Site icon Prokalteng

Kearifan Lokal Kalteng Sebagai Energi Betang

kearifan-lokal-kalteng-sebagai-energi-betang

PALANGKA RAYA- Eksistensi Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat (TNI-AD) di tengah masyarakat tak diragukan lagi. TNI selalu terlibat
langsung dalam pembangunan di tengah masyarakat. Dari
sudut pandang TNI-AD, ada pemikiran sebagai sumbangsih saran melalui sebuah karya
tulis berjudul Desa Mandiri Menuju Langit Biru di Bumi Tambun Bungai.

Latar
belakang penyusunan buku Desa Mandiri Menuju Langit Biru di Bumi Tambun Bungai
adalah Undang-Undang (UU) TNI Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok TNI dalam
Rangka Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Atas
dasar itu, membantu pemerintah daerah dalam upaya pembangunan menjadi salah satu
tugas pokok. TNI ikut dalam membangun dan memajukan daerah dalam rangka
kepentingan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan upaya TNI selama
ini dalam membangun ketahanan wilayah meliputi geografi, demografi dan kondisi
sosial menuju ketahanan nasional.

Dalam acara launching
(peluncuran) buku Desa Mandiri Menuju Langit Biru di Bumi Tambun Bungai di Aula
Korem 102/Pjg, Kamis (16/4), Danrem 102/Pjg Kolonel Arm Saiful Rizal S.Sos
menjelaskan gambaran global esensi yang dituangkan dalam buku tersebut. Pertama,
buku ini bercerita tentang pesona alam Bumi Tambun Bungai, yang di dalamnya
terdapat kilas balik perjalanan tonggak sejarah suksesnya pejuangan Kalteng.
Kekayaan alam dan kekayaan kebudayaan yang dapat memberikan semangat dan
harapan kemakmuran bagi masyarakat Kalteng, bangsa Indonesia, bahkan harapan
bagi dunia, karena luasnya hutan sebagai paru-paru dunia.

“Di sisi lain, ada
persoalan-persoalan yang kita sepakati menjadi urusan bersama untuk
diselesaikan,” ungkapnya.

Kedua, buku ini juga mengangkat
nilai-nilai luhur kearifan lokal yang sesungguhnya telah mendarah daging di
masyarakat lokal. Di antaranya, dalam kejujuran ada kebaikan, dalam kesetaraan
ada keadilan dan kerukunan, dalam hapakat ada gotong royong, dan dalam
kepatuhan hukum ada ketertiban. Nilai-nilai luhur ini menjadi sendi penopang dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk
diaktualisasikan kembali.

“Kearifan lokal ini
dikenal sebagai huma betang dan kami abadikan penyebutannya sebagai energi betang,”
terangnya.

Ketiga, buku ini secara
khusus membahas tentang bencana alam musiman yang terjadi di Kalteng, yakni kebakaran
hutan dan lahan (karhutla). Pasalnya, Kalteng sangat berpotensi terjadi
karhutla karena lahan gambut dan kearifan lokalnya dalam mengelola lahan.

“Sehingga persoalan ini
perlu mendapat solusi bersama, memadukan antara peluang dan kesulitan yang
dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam hal ini kami ajak seluruh unsur
masyarakat untuk bergabung dalam pentehelix atasi karhutla secara bersama,”
ungkapnya.

Keempat, karya tulis
ini juga menjelaskan tentang asai serok (serbu dan keroyok) sebagai
implementasi budaya gotong royong bangsa Indonesia untuk melibatkan semua unsur
yang berpengaruh, meningkatkan peran serta secara aktif dan terpadu sesuai
tugas dan fungsinya, dalam upaya-upaya mengatasi persoalan bangsa seperti
bencana karhutla.

Poin kelima, buku ini menjelaskan
tentang upaya mewujudkan langit biru di Bumi Tambun Bunga, yang dijalankan
melalui pembangunan dari daerah pinggiran atau desa sebagai wilayah terdepan,
sehingga manfaatnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat terdepan.

Diyakini bahwa dengan adanya
desa mandiri, maka pembanguanan akan terwujud dan langsung menyentuh kehidupan
masyarakat terdepan dengan berbagai permasalahannya. Inilah alasan mengapa Desa
Mandiri Menuju Langit Biru di Bumi Tambun Bungai dipilih menjadi judul buku
ini.

Dikatakan Saiful, ada
tiga hal mendasar yang akan dibangun sebagai indeks menuju desa mandiri. Pertama,
indeks ketahanan sosial. Aspek ini meliputi ketersediaan kesehatan, pendidikan,
dan keamanan.

“Selanjutnya yakni indeks
ketahanan ekonomi. Aspek ini menekankan pada tersedianya lebih dari satu akses
kegiatan perekonomian, seperti pasar, perbankan, jalan, dan lainya. Ketiga
adalah indeks ketahanan lingkungan. Aspek ini mencakup tidak adanya pencermaran
udara, tanah, dan air,” ungkapnya.

Apabila tiga hal
mendasar ini terpenuhi, maka kesejahteraan masyarakat tentu akan terjamin. Ditambahkan
Saiful, buku ini berisi harapan dari berbagai peluang untuk menata Kalteng
menjadi lebih baik, lebih maju, dan lebih unggul guna kepentingan kesejahteraan
masyarakat secara merata.

Menurutnya, peluang
utama dan nyata adalah niat dan semangat serta sinergisitas dari semua elemen masyarakat
Kalteng untuk mewujudkan moto “Di mana bumi dipijak, di situlah bumi dibangun
dan langit dijunjung” serta mengimplementasikan “Urusan membangun adalah
urusan bersama, urusan bencana adalah urusan bersama”.

“Mari kita maknai kembali nilai-nilai luhur kearifan
lokal Kalteng sebagai energi betang, yaitu energi untuk membangun Kalteng dan
Kalteng untuk Indonesia. Tak ada yang sulit. Selagi bersama, kita pasti bisa,”
pungkasnya.

Exit mobile version