28.4 C
Jakarta
Tuesday, May 13, 2025

8 Jemaah Haji Indonesia Wafat di Madinah, Mayoritas karena Gangguan Jantung

PROKALTENG.CO-Sejak jemaah haji Indonesia tiba di Madinah pada Jumat, 2 Mei 2025 lalu, duka mengiringi perjalanan suci ini. Hingga Senin (12/5), sudah delapan jemaah wafat di Kota Nabi.

Seluruhnya berpulang di Madinah, baik saat masih di pesawat maupun setelah mendapatkan perawatan di sejumlah rumah sakit. Tak satu pun yang meninggal di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Dua jemaah wafat bahkan sebelum sempat menginjakkan kaki di hotel. Mereka mengembuskan napas terakhir di dalam pesawat yang membawa rombongan dari embarkasi masing-masing. Salah satunya adalah Daimah Binti Suwaryo, 65, asal Banjarnegara, Jawa Tengah, yang tergabung dalam kloter SOC 04.

Ia meninggal dunia pada 3 Mei karena shock kardiogenik, suatu kondisi serius saat jantung mendadak tidak mampu memompa darah yang cukup ke tubuh.

Beberapa hari kemudian, pada 8 Mei, peristiwa serupa terjadi pada Nur Fadilah Binti M. Toyib, 45 tahun, dari kloter SUB 20. Ia juga wafat di atas pesawat akibat gangguan jantung mendadak yang sama.

Dari catatan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), jenis penyakit yang menyebabkan kematian para jemaah sangat beragam, namun sebagian besar berkaitan dengan gangguan jantung dan pembuluh darah.

Baca Juga :  Madinah Kabur

Tercatat lima orang meninggal karena shock kardiogenik, yaitu saat jantung berhenti bekerja secara efektif. Di antara mereka, tiga berasal dari kloter JKS 02, yakni Johariyah Binti Nasir, 76, Kasta Bin Eman, 77, dan Syamsudin Bin H. Bakri, 69. Dua lainnya adalah Daimah dan Nur Fadilah.

Satu jemaah, Abdul Kadir Abdul Salam Bin Abdul Salam, 84, dari kloter BTH 01, menghembuskan napas terakhir akibat perdarahan otak (intracerebral hemorrhage) setelah dirawat di RS King Fahad, Madinah.

Sementara Padilah Bin Sulaeman, 53, dari kloter LOP 04, meninggal karena hypovolemic shock, kondisi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan, menyebabkan tekanan darah turun drastis dan organ vital gagal berfungsi.

Kasus terakhir terjadi pada Noer Koesmitro Bin Soedarno, 65, dari kloter SOC 17. Ia meninggal di Klinik Assalam, Madinah, karena serangan jantung akut (acute ischaemic heart disease), yaitu saat aliran darah ke jantung terhambat, menyebabkan otot jantung rusak.

Baca Juga :  Sandal Hilang di Masjid Nabawi, Telapak Kaki Jamaah Haji Ini Melepuh

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Muhammad Hanafi, memastikan bahwa jemaah yang wafat sebelum sempat menyelesaikan ibadahnya tetap mendapatkan hak untuk dihajikan.

“Mereka yang meninggal sejak keluar dari rumah, menuju asrama haji, di asrama haji, sampai tiba di sini, itu akan dibadalkan,” ujarnya saat ditemui di Makkah.

Muchlis juga menekankan bahwa meskipun peristiwa duka tak bisa dihindari, para petugas akan terus berusaha memberikan perlindungan dan layanan terbaik bagi jemaah, khususnya yang lanjut usia dan memiliki penyakit penyerta.

Hingga hari ke-11 sejak kedatangan pertama di Madinah, proses pemindahan jemaah dari Madinah ke Makkah masih terus berlangsung. Pemerintah menargetkan seluruh jemaah tuntas bergeser ke Makkah pada 26 Mei mendatang.

Meski cuaca ekstrem dan aktivitas ibadah bisa menjadi tantangan, PPIH berharap seluruh jemaah bisa menyempurnakan rukun Islam kelima dengan tenang dan sehat hingga akhir. (jpg)

 

PROKALTENG.CO-Sejak jemaah haji Indonesia tiba di Madinah pada Jumat, 2 Mei 2025 lalu, duka mengiringi perjalanan suci ini. Hingga Senin (12/5), sudah delapan jemaah wafat di Kota Nabi.

Seluruhnya berpulang di Madinah, baik saat masih di pesawat maupun setelah mendapatkan perawatan di sejumlah rumah sakit. Tak satu pun yang meninggal di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Dua jemaah wafat bahkan sebelum sempat menginjakkan kaki di hotel. Mereka mengembuskan napas terakhir di dalam pesawat yang membawa rombongan dari embarkasi masing-masing. Salah satunya adalah Daimah Binti Suwaryo, 65, asal Banjarnegara, Jawa Tengah, yang tergabung dalam kloter SOC 04.

Ia meninggal dunia pada 3 Mei karena shock kardiogenik, suatu kondisi serius saat jantung mendadak tidak mampu memompa darah yang cukup ke tubuh.

Beberapa hari kemudian, pada 8 Mei, peristiwa serupa terjadi pada Nur Fadilah Binti M. Toyib, 45 tahun, dari kloter SUB 20. Ia juga wafat di atas pesawat akibat gangguan jantung mendadak yang sama.

Dari catatan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), jenis penyakit yang menyebabkan kematian para jemaah sangat beragam, namun sebagian besar berkaitan dengan gangguan jantung dan pembuluh darah.

Baca Juga :  Madinah Kabur

Tercatat lima orang meninggal karena shock kardiogenik, yaitu saat jantung berhenti bekerja secara efektif. Di antara mereka, tiga berasal dari kloter JKS 02, yakni Johariyah Binti Nasir, 76, Kasta Bin Eman, 77, dan Syamsudin Bin H. Bakri, 69. Dua lainnya adalah Daimah dan Nur Fadilah.

Satu jemaah, Abdul Kadir Abdul Salam Bin Abdul Salam, 84, dari kloter BTH 01, menghembuskan napas terakhir akibat perdarahan otak (intracerebral hemorrhage) setelah dirawat di RS King Fahad, Madinah.

Sementara Padilah Bin Sulaeman, 53, dari kloter LOP 04, meninggal karena hypovolemic shock, kondisi ketika tubuh kehilangan terlalu banyak cairan, menyebabkan tekanan darah turun drastis dan organ vital gagal berfungsi.

Kasus terakhir terjadi pada Noer Koesmitro Bin Soedarno, 65, dari kloter SOC 17. Ia meninggal di Klinik Assalam, Madinah, karena serangan jantung akut (acute ischaemic heart disease), yaitu saat aliran darah ke jantung terhambat, menyebabkan otot jantung rusak.

Baca Juga :  Sandal Hilang di Masjid Nabawi, Telapak Kaki Jamaah Haji Ini Melepuh

Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Muhammad Hanafi, memastikan bahwa jemaah yang wafat sebelum sempat menyelesaikan ibadahnya tetap mendapatkan hak untuk dihajikan.

“Mereka yang meninggal sejak keluar dari rumah, menuju asrama haji, di asrama haji, sampai tiba di sini, itu akan dibadalkan,” ujarnya saat ditemui di Makkah.

Muchlis juga menekankan bahwa meskipun peristiwa duka tak bisa dihindari, para petugas akan terus berusaha memberikan perlindungan dan layanan terbaik bagi jemaah, khususnya yang lanjut usia dan memiliki penyakit penyerta.

Hingga hari ke-11 sejak kedatangan pertama di Madinah, proses pemindahan jemaah dari Madinah ke Makkah masih terus berlangsung. Pemerintah menargetkan seluruh jemaah tuntas bergeser ke Makkah pada 26 Mei mendatang.

Meski cuaca ekstrem dan aktivitas ibadah bisa menjadi tantangan, PPIH berharap seluruh jemaah bisa menyempurnakan rukun Islam kelima dengan tenang dan sehat hingga akhir. (jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru

/