29.6 C
Jakarta
Monday, June 23, 2025

Bom Bunker

Israel memang sudah bisa menghancurkan dua fasilitas pengembangan nuklir Iran. Israel juga sudah membunuh ahli-ahli nuklir negara Islam itu. Tapi Israel belum berhasil menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang terpenting. Yang di Fordow. Yang letaknya 150 meter di bawah tanah pegunungan tandus.

Lokasi Fordow di selatan Qom, kota sucinya golongan Syiah. Waktu saya ke Qom, belum tahu kalau untuk ke Fordow hanya memerlukan waktu satu setengah jam perjalanan darat.

Qom sendiri berada di selatan Teheran. Dari ibu kota Iran hanya perlu waktu perjalanan 1,5 jam. Bandara Teheran berada hampir di tengah-tengah antara Teheran dan Qom. Karena itu, waktu itu, saya dari bandara ke Qom dulu, baru ke Teheran.

Mengapa Israel lebih banyak menyerang Teheran –di samping satu kali menyerang instalasi gas di pantai Teluk Parsi? Mengapa bukan menyerang Qom? Atau Fordow?

Pasti Israel sangat ingin menghancurkan Fordow. Tapi tidak punya kemampuan. Satu-satunya yang bisa menghancurkan Fordow adalah Amerika Serikat. Itu karena Amerika memiliki bom khusus untuk sasaran bunker. Karena itu Israel sangat menginginkan Amerika melakukan itu.

Berbagai pihak di Amerika sudah mengingatkan Presiden Donald Trump: Iran tidak punya senjata nuklir. Program nuklir Iran adalah nuklir untuk non senjata.

Salah satu tokoh yang mengingatkan Trump itu: Tulsi Gabbard. Dia bukan sembarang orang. Gabbard adalah direktur intelijen nasional Amerika Serikat. Trump sendiri yang mengangkatnyi untuk jabatan itu.

Pangkat Gabbard letnan kolonel. Umurnyi 44 tahun. Hobinyi: yoga. Fanatik yoga. Cantik. Lima ‘i’. Agamanyi: Hindu. Nama depan Tulsi sendiri adalah nama dewa Hindu.

Saat bertugas di Medan perang Iraq, Gabbard bercerai. Alasannyi: tingkat stres di medan perang membuatnyi harus bercerai. Sepuluh tahun kemudian dia kawin lagi dengan direktur perfilman.

Di depan Kongres Amerika pun Gabbard sudah menegaskan: Iran tidak punya senjata nuklir. Dan ayatullah Ali Khamenei tidak pernah menyetujui nuklir untuk pembunuh masal.

“Dia itu salah,” komentar Trump atas pendapat Gabbard itu beberapa hari lalu. Tentu suka-suka Trump mau ngomong apa saja.

Apakah komentar itu ada hubungannya dengan rencana penyerangan ke Fordow?

Baca Juga :  Kepung Cendol

Sampai Sabtu kemarin Trump seperti masih ragu-ragu untuk melakukan itu. Memang ia sudah mengingatkan agar rakyat Teheran mengungsi. Tapi rakyat Iran justru semakin kompak mendukung pemerintahnya.

Bom bunker itu, kalau akan dijatuhkan, pasti diangkut dengan pesawat B2Spirit. Maka perhatian pengamat nuklir tertuju pada pergerakan B2Spirit: masih tetap di tempatnya atau sudah mulai bergerak.

Lokasi parkir B2Spirit hanya satu: di Whiteman Air Force Base. Di Missouri, tengah-tengah Amerika Serikat. Kalau Anda lagi di Kansas City, tinggal ke arah timur sejauh 1,5 jam perjalanan darat. Ada 20 B2Spirit di situ –biasa disebut juga Siluman Stealth Bomber.

Dari pengamat pergerakan pesawat diketahuilah sekitar empat buah B2 Spirit mulai bergerak meninggalkan Missouri. Di hari Jumat. Termasuk pesawat pengisi bahan bakar di udara. Diperkirakan mereka akan mendarat di Guam, pangkalan militer Amerika di Pacific, Sabtu.

Dari Guam mungkin akan terbang dulu ke pulau kecil Diego Garcia di Lautan Hindia. Pulau ini milik Inggris. Pulaunya tidak terlihat di peta –saking kecilnya. Lokasi Diego Garcia tidak terlalu jauh dari pulau yang Anda sudah tahu: Maldives.

Kalau B2Spirit itu yang menghancurkan Fordow memang akan menimbulkan radiasi yang luar biasa luas. Tapi Amerika tidak pernah malu. Ia tidak peduli apakah bukti yang dipakai alasan penyerangan itu identik atau otentik. Toh tidak ada konsekuensinya apa-apa. Misalnya dalam kasus senjata kimia pemusnah masal di Iraq. Meski Amerika salah bukti toh Iraq sudah telanjur hancur.

Kini yang dihadapi Amerika bukan Iraq. Ketika Saddam Hussein dihancurkan masih banyak rakyat Iraq yang ikut senang. Kondisi itu yang tidak akan sama di Iran.

Ketika saya baru selesai menulis paragraf di atas, tersiar kabar: Amerika baru saja menjatuhkan bom 30 ton ke sasaran Fordow. Sabtu lewat tengah malam. Trump sangat puas. Tidak ada lagi fasilitas nuklir di Iran. Ia puji-puji pasukan pengebomnya setinggi langit. Tidak ada tentara di dunia ini, katanya, yang mampu melakukan itu kecuali tentara Amerika.

Bahkan Trump juga mengatakan Amerika tidak hanya menghancurkan Fordow melainkan juga dua fasilitas nuklir Iran di utara: Natanz dan Isfahan.

Baca Juga :  Camat Gembira

Tentu semua itu benar-benar terjadi. Berarti para pengamat pergerakan pesawat kecele. Harusnya Sabtu malam B2Spirit baru tiba di Guam. Ternyata pesawat Siluman itu sudah melakukan aksi di tiga lokasi nuklir Iran.

Yang mengejutkan adalah: tidak muncul radiasi nuklir dari Fordow. Kalau benar Fordow dihancurkan mestinya terjadi radiasi yang hebat.

Apakah bom itu sedemikian hebatnya sehingga semua radiasi ikut terkubur di dalamnya yang sangat dalam? Atau ternyata Iran sudah mengosongkan Fordow sebelum diserang? Atau serangan itu hanya menyasar sebelah-menyebelahnya?

Media di Iran melaporkan Fordow memang diserang. Tapi baik-baik saja. Tentu kita sulit memverifikasi keterangan Iran itu secara independen. Yang jelas  penduduk Qom tidak mendengar letusan apa-apa. Padahal Fordow berada di provinsi Qom –hanya berjarak 35 Km dari Kota suci Syi’ah itu.

Pun soal keterangan Trump sudah menghancurkan Natanz dan Isfahan di Sabtu malam itu. Ini agak menggelikan. Dua lokasi itu sudah lebih dulu hancur oleh serangan Israel. Sudah lama. Lokasinya memang tidak di dalam tanah. Kenapa perlu dihancurkan lagi.

Penduduk Isfahan sendiri tidak merasakan apa-apa di Sabtu malam. Minggu pagi mereka beraktifikas seperti biasa. Mereka tetap berolahraga pagi di taman dan di jalan-jalan.

Kalau pun benar Trump sudah menghancurkan semua fasilitas nuklir Iran, lalu apa?

Selama ini Iran membalas serangan Israel dengan rudal dan drone. Hancurnya fasilitas nuklir tidak memengaruhi kemampuan Iran melakukan serangan balik. Kecuali sumber rudal itu dihancurkan.

Dengan hancurnya semua fasilitas nuklir, apa lagi alasan Israel untuk menyerang Iran? Apakah otomatis tidak ada lagi serangan ke Iran? Apakah embargo terhadap Iran bisa dicabut? Apalagi alasan baru untuk mengisolasi Iran?

Dengan hancurnya fasilitas nuklir itu siapa tahu Iran justru menjadi lebih berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi. Dalam keadaan diisolasi puluhan tahun saja kemajuan Iran begitu nyata. Apalagi kalau tidak ada lagi gangguan.

Siapa tahu Iran justru kembali menjadi negara terhebat di dunia seperti masa lalunya nan jauh.(Dahlan Iskan)

Israel memang sudah bisa menghancurkan dua fasilitas pengembangan nuklir Iran. Israel juga sudah membunuh ahli-ahli nuklir negara Islam itu. Tapi Israel belum berhasil menghancurkan fasilitas nuklir Iran yang terpenting. Yang di Fordow. Yang letaknya 150 meter di bawah tanah pegunungan tandus.

Lokasi Fordow di selatan Qom, kota sucinya golongan Syiah. Waktu saya ke Qom, belum tahu kalau untuk ke Fordow hanya memerlukan waktu satu setengah jam perjalanan darat.

Qom sendiri berada di selatan Teheran. Dari ibu kota Iran hanya perlu waktu perjalanan 1,5 jam. Bandara Teheran berada hampir di tengah-tengah antara Teheran dan Qom. Karena itu, waktu itu, saya dari bandara ke Qom dulu, baru ke Teheran.

Mengapa Israel lebih banyak menyerang Teheran –di samping satu kali menyerang instalasi gas di pantai Teluk Parsi? Mengapa bukan menyerang Qom? Atau Fordow?

Pasti Israel sangat ingin menghancurkan Fordow. Tapi tidak punya kemampuan. Satu-satunya yang bisa menghancurkan Fordow adalah Amerika Serikat. Itu karena Amerika memiliki bom khusus untuk sasaran bunker. Karena itu Israel sangat menginginkan Amerika melakukan itu.

Berbagai pihak di Amerika sudah mengingatkan Presiden Donald Trump: Iran tidak punya senjata nuklir. Program nuklir Iran adalah nuklir untuk non senjata.

Salah satu tokoh yang mengingatkan Trump itu: Tulsi Gabbard. Dia bukan sembarang orang. Gabbard adalah direktur intelijen nasional Amerika Serikat. Trump sendiri yang mengangkatnyi untuk jabatan itu.

Pangkat Gabbard letnan kolonel. Umurnyi 44 tahun. Hobinyi: yoga. Fanatik yoga. Cantik. Lima ‘i’. Agamanyi: Hindu. Nama depan Tulsi sendiri adalah nama dewa Hindu.

Saat bertugas di Medan perang Iraq, Gabbard bercerai. Alasannyi: tingkat stres di medan perang membuatnyi harus bercerai. Sepuluh tahun kemudian dia kawin lagi dengan direktur perfilman.

Di depan Kongres Amerika pun Gabbard sudah menegaskan: Iran tidak punya senjata nuklir. Dan ayatullah Ali Khamenei tidak pernah menyetujui nuklir untuk pembunuh masal.

“Dia itu salah,” komentar Trump atas pendapat Gabbard itu beberapa hari lalu. Tentu suka-suka Trump mau ngomong apa saja.

Apakah komentar itu ada hubungannya dengan rencana penyerangan ke Fordow?

Baca Juga :  Kepung Cendol

Sampai Sabtu kemarin Trump seperti masih ragu-ragu untuk melakukan itu. Memang ia sudah mengingatkan agar rakyat Teheran mengungsi. Tapi rakyat Iran justru semakin kompak mendukung pemerintahnya.

Bom bunker itu, kalau akan dijatuhkan, pasti diangkut dengan pesawat B2Spirit. Maka perhatian pengamat nuklir tertuju pada pergerakan B2Spirit: masih tetap di tempatnya atau sudah mulai bergerak.

Lokasi parkir B2Spirit hanya satu: di Whiteman Air Force Base. Di Missouri, tengah-tengah Amerika Serikat. Kalau Anda lagi di Kansas City, tinggal ke arah timur sejauh 1,5 jam perjalanan darat. Ada 20 B2Spirit di situ –biasa disebut juga Siluman Stealth Bomber.

Dari pengamat pergerakan pesawat diketahuilah sekitar empat buah B2 Spirit mulai bergerak meninggalkan Missouri. Di hari Jumat. Termasuk pesawat pengisi bahan bakar di udara. Diperkirakan mereka akan mendarat di Guam, pangkalan militer Amerika di Pacific, Sabtu.

Dari Guam mungkin akan terbang dulu ke pulau kecil Diego Garcia di Lautan Hindia. Pulau ini milik Inggris. Pulaunya tidak terlihat di peta –saking kecilnya. Lokasi Diego Garcia tidak terlalu jauh dari pulau yang Anda sudah tahu: Maldives.

Kalau B2Spirit itu yang menghancurkan Fordow memang akan menimbulkan radiasi yang luar biasa luas. Tapi Amerika tidak pernah malu. Ia tidak peduli apakah bukti yang dipakai alasan penyerangan itu identik atau otentik. Toh tidak ada konsekuensinya apa-apa. Misalnya dalam kasus senjata kimia pemusnah masal di Iraq. Meski Amerika salah bukti toh Iraq sudah telanjur hancur.

Kini yang dihadapi Amerika bukan Iraq. Ketika Saddam Hussein dihancurkan masih banyak rakyat Iraq yang ikut senang. Kondisi itu yang tidak akan sama di Iran.

Ketika saya baru selesai menulis paragraf di atas, tersiar kabar: Amerika baru saja menjatuhkan bom 30 ton ke sasaran Fordow. Sabtu lewat tengah malam. Trump sangat puas. Tidak ada lagi fasilitas nuklir di Iran. Ia puji-puji pasukan pengebomnya setinggi langit. Tidak ada tentara di dunia ini, katanya, yang mampu melakukan itu kecuali tentara Amerika.

Bahkan Trump juga mengatakan Amerika tidak hanya menghancurkan Fordow melainkan juga dua fasilitas nuklir Iran di utara: Natanz dan Isfahan.

Baca Juga :  Camat Gembira

Tentu semua itu benar-benar terjadi. Berarti para pengamat pergerakan pesawat kecele. Harusnya Sabtu malam B2Spirit baru tiba di Guam. Ternyata pesawat Siluman itu sudah melakukan aksi di tiga lokasi nuklir Iran.

Yang mengejutkan adalah: tidak muncul radiasi nuklir dari Fordow. Kalau benar Fordow dihancurkan mestinya terjadi radiasi yang hebat.

Apakah bom itu sedemikian hebatnya sehingga semua radiasi ikut terkubur di dalamnya yang sangat dalam? Atau ternyata Iran sudah mengosongkan Fordow sebelum diserang? Atau serangan itu hanya menyasar sebelah-menyebelahnya?

Media di Iran melaporkan Fordow memang diserang. Tapi baik-baik saja. Tentu kita sulit memverifikasi keterangan Iran itu secara independen. Yang jelas  penduduk Qom tidak mendengar letusan apa-apa. Padahal Fordow berada di provinsi Qom –hanya berjarak 35 Km dari Kota suci Syi’ah itu.

Pun soal keterangan Trump sudah menghancurkan Natanz dan Isfahan di Sabtu malam itu. Ini agak menggelikan. Dua lokasi itu sudah lebih dulu hancur oleh serangan Israel. Sudah lama. Lokasinya memang tidak di dalam tanah. Kenapa perlu dihancurkan lagi.

Penduduk Isfahan sendiri tidak merasakan apa-apa di Sabtu malam. Minggu pagi mereka beraktifikas seperti biasa. Mereka tetap berolahraga pagi di taman dan di jalan-jalan.

Kalau pun benar Trump sudah menghancurkan semua fasilitas nuklir Iran, lalu apa?

Selama ini Iran membalas serangan Israel dengan rudal dan drone. Hancurnya fasilitas nuklir tidak memengaruhi kemampuan Iran melakukan serangan balik. Kecuali sumber rudal itu dihancurkan.

Dengan hancurnya semua fasilitas nuklir, apa lagi alasan Israel untuk menyerang Iran? Apakah otomatis tidak ada lagi serangan ke Iran? Apakah embargo terhadap Iran bisa dicabut? Apalagi alasan baru untuk mengisolasi Iran?

Dengan hancurnya fasilitas nuklir itu siapa tahu Iran justru menjadi lebih berkonsentrasi pada pembangunan ekonomi. Dalam keadaan diisolasi puluhan tahun saja kemajuan Iran begitu nyata. Apalagi kalau tidak ada lagi gangguan.

Siapa tahu Iran justru kembali menjadi negara terhebat di dunia seperti masa lalunya nan jauh.(Dahlan Iskan)

Terpopuler

Artikel Terbaru