menerima telepon lalu menjelaskan jika saat dia menelpon mereka sedang berada di sawah memanen padi.
“Lalu dia memutus perbincangan, menutup telepon karena merajuk, lalu ditelepon balik oleh ibunya. Katanya dia rindu kami sekeluarga,” kisah Dariansyah.
Kemudian mereka berbincang- bincang sebentar melepas rasa kangen, saling tanya kabar, lalu Yahya mengatakan bahwa dalam dua hari kedepan dia jangan dihubungi.
“Katanya dia rindu keluarga justru itu menelpon berkali-kali, dan dia bersiap untuk dinas operasi selama dua hari. Jadi dia bilang dalam dua hari kedepan ini tidak bisa dihubungi karena dinas, ibunya titip pesan jaga kesehatan, ternyata kami dapat kabar tentang peristiwa ini,” ucapnya lirih.
Kabar kematian Yahya diterima mendadak, personel Babinsa mendatangi rumahnya setelah bertanya-tanya dengan warga.
Posisinya hari itu mau menjual buah kuwini, dan sudah siap dikendaraan.
“Saya sempat tanya kabar dan maksud pak Babinsa datang ke rumah, tetapi dia langsung memeluk dan saya pun balas memeluk. Saya mengira karena lama tak bertemu saja, setelah itu saya diminta untuk masuk ke rumah saja, dan dia mengambil telepon,”
“Setelah tersambung ternyata saya dihubungkan dengan salah seorang komandan bertugas di Papua, dia langsung saja menyebutkan kalau putra saya gugur dalam tugas setekah kontak tembak dengan OPM, saya hanya bisa terdiam dan istri saya langsung histeris,” sambungnya.
Yahya adalah anak ketiga dari empat bersaudara, kelahiran 19 Januari 2000 silam.
Prada Yahya, selepas lulus dari SMK 2 Marabahan, Anjir Muara, dia lalu mendaftar TNI.
Menjalani pendidikan di Kodam VI Mulawarman, setelahnya dia ditempatkan di Yonif 500/ Sikatan.
“Selama tiga tahun setengah ini menjadi anggota TNI, baru pulang awal tahun tadi mengambil cuti, malam sebelum kembali berdinas tengah malam masuk ke dalam kelambu tempat tidur saya, katanya ikut tidur dengan ayah, selepas itu kami berkomunikasi lewat vidio call atau telepon saja,” kata Dariansyah.
Prada Yahya, ditugaskan dalam misi operasi di Papua selepas hari raya tadi, ia ditugaskan ke Papua sejak bulan Februari tadi bersama dengan sekian orang prajurit TNI di Indonesia.
“Setelah mendapatkan kabar kalau dia terpilih untuk ditugaskan ke Papua, saya cuman berdoa meminta perlindungan kepada Allah untuk putra saya. Saya tahu betul juga seperti apa kondisi di Papua, melihat dari kanal YouTube,” bebernya.
“Bahkan selama bertugas, hampir setiap hari saya melihat dan memantau apa yang terekam di sana,” tambahnya.
Prada Yahya dikenal sebagai anak yang pemberani dan gigih, semasa kanak-kanak hingga remaja, dia hobynya memelihara ayam jago, mencari ikan, dan menembak burung, dia juga pandai bela diri karate.
“Putra saya ini saya akui dia memang pemberani, biasa dia mencari ikan malam hari. Ketika menemui ular phiton, dia berani sendiri menangkapnya, dan dikarungi dibawa pulang,” ucapnya.
Kemauan menjadi anggota TNI, diawali dengan ajakan kawanannya selepas lulus SMK, seorang temanya mengajak untuk mendaftar TNI, termotifasi pamannya.
Atas dasar itulah dia mencoba peruntungan, dengan modal nekat akhirnya bersama-sama dengan teman yang mengajaknya dan seorang temanya untuk mendaftar.
“Mereka barengan, setelah mengikuti tahapan berdua saja diterima, satu kawanya tak lolos, tanpa apa-apa dia modal yakin dan kegigihan untuk bisa menjadi anggota TNI, dan saya bangga dengan kegigihan bisa menjadi anggota TNI,” tuturnya.
Dariansyah mengakui jika dalam sehari sebelum mendapat kabar duka, dia mendapatkan firasat.
Perasaanya tak tenang, seperti tak bersemangat hidup. Badan terasa lemah dan lemas.
“Saya ingat Yahya dan saya berdoa minta perlindungan untuk dia,” tutupnya.
Peristiwa bentrok senjata dengan Organisasi Papua Merdeka itu terjadi Jumat (8/8/2025) sekitar pukul 10.05 WIT.
Prada Yahya ditembak oleh kelompok tersebut saat berpatroli, dia ditembak dari atas gunung dan mengenai dada sebelah kanan atas, lewat dari rompi anti peluru.
Setelah sempat ditangani, dia menghembuskan nafas terakhir, perjalanan membawa jasad Prada Yahya, melalui transit.
Jasadnya diterbangkan dari Bandara Mozes Kilangin Timika, pada Sabtu (9/8/2025), tujuan Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
Kemudian, melanjutkan tujuan Bandara Syamsuddin Noor, Banjarbaru.
Beberapa jam disana dilakukan upacara penyambutan jenazah baru dibawa ke rumah duka ke Anjir Muara. (jpg)