27.3 C
Jakarta
Tuesday, April 22, 2025

Penuhi Kecukupan Gizi dan Variatif, Disesuaikan dengan Kebiasaan Daerah Masing-Masing

NANGA BULIK, PROKALTENG.CO– Program Makan Bergizi Gratis atau MBG yang digagas pemerintah mulai dilaksanakan secara bertahap. Dalam pelaksanaannya, ahli gizi dari RSUD Lamandau, Eka Purwanti menyarankan agar menu makanan tidak hanya fokus pada pemenuhan gizi, tetapi juga menggunakan bahan makanan lokal yang disukai masyarakat setempat.

“Selain memenuhi kecukupan gizi, saya berharap bahan makanan yang digunakan disesuaikan dengan kebiasaan daerah masing-masing,” ungkapnya.

Diketahui, program MBG menyasar anak dan remaja di tingkat SD hingga SMA. Pemberian MBG per porsi harus disesuaikan dengan kebutuhan kalori. yakni sebesar 600 kalori untuk siswa SMP dan 300 kalori kepada siswa SD.

Ia mengatakan. Berdasarkan besaran Angka Kecukupan Gizi (AKG), anak usia 7-9 tahun membutuhkan sekitar 1.650 kilo kalori per hari dan anak usia 10-12 tahun membutuhkan sekitar 1.900-2.000 kilo kalori per hari. Sementara pada remaja usia 13-18 tahun, mereka membutuhkan lebih banyak kalori yaitu sekitar 2.100-2.650 kkal per hari.

Baca Juga :  Masyarakat Diperbolehkan Memanfaatkan Sisa APK

“Perbedaan usia anak dan remaja tentu akan membedakan kebutuhan gizinya sehingga memengaruhi porsi makan yang diberikan,” bebernya.

Selain itu, lanjut dia. Variasi menu sangat penting untuk memastikan makanan yang disajikan habis dikonsumsi dan tidak terbuang. Jika makanan sesuai dengan selera lokal, anak-anak sekolah akan lebih antusias.

“Ini juga menjadi lahan edukasi gizi, karena mereka akan menceritakan kepada orang tuanya tentang makanan sehat yang mereka terima di sekolah,” kata Eka.

Berdasarkan informasi yang diperoleh. Menu MBG telah disusun untuk memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi atau AKG harian. Porsi makan pagi menyumbang 20-25% kebutuhan gizi harian, sementara makan siang berkontribusi 30-35%. Program ini juga menargetkan wilayah terpencil, terdepan, dan terluar (3T) dengan melibatkan pemerintah daerah dan UMKM.

Baca Juga :  Berlangsung Khidmat, Pendeta Luis Lontoh : Semoga Memberikan Kebahagiaan dan Kedamaian

“Kami ingin agar bahan makanan lokal diberdayakan, sehingga selain memperbaiki gizi anak, juga membantu ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Ia berharap, program Makan Bergizi Gratis mampu menurunkan angka stunting dan meningkatkan kecerdasan anak Indonesia. “Dengan gizi seimbang dan penyajian yang menarik, anak-anak akan lebih tertarik dan ini berdampak pada peningkatan IQ serta minat belajar mereka,” pungkasnya.(Bib)

NANGA BULIK, PROKALTENG.CO– Program Makan Bergizi Gratis atau MBG yang digagas pemerintah mulai dilaksanakan secara bertahap. Dalam pelaksanaannya, ahli gizi dari RSUD Lamandau, Eka Purwanti menyarankan agar menu makanan tidak hanya fokus pada pemenuhan gizi, tetapi juga menggunakan bahan makanan lokal yang disukai masyarakat setempat.

“Selain memenuhi kecukupan gizi, saya berharap bahan makanan yang digunakan disesuaikan dengan kebiasaan daerah masing-masing,” ungkapnya.

Diketahui, program MBG menyasar anak dan remaja di tingkat SD hingga SMA. Pemberian MBG per porsi harus disesuaikan dengan kebutuhan kalori. yakni sebesar 600 kalori untuk siswa SMP dan 300 kalori kepada siswa SD.

Ia mengatakan. Berdasarkan besaran Angka Kecukupan Gizi (AKG), anak usia 7-9 tahun membutuhkan sekitar 1.650 kilo kalori per hari dan anak usia 10-12 tahun membutuhkan sekitar 1.900-2.000 kilo kalori per hari. Sementara pada remaja usia 13-18 tahun, mereka membutuhkan lebih banyak kalori yaitu sekitar 2.100-2.650 kkal per hari.

Baca Juga :  Masyarakat Diperbolehkan Memanfaatkan Sisa APK

“Perbedaan usia anak dan remaja tentu akan membedakan kebutuhan gizinya sehingga memengaruhi porsi makan yang diberikan,” bebernya.

Selain itu, lanjut dia. Variasi menu sangat penting untuk memastikan makanan yang disajikan habis dikonsumsi dan tidak terbuang. Jika makanan sesuai dengan selera lokal, anak-anak sekolah akan lebih antusias.

“Ini juga menjadi lahan edukasi gizi, karena mereka akan menceritakan kepada orang tuanya tentang makanan sehat yang mereka terima di sekolah,” kata Eka.

Berdasarkan informasi yang diperoleh. Menu MBG telah disusun untuk memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi atau AKG harian. Porsi makan pagi menyumbang 20-25% kebutuhan gizi harian, sementara makan siang berkontribusi 30-35%. Program ini juga menargetkan wilayah terpencil, terdepan, dan terluar (3T) dengan melibatkan pemerintah daerah dan UMKM.

Baca Juga :  Berlangsung Khidmat, Pendeta Luis Lontoh : Semoga Memberikan Kebahagiaan dan Kedamaian

“Kami ingin agar bahan makanan lokal diberdayakan, sehingga selain memperbaiki gizi anak, juga membantu ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Ia berharap, program Makan Bergizi Gratis mampu menurunkan angka stunting dan meningkatkan kecerdasan anak Indonesia. “Dengan gizi seimbang dan penyajian yang menarik, anak-anak akan lebih tertarik dan ini berdampak pada peningkatan IQ serta minat belajar mereka,” pungkasnya.(Bib)

Terpopuler

Artikel Terbaru