28.4 C
Jakarta
Sunday, January 19, 2025

Bukan Omong Kosong dan Tips-Tips Bodong tentang Trauma serta Ekspektasi

Oleh: LATIFATUL FAZRIYAH*

Dengan bahasa yang mudah dipahami serta contoh-contoh nyata dan studi kasus, Ardhi Mohamad mengingatkan kita untuk kembali menilik ke dalam diri sendiri, mencari sumber dari keterpurukan, dan menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan.

WHAT’S So Wrong About Your Trauma and Expectation adalah buku ketiga karya Ardhi Mohamad yang mengangkat tema tentang trauma dan ekspektasi yang memiliki peran sangat besar dalam kehidupan kita dan bagaimana keduanya dapat mengganggu kesejahteraan emosional serta mental.

Dalam buku ini, Ardhi menjelaskan dengan terperinci tentang bagaimana trauma masa lalu sering kali membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar, sedangkan ekspektasi yang tidak realistis dapat menyebabkan ketidakpuasan secara terus-menerus.

Pada buku ini, Ardhi tidak hanya mengeksplorasi asal-usul trauma dan ekspektasi, tetapi juga menawarkan wawasan, strategi, dan langkah-langkah untuk mengenali dan mengatasi keduanya.

Ardhi juga menekankan pentingnya penerimaan diri, religiusitas, dan pemahaman tentang bagaimana cara mengontrol diri (terutama pikiran) agar dapat hidup lebih tenang, damai, dan bahagia.

Sembuh dari Luka

Bagaimanapun, setiap orang pasti memiliki luka. Tapi sayangnya, tidak semua orang mau untuk sembuh dari luka yang dimilikinya. Sering kali mereka justru menjadikan luka yang mereka miliki sebagai alasan untuk bersikap egois, berharap orang lain bisa memahami dan memaklumi mereka. Namun, pada akhirnya mereka akan dikecewakan oleh harapan mereka sendiri.

Dalam buku setebal 296 halaman ini, Ardhi, seorang penulis lulusan psikologi, menuliskan beberapa panduan praktis agar pembaca dapat hidup lebih bahagia dengan menerima diri mereka sendiri meskipun ada trauma atau harapan yang belum terpenuhi.

Beberapa teori psikologi juga dia sematkan di dalam tulisannya untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana psikologi memandang trauma dan ekspektasi.

Baca Juga :  Memanggil Roh Singa

Selain itu, Ardhi menambahkan beberapa hasil penelitian sebagai data pendukung argumentasinya. Jadi, apa yang dia tuliskan di buku ini bukan hanya omong kosong, bukan tips-tips bodong, tapi sudah ada penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitasnya.

Menurut saya, pembahasan-pembahasan di buku ini sangat relevan untuk siapa saja yang merasa terjebak dalam siklus kecemasan, kecewa, marah, atau ketidakpuasan karena pengalaman masa lalu dan harapan yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri. Dalam pembahasan yang lebih dalam, Ardhi menggali dan memaparkan bagaimana selama ini otak kita, manusia, bekerja. Mulai respons otak terhadap suatu kejadian traumatis, overthinking, pembiasaan atau adaptasi otak terhadap kondisi yang kita hadapi sehari-hari dalam hidup, hingga mindfulness. Jadi, kita bisa belajar dan lebih memahami tentang diri kita sendiri dan bagaimana cara kita mengatasi perasaan-perasaan negatif yang menguasai kita.

Jika kita telaah ke belakang, sebenarnya ekspektasi yang tidak masuk akal sering kali berasal dari warisan budaya atau lingkungan sosial, atau bahkan pola pengasuhan. Melalui tulisannya, Ardhi mengajak pembaca untuk menyadari bagaimana trauma dan ekspektasi yang tidak dirawat dengan baik dapat mengarah pada rasa bersalah, marah, dan kecewa yang berkelanjutan atau bahkan depresi.

Buruknya, ketika kita memupuk perasaan negatif seperti kecewa, marah, dan menyesal dalam diri kita secara terus-menerus, hal itu dapat menciptakan perasaan gagal meskipun kita telah memberikan yang terbaik. Padahal, tidak semua kejadian yang kita anggap buruk akan berakhir buruk. Begitu juga sebaliknya.

Menurut Ardhi, bahkan kejadian-kejadian traumatis dalam hidup bisa mengarahkan kita ke pengembangan diri yang baik. Kita biasa menyebut ini dengan post traumatic growth (hal 33). Jadi, sebenarnya tidak semua kejadian traumatis akan memberikan dampak yang buruk kepada kita.

Baca Juga :  Misteri Pulpen di Kusen Jendela

”Some negative experiences can lead to positive outcomes and some positive experiences can lead to negative outcomes.” (hal 35)

Ubah Cara Pandang

Salah satu kelebihan buku ini adalah bahasa yang mudah dipahami. Ardhi juga memberikan beberapa contoh nyata dan studi kasus untuk menjelaskan konsep-konsep yang ada serta langkah-langkah konkret untuk membantu pembaca mengubah cara pandang mereka terhadap trauma dan ekspektasi.

Gaya penulisan Ardhi yang seolah-olah membuat pembaca merasa sedang berbincang dengan buku menjadi salah satu kelebihan buku ini. Mengajak para pembaca untuk belajar memaafkan, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan lebih mencintai diri sendiri alih-alih meratapi luka, menyesali masa lalu, mengambinghitamkan trauma, dan terlalu peduli dengan ekspektasi dunia.

Namun, bagian yang kurang menyenangkan adalah penyajian sketsa pemikiran Ardhi yang digambarkan dalam sebuah mind map. Ini justru terlihat rumit karena ditulis dengan sedikit berantakan.

Meski demikian, buku terbitan Alvi Ardhi Publishing ini telah berhasil memberikan tamparan melalui fakta-fakta. Buku ini memang ditulis untuk membeberkan tentang kita, manusia, yang sering kali lupa bahwa penyebab terbesar keterpurukan kita adalah diri kita sendiri.

Buku ini juga mengingatkan kita untuk kembali menilik ke dalam diri sendiri, mencari sumber dari keterpurukan, dan menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan. Meskipun tidak ada kehidupan yang benar-benar bahagia, kebahagiaan itu ada. Sama halnya dengan buku ini, meskipun tidak sempurna, tetap menjadi bacaan yang penting untuk siapa saja yang ingin mencari kedamaian batin dan pikiran. (*)

Judul buku : What’s So Wrong About Your Trauma and Expectation

Penulis : Ardhi Mohamad

Penerbit : Alvi Ardhi Publishing

Tahun : Cetakan III, September 2024

Jumlah : 296 halaman

ISBN : 978-623-97002-4-9

*) LATIFATUL FAZRIYAH, Sarjana kimia Universitas Gadjah Mada

Oleh: LATIFATUL FAZRIYAH*

Dengan bahasa yang mudah dipahami serta contoh-contoh nyata dan studi kasus, Ardhi Mohamad mengingatkan kita untuk kembali menilik ke dalam diri sendiri, mencari sumber dari keterpurukan, dan menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan.

WHAT’S So Wrong About Your Trauma and Expectation adalah buku ketiga karya Ardhi Mohamad yang mengangkat tema tentang trauma dan ekspektasi yang memiliki peran sangat besar dalam kehidupan kita dan bagaimana keduanya dapat mengganggu kesejahteraan emosional serta mental.

Dalam buku ini, Ardhi menjelaskan dengan terperinci tentang bagaimana trauma masa lalu sering kali membentuk cara kita berinteraksi dengan dunia sekitar, sedangkan ekspektasi yang tidak realistis dapat menyebabkan ketidakpuasan secara terus-menerus.

Pada buku ini, Ardhi tidak hanya mengeksplorasi asal-usul trauma dan ekspektasi, tetapi juga menawarkan wawasan, strategi, dan langkah-langkah untuk mengenali dan mengatasi keduanya.

Ardhi juga menekankan pentingnya penerimaan diri, religiusitas, dan pemahaman tentang bagaimana cara mengontrol diri (terutama pikiran) agar dapat hidup lebih tenang, damai, dan bahagia.

Sembuh dari Luka

Bagaimanapun, setiap orang pasti memiliki luka. Tapi sayangnya, tidak semua orang mau untuk sembuh dari luka yang dimilikinya. Sering kali mereka justru menjadikan luka yang mereka miliki sebagai alasan untuk bersikap egois, berharap orang lain bisa memahami dan memaklumi mereka. Namun, pada akhirnya mereka akan dikecewakan oleh harapan mereka sendiri.

Dalam buku setebal 296 halaman ini, Ardhi, seorang penulis lulusan psikologi, menuliskan beberapa panduan praktis agar pembaca dapat hidup lebih bahagia dengan menerima diri mereka sendiri meskipun ada trauma atau harapan yang belum terpenuhi.

Beberapa teori psikologi juga dia sematkan di dalam tulisannya untuk memberikan pemahaman kepada pembaca tentang bagaimana psikologi memandang trauma dan ekspektasi.

Baca Juga :  Memanggil Roh Singa

Selain itu, Ardhi menambahkan beberapa hasil penelitian sebagai data pendukung argumentasinya. Jadi, apa yang dia tuliskan di buku ini bukan hanya omong kosong, bukan tips-tips bodong, tapi sudah ada penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitasnya.

Menurut saya, pembahasan-pembahasan di buku ini sangat relevan untuk siapa saja yang merasa terjebak dalam siklus kecemasan, kecewa, marah, atau ketidakpuasan karena pengalaman masa lalu dan harapan yang terlalu tinggi terhadap diri sendiri. Dalam pembahasan yang lebih dalam, Ardhi menggali dan memaparkan bagaimana selama ini otak kita, manusia, bekerja. Mulai respons otak terhadap suatu kejadian traumatis, overthinking, pembiasaan atau adaptasi otak terhadap kondisi yang kita hadapi sehari-hari dalam hidup, hingga mindfulness. Jadi, kita bisa belajar dan lebih memahami tentang diri kita sendiri dan bagaimana cara kita mengatasi perasaan-perasaan negatif yang menguasai kita.

Jika kita telaah ke belakang, sebenarnya ekspektasi yang tidak masuk akal sering kali berasal dari warisan budaya atau lingkungan sosial, atau bahkan pola pengasuhan. Melalui tulisannya, Ardhi mengajak pembaca untuk menyadari bagaimana trauma dan ekspektasi yang tidak dirawat dengan baik dapat mengarah pada rasa bersalah, marah, dan kecewa yang berkelanjutan atau bahkan depresi.

Buruknya, ketika kita memupuk perasaan negatif seperti kecewa, marah, dan menyesal dalam diri kita secara terus-menerus, hal itu dapat menciptakan perasaan gagal meskipun kita telah memberikan yang terbaik. Padahal, tidak semua kejadian yang kita anggap buruk akan berakhir buruk. Begitu juga sebaliknya.

Menurut Ardhi, bahkan kejadian-kejadian traumatis dalam hidup bisa mengarahkan kita ke pengembangan diri yang baik. Kita biasa menyebut ini dengan post traumatic growth (hal 33). Jadi, sebenarnya tidak semua kejadian traumatis akan memberikan dampak yang buruk kepada kita.

Baca Juga :  Misteri Pulpen di Kusen Jendela

”Some negative experiences can lead to positive outcomes and some positive experiences can lead to negative outcomes.” (hal 35)

Ubah Cara Pandang

Salah satu kelebihan buku ini adalah bahasa yang mudah dipahami. Ardhi juga memberikan beberapa contoh nyata dan studi kasus untuk menjelaskan konsep-konsep yang ada serta langkah-langkah konkret untuk membantu pembaca mengubah cara pandang mereka terhadap trauma dan ekspektasi.

Gaya penulisan Ardhi yang seolah-olah membuat pembaca merasa sedang berbincang dengan buku menjadi salah satu kelebihan buku ini. Mengajak para pembaca untuk belajar memaafkan, mendekatkan diri kepada Tuhan, dan lebih mencintai diri sendiri alih-alih meratapi luka, menyesali masa lalu, mengambinghitamkan trauma, dan terlalu peduli dengan ekspektasi dunia.

Namun, bagian yang kurang menyenangkan adalah penyajian sketsa pemikiran Ardhi yang digambarkan dalam sebuah mind map. Ini justru terlihat rumit karena ditulis dengan sedikit berantakan.

Meski demikian, buku terbitan Alvi Ardhi Publishing ini telah berhasil memberikan tamparan melalui fakta-fakta. Buku ini memang ditulis untuk membeberkan tentang kita, manusia, yang sering kali lupa bahwa penyebab terbesar keterpurukan kita adalah diri kita sendiri.

Buku ini juga mengingatkan kita untuk kembali menilik ke dalam diri sendiri, mencari sumber dari keterpurukan, dan menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan. Meskipun tidak ada kehidupan yang benar-benar bahagia, kebahagiaan itu ada. Sama halnya dengan buku ini, meskipun tidak sempurna, tetap menjadi bacaan yang penting untuk siapa saja yang ingin mencari kedamaian batin dan pikiran. (*)

Judul buku : What’s So Wrong About Your Trauma and Expectation

Penulis : Ardhi Mohamad

Penerbit : Alvi Ardhi Publishing

Tahun : Cetakan III, September 2024

Jumlah : 296 halaman

ISBN : 978-623-97002-4-9

*) LATIFATUL FAZRIYAH, Sarjana kimia Universitas Gadjah Mada

Terpopuler

Artikel Terbaru

/