IMANUEL
Nuhan akan selalu dikenang. Jasa-jasanya tak
akan bisa dilupakan oleh bangsa ini. Aksinya bersama 12 penerjun pada 17
Oktober 1947 silam di Desa Sambi, tercatat dalam sejarah kemerdekaan Republik
Indonesia. Dan, melihat besarnya perngorbanannya untuk banga ini, maka gelar
pahlawan sangat layak disematkan kepada putra terbaik bangsa asal Desa Tewah,
Kabupaten Gunung Mas (Gumas).
Kemarin (12/10),
Sesepuh Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU ini pergi untuk selama-lamanya pada
usia 95 tahun. Imanuel Nuhan dimakamkan melalui upacara militer, tembakan salvo
mengawali proses pemakaman Imanuel Nuhan di Taman Makam Pahlaman (TMP) Sanaman
Lampang Jalan Tjilik Riwut Km 2,5 Palangka Raya, Sabtu (12/10).
Pemakaman secara
kemiliteran itu melibatkan TNI-AD, AU, Polri. Tampak ikut dalam upacara
pemakaman Danrem 102/Pjg Kolonel Arm Saiful Rizal, Kapolda Kalteng Irjen Ilham
Salahudin, Sekda Kalteng Fahrizal Fitri, Ketua DPRD Kalteng Wiyatno. Keluarga,
kerabat serta lainnya ikut menghantarkan jenazah penerjun payung Pertama
Indonesia ini ketempat peristirahatan terakhirnya.
Upacara pemakaman
secara militer itu langsung dipimpin Dankorpashas, Marsda TNI Eris Widodo.
Diawali dari pembacaan riwayat Serma (Purn) Imanuel Nuhan, kemudian upacara
dilanjutkan pembacaan Apel Persada oleh Dankorpaskhas.
Sekda Kalteng, Fahrizal
Fitri, mengungkapkan hal yang sama. Perjuangan yang dilakukan almarhum patut
kita teladani. Atas jasanya itu, almarhum juga sudah sepantasnya mendapatkan
penghargaan.
“Kami dari pemerintah provinsi nantinya
akan mengusulkan menempatkan nama beliau pada pembangunan misalnya seperti nama
jalan. Selain itu kami juga sudah membangun monumen di Desa Sambi untuk
mengenang jasanya yang begitu besar untuk memerdekakan Indonesia,” pungkasnya.
(*oiq/ala)